Rabu, 18 Oktober 2017

ADAB UTANG PIUTANG

Dalam Islam, hutang dikenal dengan istilah Al-Qardh, yang secara etimologi berarti memotong sedangkan dalam artian menurut syar’i bermakna memberikan harta dengan dasar kasih sayang kepada siapa saja yang membutuhkan dan akan dimanfaatkan dengan benar, yang mana pada suatu saat nanti harta tersebut akan dikembalikan lagi kepada orang yang memberikannya.

Hukum hutang piutang dalam Islam adalah boleh. Allah SWT berfirman;

مَنْذَاالَّذِييُقْرِضُاللَّهَقَرْضًاحَسَنًافَيُضَاعِفَهُلَهُأَضْعَافًاكَثِيرَةًوَاللَّهُيَقْبِضُوَيَبْسُطُوَإِلَيْهِتُرْجَعُونَ

Artinya;

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Q. S. Al-Baqarah ayat 245).

Syarat Hutang Piutang dalam Islam

1. Harta yang dihutangkan adalah jelas dan murni halal.
2. Pemberi hutang tidak mengungkit-ungkit masalah hutang dan tidak menyakiti pihak yang piutang (yang meminjam).
3.Pihak yang piutang (peminjam) niatnya adalah untuk mendapat ridho Allah dengan mempergunakan yang dihutang secara benar.
4. Harta yang dihutangkan tidak akan memberi kelebihan atau keuntungan pada pihak yang mempiutangkan.

Adab Hutang Piutang dalam Islam

1. Ada perjanjian tertulis dan saksi yang dapat dipercaya.
2. Pihak pemberi hutang tidak mendapat keuntungan apapun dari apa yang dipiutangkan.
3. Pihak piutang sadar akan hutangnya, harus melunasi dengan cara yang baik (dengan harta atau benda yang sama halalnya) dan berniat untuk segera melunasi.
4. Sebaiknya berhutang pada orang yang shaleh dan memiliki penghasilan yang halal.
5. Berhutang hanya dalam keadaan terdesak ata darurat.
6. Hutang piutang tidak disertai dengan jual beli.
Memberitahukan kepada pihak pemberi hutang jika akan terlambat untuk melunasi hutang.
7. Pihak piutang menggunakan harta yang dihutang dengan sebaik mungkin.
8. Pihak piutang sadar akan hutangnya dan berniat untuk segera melunasi.
9. Pihak pemberi hutang boleh memberikan penangguhan jika pihak piutang kesulitan melunasi hutang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar