Senin, 02 Oktober 2017

BOLEHKAH KITA BERDEMO PEMIMPIN

Bolehkah Umat ISLAM Mendemo Pemerintah ketika ada kebijakannya yang dianggap keliru?

Islam tidak mengajarkan demontrasi, dan ISLAM satu-satunya agama yang mengatur kehidupan sehari-hari manusia.

Cara BERAK dan CEBOK saja diajarkan oleh ISLAM, apalagi yang lebih besar dari hal tersebut.

Jadi jangan terkecoh oleh ajakan TOKOH hanya karena katanya tokoh PEMBELA ISLAM, tapi melakukan ajakan yang tidak bersumber dari ISLAM.

Bagaimana sikap kita jika ada kebijakan pemerintah yang tidak DISUKAI ?

Rasulullah bersada:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً.

Barangsiapa melihat sebuah perkara yang membuat ia BENCI pada pemimpinya, maka hendaknya ia BERSABAR dan janganlah ia MEMBANGKANG kepada pemimpinnya.

Sebab, barangsiapa melepaskan diri dari jama’ah, lalu mati, maka ia mati secara JAHILIYAH. [HR Bukhari dan Muslim]

Nabi bersabda,”Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpin, maka jangan melakukannya secara TERANG-TERANGAN.

Akan tetapi, nasihatilah dia di tempat yang SEPI.

Jika menerima nasihat, itu sangat baik. Dan bila tidak menerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban nasihat kepadanya.” [HR Imam Ahmad].

Sangat tidak bijaksana mengoreksi dan mengkritik kekeliruan para pemimpin melalui mimbar-mimbar TERBUKA, tempat-tempat UMUM ataupun media massa, baik elektronik maupun cetak.

Yang demikian itu menimbulkan banyak fitnah.

Bahkan terkadang disertai dengan hujatan dan cacian kepada orang per orang.

Seharusnya, menasihati para pemimpin dengan cara lemah lembut dan di tempat rahasia, sebagaimana yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid tatkala menasihati Utsman bin Affan, bukan dengan cara mencaci-maki mereka di tempat umum atau mimbar.

Imam Ibnu Hajar berkata, bahwa Usamah telah menasihati Utsman bin Affan dengan cara yang sangat bijaksana dan beretika tanpa menimbulkan fitnah dan keresahan.

Imam Syafi’i berkata,

”Barangsiapa yang menasihati temannya dengan rahasia, maka ia telah menasihati dan menghiasinya.

Dan barangsiapa yang menasihatinya dengan terang-terangan, maka ia telah MEMPERMALUKAN dan MERUSAKNYA.”

Imam Fudhail bin Iyadh berkata,

”Orang MUKMIN menasihati dengan cara RAHASIA; dan orang JAHAT menasihati dengan cara melecehkan dan MEMAKI-MAKI.”

Syaikh bin Baz berkata,

”Menasihati para pemimpin dengan cara terang-terangan melalui mimbar-mimbar atau tempat-tempat umum, BUKAN (merupakan) cara atau MANHAJ SALAF.

Sebab, hal itu akan mengakibatkan keresahan dan MENJATUHKAN martabat para pemimpin.

Akan tetapi, (cara) manhaj Salaf dalam menasihati pemimpin yaitu dengan mendatanginya, mengirim surat atau menyuruh salah seorang ulama yang dikenal untuk menyampaikan nasihat tersebut.”

MEMBUAT KEKACAUAN BERKEDOK JIHAD DAN AMAR MA’RUF

Dakwah kepada agama Allah merupakan tugas utama para rasul dan imam agama.

Dan pada zaman sekarang, hukumnya bisa wajib bagi setiap individu sesuai kemampuan masing-masing.

Allah berfirman, yang artinya:

Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. [An Nahl:125].

Adapun memecah-belah kaum muslimin menjadi berkelompok–kelompok, sehingga masing-masing mengklaim kelompoknyalah yang benar, sementara yang lain sesat -sebagaimana realita sekarang ini- jelas bukan merupakan manhaj dakwah yang benar.

Setiap orang yang memiliki ilmu dan kemampuan yang cukup, wajib berdakwah kepada agama Allah atas dasar ilmu, walaupun hanya seorang diri.

Antara yang satu dengan yang lain, hendaklah berkerja sama berlandaskan manhaj yang satu, yaitu manhaj yang ditempuh Rasulullah dan para sahabat.

Dakwah merupakan cara dan proses Islami dalam membimbing umat manusia menuju perubahan hidup yang hakiki, penuh dengan kesadaran serta merupakan bentuk sentuhan lembut yang mengetuk hati nurani, sehingga bangkit dan memiliki kemauan untuk berbuat kebaikan, meninggalkan berbagai macam pelanggaran.

Anggapan, bahwa praktek-praktek agitasi, kampanye, pengungkapan aib penguasa dan pengerahan massa untuk menekan penguasa sebagai metode yang berhasil dan bermanfaat, adalah anggapan yang keliru, jauh dari kebenaran dan menyalahi nash-nash syar’i.

Kalau kita tengok penjelasan para ulama, seperti yang tertuang dalam buku Asy Syari’ah karya Al Ajurri, As Siayasah Asy Syar’iyah Ibnu Taimiyah dan buku Ath Thuruqul Hukmiyah Fis Siyasah Asy Syar’iyah karya Ibnu Qayyim, maka cara-cara seperti di atas sangat KELIRU dan SESAT.

Asumsi, bahwa cara-cara seperti ceramah-cermah yang transparan, membukakan kebobrokan penguasa kepada masyarakat luas dan memprovokasi mereka untuk melawan penguasa sebagai cara yang efisien dan berguna, merupakan asumsi yang salah dan sangat jauh dari kebenaran, serta bertentangan dengan nash agama. Bahkan, semacam merupakan bentuk justifikasi terhadap aqidah dan pemikiran Khawarij.

Read more https://aslibumiayu.net/11197-cara-menasehati-pemerintah-berdasarkan-petunjuk-rasulullah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar