Kamis, 19 Oktober 2017

MENANGISLAH KARENA ALLAH

MENANGIS KARENA ALLAH

MANUSIA dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala dua mata yang indah. Semua mata itu pernah menangis: meneteskan air mata hingga membasahi kedua pipi. Bisa jadi karena terlalu sedih, Atau pun karena terlalu bahagia dan terharu.

Ada seorang ibu yang menangis tersedu sedan. Bahkan meronta dan berteriak histeris. Dia tak kuasa menahan sedih karena ditinggal anaknya tersayang.

Ada seorang lelaki gagah berbaju rapi, berambut klimis, dan berdasi. Dia menangis histeris sambil memukul-mukul meja kerjanya. Usaha yang dia rintis bertahun-tahun harus gulung tikar karena rugi.

Ada seorang remaja yang menangis dan meronta-ronta. Belajar selama tiga tahun di bangku SMA seolah tidak ada gunanya ketika dia mendapat pengumuman bahwa tidak lulus Ujian Nasional.

Ada seorang perempuan miskin, berbaju compang-camping dan tinggal di gubuk reyot di pinggir tumpukan sampah. Kedua matanya sembab karena perutnya sakit beberapa hari tidak diisi makanan sedikit pun.

Ada seorang ibu berbalut selimut dan baju ala kadarnya di sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Air matanya tumpah sesaat setelah dia melahirkan. Tak kuasa dia melihat sosok jabang bayi mungil lucu yang baru dilahirkannya.

Ada seorang pemuda gagah, berbaju rapi dimasukkan dengan toga di kepalanya. Dia menangis karena perjuangannya mengejar cita-citanya akhirnya tercapai. Padahal, aral melintang yang dihadapi begitu terjal.

Mereka semuanya menangis: menumpahkan air mata dan membasahi pipi-pipi mereka.

Namun, tidak banyak orang yang menangis karena Allah; takut akan azab-Nya yang dahsyat dan khawatir jika amal salehnya tidak diterima oleh-Nya. Padahal, tidak ada yang membuat diri kita khawatir dan takut kecuali kepada panasnya api neraka.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ

Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Anas bin Mâlik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan. [HR. Muslim, no. 2359]

Bandingkan dengan kisah berikut:

Salman Al-Farisi adalah orang beriman yang menghabiskan usianya untuk Islam. Di saat wafat, air matanya luruh membasahi wajahnya. Air mata itu membuat sahabatnya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dia lalu menjawab, “Aku menangis bukan karena mencintai kehidupan dunia. Tetapi karena Rasulullah Saw berpesan kepada kami agar kami cukup berbekal dalam kehidupan dunia ini seperti bekal orang yang bepergian.” Betul saja. Dia tidak banyak memiliki harta. Setelah meninggal dunia, harta yang ditinggalkannya pun dihitung. Ternyata, hanya berjumlah beberapa dirham.

Tsabit Al-Banani mengisahkan tentang seorang wanita dari generasi awal yang bernama Burdah. Ia adalah perempuan yang memiliki hati yang bening, dan lembut. Rasa khawatir dan takut kepada-Nya memenuhi relung kalbu. Dia takut akan azab neraka yang begitu dahsyat. Burdah pun lebih banyak menangis hingga penglihatannya terganggu. Lalu dikatakan kepadanya, “Tidakkah engkau takut penglihatanmu akan hilang?” Ia menjawab, “Biarkan aku menangis, sebab jika aku termasuk ahli neraka, maka Allah akan menjauhkan diriku dan menjauhkan penglihatanku. Jika aku ahli surga, maka Allah akan memberi ganti untukku dua mata yang lebih baik daripada kedua mataku.”

Ahmad bin Abu Al Hawari berkata, “Bahwa Abdullah Al Anthaki berkata kepadanya, “Fudhail dan Imam At tsauri suatu ketika berkumpul dalam sebuah majelis. Keduanya saling mengingatkan, lalu Sufyan tersentuh hatinya dan menangis, kemudian ia berkata, “Aku berharap majelis ini mendatangkan rahmat dan berkah kepada kita.”
Kemudian Fudhail menyahut, “Wahai Abdullah—panggilan akrab Sufyan Ats-Tsauri—takut majelis ini justru lebih banyak membawa keburukan daripada rahmat dan berkah. Tidakkah engkau lega telah menyampaikan pembicaraan terbaikmu dan aku menyampaikan pembincaraan terbaikku, lalu engkau merasa bangga terhadapku dan aku merasa bangga terhadapmu?” Mendengar kata-kata sahabatnya ini, Ats-Tsauri menangis dan berkata, “Engkau telah menghidupkan kesadaranku, semoga Allah menghidupkan kesadaranmu.”

Suatu hari, ketika sedang merenungi diri, Taubah bin Ash Shumah telah berusia enam puluh tahun. Lalu ia menghitung hari-hari yang telah dilaluinya, ternyata menurut hitungan bulan komariyah ia telah berumur dua puluh satu ribu lima ratus hari. Menyadari kenyataan ini, ia lalu terkejut seraya menjerit lalu berkata, “Bagaimana aku harus menemui Allah yang Maha Raja dengan membawa dosa sebanyak dua puluh satu ribu lima ratus dosa?” Bagaimana jika setiap hari aku melakukan ribuan dosa? Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia pun keluar dan pingsan. Ketika didekati, ternyata ia telah meninggal dunia.

“Utsman jika berada di suatu kuburan, ia menangis sampai membasahi jenggotnya. Dikatakan kepadanya, “disebutkan surga dan neraka engkau tidak menangis, tetapi engkau menangis karena ini?”. Beliau berkata, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sesungguhnya kubur adalah tempat persinggahan pertama dari beberapa persingggahan di akhirat, jika ia selamat maka ia dimudahkan, jika tidak selamat maka tidaklah datang setelahnya kecuali lebih berat.”

“Mu’adz radhiallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.

Abu Musa al-Asya’ri radhyallahu’anhu suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangis sampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam”.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka dan tidak memperdulikanku lagi.”

Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يلج النار رجل بكى من خشية الله حتى يعود اللبن في الضرع

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.”HR. Tirmidzi no. 1633

Nah ikhwah fillah menangislah. Menangislah karena takut akan azab Allah Subhanahu wa ta'ala di saat kita sendiri.
Karena apa???
Karena kita bukan sahabat Nabi.
Karena kita bukan Kyai.
Karena kita bukan Ustazd.
Karena begitu banyak dosa yang ada.
Karena sedikitnya amal ibadah kita.
Karena surga belum pasti.,
Akan tetapi neraka siap menanti.

Kalau air mata kita beku,
itu tanda hati yang keras membatu.
maka,
Bertobatlah
Bertobatlah
Bertobatlah
Segera temui orang alim
Segera ziarah kubur dan
Segera elus kepala anak yatim

Karena kita tidak tahu kapan masih diberi WAKTU!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar