Jumat, 29 Juni 2018

KHUTBAH JUM'AT

*🕌 KHUTBAH JUM'AT 🕌*

*📖5 HADITS YANG MEMBICARAKAN DOSA YANG DILAKNAT🔥*
https://rumaysho.com/17211-khutbah-jumat-5-hadits-membicarakan-dosa-yang-dilaknat.html

*Khutbah Pertama*

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah

Kita bersyukur kepada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah anugerahkan pada kita, nikmat harta, nikmat umur panjang, dan nikmat sehat, ini adalah semua nikmat yang wajib kita syukuri. Lebih-lebih lagi nikmat yang paling utama, Allah masih memberi nikmat iman dan Islam. Nikmat iman tentu lebih istimewa daripada nikmat kekayaan, karena iman inilah yang menjadi jaminan kita bahagia.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita yang menjadi teladan juga dalam hidup sederhana yaitu Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada Ummahatul Mukminin, istri-istri beliau yang tercinta, yaitu (1) Khadijah binti Khuwailid,  (2) Saudah binti Zam’ah, (3) ‘Aisyah binti Abi Bakr, (4)  Hafshah binti ‘Umar, (5) Zainab binti Khuzaimah, (6) Zainab binti Jahsy, (7) Ummu Salamah binti Abi Umayyah, (8) Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan, (9) Juwairiah binti Al-Harits, (10) Shafiyyah binti Huyay, (11) Maimunah binti Al-Harits, juga kepada para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum) serta yang mengikuti para salaf tadi dengan baik hingga akhir zaman.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah.

Pernah dengar dosa yang dilaknat atau dikutuk?
Setiap yang terkena laknat Allah, maka ia berarti jauh dari rahmat Allah dan berhak mendapatkan siksa, akhirnya binasa. Demikian disebutkan dalam Lisanul ‘Arab, 13: 387-388.

Yang dilaknat bisa jadi perbuatannya adalah kekafiran. Ini jelas jauh dari rahmat Allah dan berhak mendapatkan azab Allah.

Bisa pula yang dilaknat tetap muslim, namun ia melakukan perbuatan yang pantas dapat laknat seperti orang yang minum minuman keras, orang mencaci maki orang tuanya dan semacam itu. Perbuatan yang dilakukan tentu saja termasuk al-kabair (dosa besar), namun tidak menyebabkan ia kekal di neraka.

Ada lima hadits yang kami bawakan pada kesempatan khutbah Jumat kali ini yang menerangkan dosa-dosa yang dilaknat sehingga kita semakin takut berbuat maksiat dan berusaha menghindari dosa-dosa yang nanti disebutkan.

*Hadits Pertama*
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ الْمَنَارَ

*“Allah melaknat siapa saja yang melakukan sembelihan (tumbal) pada selain Allah (menyebut nama selain Allah). Allah melaknat orang yang melindungi pelaku maksiat (dan bid’ah). Allah melaknat orang yang melaknat orang tuanya. Allah melaknat orang yang merubah batas tanah.” (HR. Muslim, no. 1978)*

Ada empat hal yang dilaknat dalam hadits pertama ini:

● Orang yang menyerahkan tumbal atau sembelihan kepada selain Allah bisa jadi karena ingin memenuhi prasyarat pesugihan dan ingin menjadi kaya atau untuk mengangkat musibah dengan segera lewat istighatsah kepada selain Allah.
● Melindungi pelaku maksiat dan bid’ah.
● Orang yang mengutuk orang tuanya, bisa jadi secara langsung, bisa jadi karena dia menjadi sebab orang tuanya dilaknat.
● Orang yang menzalimi orang lain dengan merubah batas tanah.

*Hadits Kedua*
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat *pemakan riba,  penyetor riba, pencatat transaksi riba dan dua orang saksi dalam transaksi riba.”*
Beliau mengatakan, “Mereka semua sama (dapat dosa).” (HR. Muslim, no. 1598)

Riba adalah tambahan pada sesuatu yang khusus, misalnya yang dikatakan oleh para ulama dalam utang piutang, *“Setiap utang piutang yang di dalamnya terdapat keuntungan maka termasuk riba.”*

Yang dilaknat dalam hadits di atas adalah:

● Pemakan riba (rentenir)
● Yang menyetor riba (nasabah)
● Pencatat riba (sekretaris)
● Dua orang saksi dalam transaksi riba.

*Hadits Ketiga*
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat *orang yang memberi suap dan yang menerima suap”.* (HR. Abu Daud no. 3580, Tirmidzi no. 1337, Ibnu Majah no. 2313. Kata Syaikh Al-Albani hadits ini shahih).

Berarti yang dilaknat dalam hadits ketiga adalah orang yang menyuap dan disuap. Namun berbeda kalau yang menyuap ini karena menuntut haknya yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan jalan menyuap, maka ia yang menyuap tidak terkena laknat seperti dalam hadits.

*Hadits Keempat*
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ وَقَالَ « أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ » . قَالَ فَأَخْرَجَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فُلاَنًا ، وَأَخْرَجَ عُمَرُ فُلاَنًا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat *pria yang bergaya seperti wanita dan wanita yang bergaya seperti pria.”*
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian.”
Ibnu ‘Abbas katakan, “Nabi pernah mengeluarkan orang yang seperti itu. Demikian halnya dengan ‘Umar.” (HR. Bukhari, no. 5886)

Inilah yang dilaknat seperti tingkah laku kaum LGBT saat ini.

*Hadits Kelima*
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثَلاَثَةً رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَرَجُلٌ سَمِعَ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ ثُمَّ لَمْ يُجِبْ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat tiga orang: *(1) orang yang memimpin kaumnya lantas mereka tidak suka (lantaran penyimpangan agama, bukan masalah dunia), (2) istri yang di malam hari membuat suaminya membencinya (karena tidak mau taat pada suami), (3) ada orang yang mendengar ‘hayya ‘alal falaah’ (marilah meraih kebahagiaan) lantas ia tidak memenuhi panggilan berjamaah tersebut.”* (HR. Tirmidzi, no. 358. Hadits ini sanadnya benar-benar lemah menurut Syaikh Al-Albani). Walau hadits ini dha’if, namun maknanya shahih.

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

*Khutbah Kedua*
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Khutbah Jumat, 30 Jumadal Ula 1439 H

🕌 Masjid Raudhatul Jannah, Kel. Kampung Pisang Kec. Kota Ternate Tengah, Maluku Utara

Disusun di Kampung Pisang, Ternate, 30 Jumadal Ula 1439 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Minggu, 24 Juni 2018

JIKA KAU SENDIRIAN DI KAMPUNG MU

Jikalau kau seorang diri di suatu kampung
🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠

Jikalau kau seorang diri di suatu kampung, atau hanya ada dirimu dan keluargamu saja, yang Istiqomah taat kepada Alloh azza wa jalla, serta mengamalkan Sunnah Sunnah Rosululloh sholaAllohu alaihi wassalam, lalu merasa terasing, dan menjadi aneh, bersabarlah, Alloh azza wa jalla selalu melihat mu, jangan mundur ke belakang, Istiqomah lah di atas manhaj shohihah manhaj Ahlu Sunnah wal jama'ah, As Salafiyah.
Rosululloh sholaAllohu alaihi wassalam bersabda ;

طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

“Beruntunglah orang-orang yang terasing.” “Lalu siapa orang yang terasing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
.
Juga seorang Salafushshalih berkata dan semoga menambah semangat memperkokoh kan keimanan dan ketaqwaan kita
Ulama salaf berkata:

عَلَيْكَ بِطَرِيْقِ الحَقِّ وَلاَ تَسْتَوْحِشُ لِقِلَّةِ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطَرِيْقَ البَاطِلِ وَلاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati-hatilah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa” (Madarijus Salikin, 1: 22).

#JanganFutur

Kamis, 21 Juni 2018

NASIB PNS

SOLUSI UNTUK PNS... (P)ENGEN (N)GLUNASI (S)ISA UTANG

Setelah postingan saya "SK Yang Tergadai" temennya "Putri Yang Tertukar" direpost ribuan orang, banyak kawan-kawan PNS yang curhat ke saya tentang kondisi mereka yang hidup penuh utang. Di satu sisi jelas miris dan ikut prihatin, di sisi lain harus ada solusinya.. kalau enggak ya seumur hidup tersandera oleh utang! Karena gaji mereka otomatis terpotong sebelum sampai di tangan.. yang masih sisa walaupun sedikit masih mending, banyak yang sampai minus untuk bayar utang hingga harus ngobyek sana-sini banting tulang siang malam hanya untuk setor cicilan..

Makin hot karena minggu lalu saya dapat kiriman dari kang Ajat Jatnika di Karawang, headline koran lokal "GAJI GURU PNS SAMPAI MINUS" dengan gambar orang yang seluruh tubuhnya terbelit utang.. ngerii!

Terus kawan saya Makhjudin Zein mantan wartawan di Pekalongan mengirimkan video dokumenter buatannya, tentang seorang pensiunan guru yang harus mengayuh sepeda pulang pergi 34 KM dari jam 12 malam, demi mengantri di waktu subuh di loket pengambilan uang pensiun. Apakah yang diterima utuh? Ooo tidak.. dari uang pensiun 3,9 juta hanya tersisa 395.000 saja! Tiap bulan dia harus membayar utang ke lembaga keuangan 3,5 juta x 60 bulan = 210 juta, padahal uang yang diterima hanya 80 juta, katanya dulu untuk beli sawah.. siapapun yang melihat video itu bakalan nyesek ke ulu hati, baik yang gak punya utang, yang masih punya utang, maupun yang masih kerja di tempat ngutangin uang. Pasti dalam hati kecil kita semua bilang ini gak adil dan dzalim! Ada yang salah di sistem keuangan negeri ini yang berdampak dahsyat hingga ke level masyarakat bawah..

Bagi yang sudah belajar ilmu RIBA gak susah nyari jawabannya, ada di Quran dan hadist kok..

‎"Allah memusnahkan RIBA dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa." [QS. Al-Baqarah: Ayat 276]

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Jauhi tujuh perkara yang membinasakan (membawa pada kehancuran), diantaranya... memakan RIBA" [HR Bukhari 2766 & Muslim 89]

Dan jeritan kawan-kawan PNS yang curhat ternyata intinya sama:

"Saya ingin bebas dari semua utang mas!"
"Saya kapok mas! Kerja tapi gak pernah nerima gaji!"
"Saya siap kembali ke nol mas! Ampun deh ngikutin gaya hidup pamer di kantor!"
"Wis kapok mass.. kapok! Hidup siang malam kok hanya mikir cicilan.. kerjaan saya malah gak bener jadinya!"

Sebenarnya solusinya sudah sering saya bahas, tapi kuncinya cuman satu: mau enggak menjalaninya?
Berat? Ya beraaat laah!
Berdarah-darah? Jelass.. dramatis pokoknya!
Bikin malu? Tentu! Tapi gak malu-maluin di depan ALLAH..

"Apa itu mas? Apa itu! Apa ituuuu!!"
Fiuuuuh! Yuk satu-satu saya tuntun..

1. TAUBAT!
Minta ampun sama ALLAH karena kita sudah berani mainan riba. Sholat taubat 2 rakaat sebanyak-banyaknya. Bisa sesudah shalat fardhu maupun di waktu dhuha dan tahajut.. pokoknya sholat taubat sebanyak-banyaknya, kejar ampunan ALLAH! Gak usah nyari solusi dulu, gak bakal ketemu.. kejar ampunan ALLAH agar pintu-pintu kemudahan ALLAH bukakan! Kita memantaskan diri sebagai hamba yang penuh dosa dan minta belas kasih dari Tuhan yang menciptakan kita.. dah level paling atas nih!

2. BERAZZAM
Artinya berniat dan bercita-cita dengan sangaaaaaattt sungguh-sungguh untuk bebas utang dan riba! Di level ini kalau niat itu begitu muantab maka perasaan jijik pada utang itu sudah pada level jijik melihat babi dan khamar! Kan semua jelas-jelas diharamkan ALLAH, Tuhan yang punya langit dan bumi, maka pilihannya cuman satu kita taat dan patuh pada aturan itu!
Riba haram mas? Baca saja di Quran Surat Al Baqarah 275.. masak masih ngeyel pada aturan ALLAH?

Banyak orang yang testimoni mulai merasakan keajaiban di level ini, ketika sudah mantab meninggalkan riba maka satu demi satu keajaiban datang! Ini seperti bukti dari hadist ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang INGIN MELUNASI hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut, selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.”  [HR. Ibnu Majah no. 2400]

3. SIAP KEHILANGAN!
Kehilangan apa? Kehilangan benda-benda yang selama ini membuat tersandera!
Gini, utang dengan jaminan SK itu hanya akan lunas di waktu yang telah ditentukan. Pihak pemberi utang tenang, karena ada jaminan dari tempat kerja bahwa tiap bulan gaji otomatis terpotong, gak ada kredit macet.. dan PASTI UNTUNG! Kalau berhutang dengan jadwal waktu 5 tahun, padahal baru setahun sudah terasa begitu sesak di dada, bagaimana cara memblokir yang 4 tahun tersisa?
Hanya satu pilihan.. lunasi pokoknya, tebass langsung!
Uang dari mana mas? Ya jual asset salah satu cara tercepat!
Punya motor? Jual aja..
Punya mobil? Jual aja..
Punya tanah? Jual aja..
Punya rumah? Jual aja..
Hasil penjualan 100% untuk bayar utang! Kalaupun nombok gak banyak-banyak amat laaah..

"Jual barang dan asset itu gak gampang mas? Susah cari pembeli! Berbulan-bulan iklan gak laku-laku juga!"

Mmmm.. pakai ilmu manusia sih! Pakai ilmunya ALLAH dong yang diajarkan Nabi!
Apa itu? SEDEKAH DI DEPAN!
Niatnya diganti, bukan begini:
"Kalau rumah saya laku, saya akan bersedekah 5 juta kepada anak-anak yatim!"

Tapi begini:
"Saya akan bersedekah 5 juta kepada anak-anak yatim, agar ALLAH ridho dan memberikan jalan keluar. Mengirimkan pembeli yang cocok yang akan membeli asset saya"

Tuh begitu... ada buktinya kalo itu manjur?
Sepanjang saya seminar "Kembali Ke Titik Nol" di berbagai kota, buanyak yang ngasih testimoni setelah asset mereka terjual setelah rutin ngasih makan anak-anak yatim dan duafa! Masak gak percaya sama ilmu yang diajarkan Nabi sih?

4. CARI PENDAPATAN LAIN YANG HALAL!
Sambil proses menjual asset, gak usah malu untuk ngobyek di luar jam kerja asal itu halal! Nyambi jadi driver ojek online boleeeh! Lepaskan itu seragam PNS, ganti jaket warna warni. Halal kok.. angkut!
Mau jualan? Gak dilarang.. belajar jualan online, dari jilbab, flaskdisk, casing HP, sambel kemasan, madu, obat herbal, apapun itulah.. pokoknya asal halal ya sikat! Kumpulkan uangnya untuk membayar pokok utang!

5. UBAH GAYA HIDUP!
Gak usah gampang panasss ketika teman sekantor pada pamer limit kartu kredit, pamer mobil baru, pamer motor baru, pamer laptop baru, apalagi cuman HP baru... haaaalaah, makplenyik lah itu!
Pokoknya "madep mantep" utang lunas! Fokuuusss jangan gampang panas!

6. MINTA DOA ORANG TUA
Mereka yang melahirkan dan membesarkanmu, cium tangan bahkan kaki mereka agar ALLAH makin ridho.. minta doa dari mereka agar bisa makin kuat menghadapi jeratan utang itu.

Daaaaan... jika moment mengharukan itu datang, engkau bisa membebaskan SK mu, jangan pernah lagi menyekolahkannya.. mulailah hidup hemat dan tertib dalam mengelola keuangan keluarga. Yakin deh, ketika hati tenang, pikiran lapang, itu semua potensi diri dan kreativitas bakal keluarrrr! Energi kebaikan akan berlipat-lipat, dan rejeki akan datang lagi lebih berkah dan lebih banyak...

Janji ALLAH:
"Barangsiapa berhijrah di jalan ALLAH, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.." [QS An Nisa:100]

Selamat berjuang kawan! Kelak engkau jadi PNS sungguhan.. Pengen Nambahi Sedekah!

Sedekahnya jadi buanyak! Karena rejeki terus datang berlipat-lipat..

Salam lunas!
@Saptuari

SURAT UNTUK CALAON MERTUA

Surat Terbuka Untuk Calon Mertua

Wahai calon Mertua yang berbahagia.

Hari ini izinkan saya untuk memperkenalkan diri saya secara pribadi kepada Bapak.
Nama saya Joko, Joko Prastyo.
Mudah untuk diingat, bukan?
Saya berfikir saya sudah sangat cukup umur untuk berhadapan dengan Bapak.
Sudah jauh-jauh hari saya ingin menjumpai Bapak.
Namun keadaan belum berpihak kepada kita untuk saling bertatap muka.

Wahai calon Mertua,
izinkan saya untuk berbicara panjang lebar dihadapan Bapak.
Berbicara blak-blakan, apa adanya.
Saya hadir disini karena satu alasan,
hanya untuk meminta putri Bapak.
Minta izin untuk tinggal bersama diatas perjanjian berlandaskan syariat agama.

Wahai calon Mertua.

Saya memang bukan siapa-siapa.
Hanya seorang pemuda yang baru bisa memenuhi hajat perut dua kali sehari.
Hanya seorang lajang yang sering langganan “Nasi Pecel” di warung seberang.
Dan kehidupannya sering bertukar antara siang dan malam.
Saya juga belum punya apa-apa yang patut Bapak banggakan.
Dan sah-sah saja apabila kemudian ada pertanyaan yang akan Bapak ajukan.

Wahai calon Mertua.

Sedikit tentang latar belakang keluarga,
saya bukan keturunan bangsawan.
Bukan juga berdarah konglomerat yang memiliki banyak proyek di dinas pemerintahan.
Apalagi keturunan panglima yang sering menyetir Avanza ataupun sedan.
Saya hanya orang biasa dari kalangan biasa.
Keluarga saya hanya seorang petani yang kesehariannya menanam sayuran dan kacang2an.
Sedikit mempunyai penghasilan dari hasil membelah pinang.
Tentunya Bapak bisa membayangkan bagaimana kehidupan kami yang serba pas-pasan.

Calon Mertua yang saya kagumi.

Berbicara tentang pendidikan,
saya sedikit lega kalau tidak berbangga hati.
Dengan kondisi prihatin pendidikan menjadi prioritas keluarga walaupun dengan biaya yang pas-pasan.
Tentunya dengan banyak halangan dan rintangan.
Sehingga saya bisa bekerja ditempat yang setidaknya cukup nyaman bagi saya,
Saya yakin Bapak sudah sangat paham dengan keadaan yang saya perjuangkan.

Wahai calon Mertua yang arif nan bijak.

Saya hadir dengan satu alasan
yaitu ingin melamar anak Bapak yang shaleha.
Saya sangat menghargai dan menghormati ia sebagai perempuan.
Saya tidak mau menciderai anugerah yang Allah  berikan.
Karena alasan itulah saya beranikan hati untuk berbicara dengan Bapak.
Selayaknya saya tidak baik berbicara begini,
namun hati saya selalu berontak untuk berkata jujur apa adanya.
Saya rasa itu tidak salah, bukan?
Sedikit cerita tentang awal perkenalan dengan anak Bapak.
Ketika itu tidak sengaja kenal di dunia maya.
Saya tidak mungkin memendam perasaan sampai akhir kehidupan.
Menurut saya, Bapak lah yang menjadi jalan sebagai obat penenang.

Wahai calon Mertua yang saya muliakan.

Saya memang belum berkecukupan selayaknya orang-orang diluar sana.
Saya belum punya banyak penghasilan.
Belum punya banyak pendapatan untuk mengarungi samudera yang sewaktu-waktu karam ditengah jalan.
Pun begitu,
yakinilah wahai calon Calon Mertua.
Yakinilah, saya akan menjaga amanah ini dengan sebaik mungkin.
Karena saya percaya,
putri Bapak adalah seorang navigator ulung yang sudah sangat mengenali arah bintang kehidupan.

Wahai calon Mertua.

Ini bukanlah penutup dari percakapan kita.
Ini adalah percakapan pembuka kita supaya Bapak membuka ruang.
Sebagai permulaan Bapak memberikan saya kesempatan meniti kehidupan bersama putri Bapak yang shaleha.

#terkirim_surat_ini_tanpa_alamat
#Semoga_calon_Mertua_juga_sedang_Facebookan😜😜

MITOS KEHAMILAN

MITOS KEHAMILAN YANG BUKAN DARI ISLAM

1. Ngidam tidak dipenuhi.
Diyakini bahwa bila ngidam wanita hamil tidak dipenuhi, anaknya nanti akan berliur (Jawa: ngileran). Ini hanya mitos belaka. Tdk sepantasnya dipercaya.

2. Acara tujuh bulanan.
Acara tujuh bulanan (Jawa: mitoni) bagi wanita hamil masih terpelihara di sebagian daerah. Dengan tujuan agar bayi nantinya hidup sehat, selamat sampai lahir. Jelas ini tdk ada ajarannya dlm Islam.

3. Suami dari wanita hamil dilarang membunuh hewan.
Dengan keyakinan itu akan membahayakan bayi. Itu tdk ada asalnya dr Islam.

4. Ucapan 'amit-amit jabang bayi'.
Kalimat ini diucapkan ibu hamil jika melihat sesuatu yg buruk. Dengan keyakinan bahwa jika ia mengucapkan 'amit-amit jabang bayi', maka hal buruk itu tdk akan dialami bayinya. Ini juga tdk ada asalnya dari Islam.

5. Ibu hamil membaca al-Qur'an surat Yusuf dan Maryam.
Diharapkan bila yg lahir anak laki-laki, ia akan tampan seperti Nabi Yusuf 'alayhissalam. Dan surat Maryam dibaca dgn harapan bila yg lahir anak perempuan, ia akan cantik seperti Maryam. Jelas ini tdk pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat.

6. Kokok ayam di tengah malam isyarat ada wanita yg hamil di luar nikah.
Keyakinan ini tidaklah benar karena tdk berlandaskan dalil.

7. Wanita hamil harus membawa gunting.
Hal itu dianggap benteng utk menolak bala dan musibah. Ini jelas kesyirikan!

8. Membuat tempat khusus untuk ari-ari.
Bahkan diberi lampu selama beberapa hari. Ini tdk ada perintahnya dlm Islam. Ari-ari bs dikubur biasa saja tanpa perlu diberi lampu

9. Ari-ari adalah saudara kembar bayi.
Krn itu, perlu diberi perlakuan khusus dgn mengadakan upacara tertentu ketika memendamnya. Kepercayaan ini tdk ada landasannya dlm Islam.

10. Keberatan nama.
Jika bayi sering sakit, itu dianggap bahwa bayi tersebut keberatan nama sehingga perlu ganti nama. Ini mitos yg sama sekali bukan berasal dari Islam.

Itulah sebagian pemikiran menyimpang yg sering diyakini oleh wanita hamil. Hal ini hendaknya segera ditingggalkan.
.
Allahu A'lam.
.
✒Oleh Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman

Rabu, 20 Juni 2018

WEJANGAN SUNAN DRAJAT

WEJANGAN LUHUR KANJENG SUNAN DRAJAT

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Salah satu wejangan luhur kanjeng sunan drajat adalah sebagai tujuh sap tangga meraih kesuksesan dalam hidup sebagai berikut :

1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

Selasa, 19 Juni 2018

BACAAN TASYAHUD AWAL

Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal

PENJELASAN BACAAN SHOLAWAT NABI PADA TASYAHUD AWAL BERSAMA SYAIKH AL-ALBANI

بسم الله الرحمن الرحيم

Sebagian orang membatasi bacaannya pada tasyahud pertama/awal hingga bacaan dua kalimat syahadat saja, kemudian berdiri.

Yang benar –Wallohu a’lam– adalah membaca tahiyat/tasyahud dengan sempurna.

Sebagaimana halnya ucapan salam disyari’atkan di dalam setiap kali tasyahud, demikian juga halnya disyari’atkan bacaan sholawat kepada beliau shollallohu 'alaihi wa sallam setiap kali selesai tasyahud, baik itu pada duduk tasyahud yang awal atau yang akhir, berdasarkan pada keumuman dan kemutlakan dalil-dalil yang ada.

Diantaranya firman Allah subhanahu wa Ta'ala

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadnya.” (QS. Al-Ahzab : 56).

Ibnul Qoyyim rohimahulloh mengatakan di dalam kitabnya, Jalaa-ul Afham (hal. 249), “Ayat ini menunjukkan ketika ucapan salam disyari’atkan kepada beliau berarti juga disyari’atkan ucapan sholawat kepadanya. Oleh karena itu, para sahabat telah menanyakan kepada beliau tata cara mengucapkan sholawat kepadanya. Mereka mengatakan, ‘Kami telah mengetahui tata cara mengucapkan salam kepada anda, lalu bagaimanakah kami mengucapkan sholawat kepada anda?’

Hal ini menunjukkan bahwa ucapan sholawat selalu beriringan dengan ucapan salam kepada beliau shollallohu 'alaihi wa sallam. Dan, telah maklum, bahwa seseorang yang sholat akan mengucapkan salam kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam –yaitu pada tasyahud awal–.

Maka, disyari’atkan juga baginya untuk mengucapkan sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam.”
Diantara dalil-dalil tersebut juga: hadits-hadits yang sangat banyak yang menyebutkan ucapan sholawat kepada beliau shollallohu 'alaihi wa sallam dan ucapan sholawat yang ditunjukkan pada hadits-hadits tersebut ada dua macam:

Ada yang berkenaan khusus pada ibadah sholat, ada pula yang bersifat umum.
Adapun yang pertama terbagi menjadi dua bagian: Ada yang khusus pada bacaan tasyahud dan ada juga yang diucapkan secara umum di dalam sholat.
Bagian yang pertama, ada empat hadits yang menerangkan hal tersebut:

Hadits Pertama, Hadits Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan secara marfu’:

" إذا تشهد أحدكم في الصلاة ؛ فليقل : اللهم ! صلِّ على محمد ... "

“Apabila salah seorang diantara kalian membaca tasyahud di dalam sholat, hendaknya dia mengucapkan, Allohumma sholli ‘alaa muhammad...” hingga akhir hadits. (HR. Al-Hakim [I/269], al-Baihaqi [II/279] dengan sanad al-Hakim, dari jalan Yahya bin As-Sabbaq dari seorang Bani al-Harits dari Ibnu Mas’ud). Al-Hakim mengatakan, “Hadits ini shohih.” Disetujui oleh Adz-Dzahabi.

Ini adalah hukum yang sangat mengherankan, karena orang dari Bani al-Harits ini tidak disebutkan namanya. Oleh karena itulah al-Hafidz di dalam at-Talkhis [III/504], mengatakan, “Para perawinya tsiqoh, kecuali orang dari Bani al-Harits ini, harus dilihat dulu siapa dia.”

Hadits Kedua, dari hadits Ibnu Mas’ud juga. Beliau berkata:

علمني رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التشهد كما يعلمنا السورة من القرآن ... فذكره ، وفيه : " اللهم ! صل على محمد ... "

“Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan kepadaku tasyahud, sebagaimana mengajarkan surah-surah Al-Qur-an...” lalu beliau menyebutkannya. Dan pada hadits ini disebutkan, “Allohumma sholli ‘alaa muhammad... dst.” (HR. Ath-Thabrani di dalam Al-Kabiir, ad-Daraquthni [135] dari jalan Muhammad bin Bakar al-Bursani, dia berkata: ‘Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mujahid menceritakan kepadaku, dia berkata: ‘Abdurrohman bin Abu Laila ataukah Abu Ma’mar menceritakan kepadaku dari Ibnu Mas’ud). Ad-Daraquthni mendho’ifkan hadits ini –dan diikuti pula oleh al-Haitsami [II/145]– dengan alasan Ibnu Mujahid, keduanya mengatakan, “Dia perawi yang dho’if.”

Hadits Ketiga, hadits Ibnu ‘Umar semisal hadits Ibnu Mas’ud.

Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni [134], dari jalan Kharijah bin Mush’ab dari Musa bin ‘Ubaidah dari ‘Abdulloh bin Dinar dari Ibnu ‘Umar.
Ad-Daraquthni mengatakan, “Musa bin ‘Ubaidah dan Kharijah, keduanya perawi yang dho’if.”

Hadits Keempat, hadits Buraidah secara marfu’:

" يا بريدة ! إذا جلست في صلاتك ؛ فلا تترك التشهد والصلاة عليَّ ؛ فإنها زكاةُ
الصلاة "

“Wahai Buraidah! Apabila engkau duduk di dalam sholatmu, janganlah engkau sampai melupakan membaca tasyahud dan sholawat kepadaku. Karena sholawat kepadaku adalah zakatnya sholat.” (HR. Ad-Daraquthni [136] dari jalan ‘Amru bin Syimr dari Jabir dari ‘Abdulloh bin Buroidah dari -bapak beliau- Buroidah). Ad-Daraquthni mengatakan, “’Amru bin Syimr dan Jabir keduanya perawi yang dho’if.”

Hadits-hadits ini, walaupun sanadnya dho’if, namun secara keseluruhan dapat dijadikan sandaran, insya Allah. Terlebih lagi hadits-hadits ini dikuatkan dengan hadits-hadits yang ada pada bagian yang kedua, di dalamnya terdapat tiga hadits berikut:

Hadits Pertama, hadits Ka’ab bin ‘Ujroh dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam:

أنه كان يقول في الصلاة : " اللهم ! صل على محمد ... "

“Bahwa beliau di dalam sholatnya mengucapkan: Allohumma sholli ‘alaa muhammad...dst.” (HR. Imam Syafi’i di dalam Al-Umm [I/102], dia berkata: Ibrohim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, dia berkata: Sa’ad bin Ishaq bin Ka’ab bin ‘Ujroh menceritakan kepadaku dari ‘Abdurrohman bin Abi Laila dari Ka’ab bin ‘Ujroh).

Ibrohim bin Muhammad ini adalah perawi yang dho’if
Ibnul Qoyyim [15] mengatakan, “Asy-Syafi’i berpendapat bolehnya menjadikan dia sebagai hujjah dengan semua cacat dan aib dia. Malik dan ulama lainnya memperbincangkan dirinya.”

Hadits Kedua: hadits Abu Huroiroh, bahwa beliau mengatakan:

يا رسول الله ! كيف نصلي عليك - يعني : في الصلاة - ؟ قال : " قولوا : اللهم ! صلِّ على محمد ... " إلخ .

“Wahai Rosululloh, bagaimanakah kami mengucapkan sholawat kepadamu –yaitu di dalam sholat–? Beliau bersabda, “Ucapkanlah: Allohumma sholli ‘alaa muhammad... dst.” (Diriwayatkan oleh Asy-Syafi’i juga dari syaikhnya yang ini juga dengan sanad yang sama kepada dia).

Hanya saja hadits ini mempunyai syahid:

Hadits Ketiga: dari hadits Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amru, beliau berkata:

أقبل رجل حتى جلس بين يدي رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ونحن عنده ؛ فقال : يا رسول الله !أما السلام عليك ؛ فقد عرفناه ، فكيف نصلي عليك إذا نحن صلينا في صلاتنا – صلى الله عليك - ؟ قال : فَصَمَت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حى أحببنا أن الرجل لم يسأله . فقال : " إذا أنتم صليتم علي ؛ فقولوا : اللهم ! صل على محمد ... "

“Seseorang datang hingga dia duduk di depan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam sedangkan kami berada di sisi beliau. Orang itu berkata, ‘Wahai Rosululloh, adapun ucapan salam kepadamu, kami telah mengetahuinya. Lalu, bagaimanakah kami mengucapkan sholawat kepadamu, apabila kami mengucapkan sholawat di dalam sholat kami –shollallahu ‘alaika–?’” Abu Mas’ud berkata, “Lalu, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam terdiam, hingga kami lebih senang orang tersebut tidak menanyakan hal itu. Maka beliau bersabda, ‘Apabila kalian hendak mengucapkan sholawat kepadaku, ucapkanlah: Allohumma sholli ‘alaa muhammad... dst.” (HR. Abu Daud [I/155],
ad-Daraquthni [135], al-Baihaqi [II/146 dan 278], dan Ahmad [IV/119] dari jalan Muhammad bin Ishaq, dia berkata: Muhammad bin Ibrohim bin al-Harits at-Taimi menceritakan kepadaku –tentang sholawat kepada Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam apabila seorang muslim hendak mengucapkan sholawat kepada beliau di dalam sholatnya– dari Muhammad bin ‘Abdulloh bin Zaid bin ‘Abdu Robbihi al-Anshori dari Abu Mas’ud).

Sanad ini sanad yang hasan dan muttashil –sebagaimana dikatakan oleh ad-Daraquthni–.
Adapun perkataan al-Hakim [I/268] –setelah menyebutkan hadits ini beserta sanadnya–, “Shohih sesuai kriteria Muslim.” Perkataan yang tepat, walaupun adz-Dzahabi menyetujuinya. Karena Ibnu Ishaq hanya disebutkan haditsnya sebagai mutaba’ah saja –sebagaimana berulang kali kami peringatkan akan hal ini–.

Begitu pula sebagian ulama memperbincangkan hadits dia ini, dikarenakan dia bersendiri meriwayatkan dengan perkataan, “Apabila kami hendak mengucapkan sholawat di dalam sholat kami.”

Sedangkan para perawi lainnya yang meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Ishaq tidak menyebutkan kalimat tersebut –sebagaimana hal itu disebutkan oleh Ibnul Qoyyim, yang beliau jelaskan di dalam kitabnya: al-Jalaa-u, lihat [4-6]–.

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya dan tidak ada penyebutan kalimat tambahan ini.

Mengenai perkataan orang tersebut, “Adapun ucapan salam kepadamu, kami telah mengetahuinya. Lalu, bagaimanakah kami mengucapkan sholawat kepadamu?”

Ucapan ini shohih dan disebutkan di dalam beberapa hadits –yang akan disebutkan nanti–.

Adapun hadits-hadits yang dikategorikan pada bagian akhir –pada pembagian di atas–, masing-masing akan disebutkan nanti pada tempatnya sendiri, insya Allah Ta’ala.

Para Ulama –seperti halnya al-Baihaqi, Ibnu Katsir dan al-Asqolaani– mengatakan, “Makna ucapan para sahabat: (ucapan salam kepadamu, kami telah mengetahuinya), adalah bahwa ucapan salam yang telah beliau shollallohu 'alaihi wa sallam ajarkan kepada para sahabat di dalam tasyahud, yaitu ucapan mereka:

السلام عليك أيها النبي ! ورحمة الله وبركاته

Hadits ini merupakan dalil yang sangat jelas menerangkan disyari’atkannya ucapan sholawat kepada beliau shollallohu 'alaihi wa sallam di dalam tasyahud awal juga, karena adanya ucapan salam kepada beliau di dalam tasyahud tersebut. Yang mana juga dikuatkan dengan hadits-hadits yang disebutkan sebelumnya.

Ini merupakan madzhab asy-Syafi’i rohimahulloh –sebagaimana beliau kemukakan  di dalam al-Umm [I/102 dan 105][1]– dan merupakan pendapat yang dianggap shohih oleh ulama syafi’iyah, sebagaimana ditegaskan oleh an-Nawawi di dalam al-Majmu’ [III/460]. Kemudian beliau mengatakan, “Yang shohih, bahwa ucapan sholawat adalah sunnah, dan ini dari nash perkataan Imam Asy-Syafi’i di dalam al-Umm dan al-Imlaa.” Dan beliau lebih memperjelas perkataannya di ar-Raudhoh [I/263].

Ini juga pendapat yang dipilih oleh al-Wazir ibnu Hubairah al-Hanbali di dalam al-Ifshoh, sebagaiamana dikutip oleh Ibnu Rajab di dalam Dzail ath-Thobaqoh [I/280] dan membenarkannya.
Ibnul Qoyyim telah mengkhususkan satu pasal tentang sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di dalam tasyahud awal, dan menyebutkan perselisihan ulama dalam masalah itu. Beliau menyebutkan dalil-dalil yang membolehkan dan menyatakannya sebagai sunnah, yaitu sebagian dari hadits-hadits yang kami lampirkan pada bagian  pertama, seperti hadits Ibnu ‘Umar dan hadits Buraidah.
Lalu, beliau mengatakan, “Ucapan ini berlaku umum, baik pada duduk tasyahud awal maupun akhir.”
Kemudian, beliau menyebutkan sandaran lainnya, yaitu ayat al-Qur-an yang telah kami sebutkan bersamaan komentar Ibnul Qoyyim terhadap ayat tersebut. Kemudian beliau mengatakan, “Dikarenakan –yakni tasyahud awal– adalah tempat disyari’atkannya bacaan tasyahud dan ucapan salam kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, berarti disyari’atkan juga bacaan sholawat kepada beliau sebagaimana halnya di dalam tasyahud akhir. Dan, dikarenakan pada tasyahud awal ini adalah tempat yang disenangi untuk mengucapkan sholawat kepada beliau, dikarenakan hal itu akan menyempurnakan nama beliau.”
Lalu, beliau menyebutkan dalil-dalil yang menolak dan menyelisihi hal tersebut. Tidak satupun dari dalil-dalil mereka yang layak untuk menyibukkan diri memberi jawaban atasnya, selain pendapat mereka, “Bahwa tasyahud awal disyari’atkan untuk disegerakan. Apabila Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam duduk pada tasyahud awal, seolah-olah beliau duduk di atas pemanggang api.”
Juga perkataan mereka, “Bahwa tidak satu pun hadits yang shohih menyebutkan bahwa beliau melakukan hal itu pada tasyahud awal.”
Adapun jawaban atas perkataan mereka yang pertama:
Hadits yang mereka sebutkan adalah hadits dho’if yang tidak dapat dijadikan sandaran. Karena, hadits ini berasal dari riwayat Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdulloh bin Mas’ud dari bapaknya dan dia tidak mendengar dari bapaknya –hal itu telah berulang kali disebutkan–.
Diriwayatkan oleh Ashab As-Sunan –kecuali Ibnu Majah–, al-Hakim [I/269], al-Baihaqi [II/134], ath-Thoyalisi [hal.44], dan Ahmad [I/386, 410, 428, 436 dan 460] dari beberapa jalan dari Sa’ad bin Ibrohim dari Abu ‘Ubaidah.
Al-Hakim mengatakan, “Hadits ini shohih sesuai kriteria al-Bukhori dan Muslim.”
Adz-Dzahabi mengomentarinya dengan mengatakan, “Perlu diperhatikan lebih teliti, apakah Sa’ad benar-benar telah mendengar dari Abu ‘Ubaidah.”
Namun, tanggapan yang diberikan oleh adz-Dzahabi tidak berarti sama sekali, karena Sa’ad telah menegaskan hal tersebut pada riwayat Ahmad. ‘Illat hadits ini yang sebenarnya adalah yang baru saja kami isyaratkan. At-Tirmidzi juga telah menyebutkan ‘illat tersebut, dia berkata, “Hadits ini hasan, hanya saja Abu ‘Ubaidah tidak mendengar dari bapaknya.”
Dan, yang mengherankan dari ucapan at-Tirmidzi ini, bagaimana mungkin beliau dapat menyatukan hukum beliau, yaitu menghasankan hadits ini dan menyebutkan ‘illatnya yang mana ‘illat tersebut dapat menghalangi hukum hadits ini sebagai hadits yang hasan. Telah diketahui bahwa hadits ini tidak mempunyai sanad selain sanad ini!
An-Nawawi dalam al-Majmu’ [III/460] telah mengutip pernyataan beliau secara ringkas dan menanggapinya, beliau berkata, “At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang hasan, namun tidak seperti beliau katakan, karena Abu ‘Ubaidah tidak mendengar dari bapaknya dan tidak juga berjumpa dengannya. Ini telah menjadi kesepakatan ulama hadits. Berarti hadits ini adalah hadits munqothi’.”
Demikian juga al-Hafidz menyatakan, di dalam at-Talkhis [III/506], adanya ‘illat pada hadits ini. Beliau berkata, “Hadits ini munqothi’, dikarenakan Abu ‘Ubaidah tidak mendengar dari bapaknya. Syu’bah berkata dari ‘Amru bin Murroh, dia berkata: Saya bertanya kepada Abu ‘Ubaidah: Apakah anda dapat menyebutkan sesuatu –yaitu hadits– dari ‘Abdulloh? Dia menjawab: tidak. Diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya.”
Walaupun seandainya hadits ini shohih, tetap tidak dapat dijadikan dalil dari apa yang mereka sebutkan. Asy-Syaukani [II/242] mengatakan –setelah menyebutkan perselisihan tentang wajibnya sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dan menybutkan dalil dari masing-masing pihak–, “Akan tetapi, mengkhususkan ucapan sholawat hanya pada tasyahud akhir adalah suatu yang tidak ditunjukkan oleh satu dalil yang shohih, bahkan yang dho’if sekalipun. Dan, semua dalil-dalil ini, yang dijadikan pegangan oleh ulama yang berpendapat wajibnya sholawat, tidak berlaku khusus pada tasyahud akhir. Dan, dalil yang paling memungkinkan untuk dijadikan pegangan dalam mengkhususkan ucapan sholawat hanya pada tasyahud akhir adalah hadits Ibnu Mas’ud ini. Namun, hadits ini tidak menunjukkan kecuali disyari’atkan untuk menyegerakan bacaan tasyahud dan itu dapat tercapai dengan menyegerakannya dibandingkan dengan tasyahud lainnya –yaitu tasyahud akhir–. Adapun hal tersebut mengharuskan untuk meninggalkan sesuatu yang telah ditunjukkan oleh dalil akan pensyariatan sesuatu tersebut, sama sekali didapati pada hadits itu. Dan tidak disangsikan lagi bagi sorang yang mengerjakan sholat –dengan membaca salah satu bacaan tasyahud dan ucapan sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam yang paling ringkas, sudah tergolong bersegera, bahkan sudah terlalu cepat jika dibandingkan dengan bacaan tasyahud akhir yang panjang, dengan ucapan at-Ta’awwudz (meminta perlindungan dari empat hal) dan bacaan do’a yang mutlak maupun yang dibatasi yang juga diperintahkan pada tasyahud akhir.”
Adapun menjawab perkataan mereka: mengenai tidak adanya hadits shohih dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melakukan hal itu.
Ini pun dapat dipertentangkan dengan mengatakan: Demikian pula, tidak ada hadits yang shohih dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melakukan hal itu pada tasyahud akhir. Kalau begitu, apakah ini menunjukkan bahwa ucapan sholawat ini bukan sesuatu yang disyari’atkan?
Tentu saja tidak seperti itu.
Ulasan akan hal itu: Bahwa perkara-perkara yang disyari’atkan dapat ditetapkan baik dengan sabda beliau shollallohu 'alaihi wa sallam, perbuatan beliau, atau dengan pengakuan dari beliau. Dan, telah disepakati bahwa bukan sesuatu yang diharuskan untuk menyatukan ketiga penunjukan itu dalam menetapkan sebuah perkara.
Dengan demikian, dalil-dalil yang telah kami lampirkan dan dalil-dalil yang akan kami sebutkan nantinya –sebagaimana dalil-dalil tersebut menunjukkan pensyari’atan ucapan sholawat pada duduk tasyahud awal, dengan berpegang pada keumuman dan kemutlakan dalil-dalil tersebut–seperti telah diuraikan sebelumnya–.
Benarlah kiranya, seandainya ada dalil yang membatasi hal itu dari dalil-dalil tersebut, kami akan mengamalkan dalil tersebut, karena dalil yng bersifat mutlak harus dipahami sejalan dengan dalil lainnya yang membatasi kemutlakan dalil tersebut. Akan tetapi, dalil yang membatasinya tidaklah shohih –seperti yang anda telah ketahui–.
Namun, masih ada beberapa riwayat yang harus kami berikan peringatan, karena mungkin dikira bahwa riwayat-riwayat itu bisa dijadikan pegangan dari sisi maknanya yang zhohir walaupun dari sisi sanad riwayat-riwayat tersebut tidak dapat dijadikan pegangan. Ada dua riwayat berkenaan dengan hal itu:
Pertama: hadits Ibnu Mas’ud, beliau berkata:
علَّمني رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التشهد في وسط الصلاة وفي آخرها ... الحديث وفيه : قال : ثم إن كان في وسط الصلاة ؛ نهض حين يفرغ من تشهده ، وإن كان في آخرها ؛ دعا بعد تشهده بما شاء الله أن يدعو ، ثم يسلم .
“Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku tasyahud di pertengahan sholat dan pada akhir sholat: ... al-hadits.” Dan, pada hadits ini disebutkan: Beliau berkata, “Apabila di pertengahan sholat, beliau segera berdiri tatkala telah selesai dari bacaan tasyahud beliau. Dan, apabila di akhir sholat, beliau berdo’a setelah membaca tasyahud dengan do’a yang –Allah telah kehendaki– bagi beliau untuk berdo’a dengan do’a tersebut, kemudian beliau salam.” (Diriwayatkan oleh Ahmad –dan juga Ibnu Khuzaimah– sebagaimana disebutkan di dalam at-Talkhis [III/507]. Hadits ini adalah hadits dho’if, seperti telah diterangkan pada pembahasan duduk tasyahud.
Riwayat yang lainnya (kedua): hadits Aisyah:
أن رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كان لا يزيد في الركعتين على التشهد .
“Bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak melebihkan bacaan beliau pada duduk tiap dua raka’at selain bacaan tasyahud.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari jalan Abu al-Huwairits dari Aisyah). Al-Haitsami [II/142] mengatakan, “Abu al-Huwairits pada sanad hadits ini adalah Kholid bin al-Huwairits, dia perawi yang tsiqoh.”
Saya katakan: “Kholid yang ini, saya tidak menjumpai seorang pun –ulama hadits– yang menyebutkan kunyah dia adalah Abu al-Huwairits atau kunyah lainnya (Bahkan, dia adalah Abu al-Jauzaa’ sebagaimana tercantum di dalam Musnad Abu Ya’la [4373]. Mungkin beliau keliru membaca perkataan al-Haitsami. Lalu, sekiranya perawi ini adalah dia, maka dia adalah perawi yang majhul. Ibnu Ma’in mengatakan, “Saya tidak mengenalnya.”
Ibnu Adiy mengatakan, “Aapabila Yahya tidak mengenalinya, berarti dia tidak terkenal dan tidak diketahui jati dirinya.”
Sedangkan al-Haitsami dalam mentsiqohkan perawi berpegang dengan pentsiqohan Ibnu Hibban, sedangkan Ibnu Hibban telah terkenal dengan sikap menggampangkan dalam hal itu. Dengan begitu, pernyataan al-Haitsami tidak dapat dijadikan pegangan.
Oleh karena itu, al-Hafidz di dalam at-Taqriib mengatakan, “Dia perawi yang maqbul.” Yaitu Majhul –hal itu beliau terangkan di dalam muqoddimahnya–.
Al-Hafidz lebih mapan di dalam ilmu hadits dan lebih menguasai ilmu-ilmu hadits dibandingkan dengan syaikhnya, yakni al-Haitsami.
Adapun dalil-dalil lain yang dilontarkan oleh ulama yang menolak sholawat pada tasyahud awal, yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim, khusus hanya tertuju pada kalangan syafi’iyah. Karena, mereka membedakan lafadz sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam yang diucapkan pada tasyahud awal dan tasyahud akhir, baik dari sisi hukumnya maupun jumlah lafadznya. Mereka berpendapat wajibnya ucapan sholawat pada tasyahud akhir, namun tidak pada tasyahud awal. Dan, mereka berpendapat bahwa pada tasyahud awal tidak disyari’atkan menyempurnakan ucapan sholawat hingga akhir, bahkan mereka menganggap makruh tambahan lafadz dari ucapan: (Allohumma sholli ‘alaa muhammad...). Berbeda halnya pada tasyahud akhir, yang mana hal itu tidak dianggap makruh, bahkan dianggap sunnah. Oleh karena itu, ulama yang menyelisihi mereka mendesak mereka untuk menyamakan hukum kedua ucapan sholawat tersebut dan juga jumlah lafadznya serta tata caranya. Ini adalah konsekuensi yang kuat dan tidak mungkin mereka hindari. Karena, dalil masing-masing kedua ucapan itu hanya satu. Dengan begitu, bagaimana mungkin ada indikasi yang membolehkan dibedakannya kedua ucapan sholawat tersebut?! Dari sanalah kami berpendapat bahwa seharusnya lafadz sholawat kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ini diucapkan secara utuh pada setiap tasyahud, dengan begitu berarti telah mengamalkan perintah ini secara sempurna. Wallohu Ta’ala Huwa al-Muwaffiq.
Kemudian saya mendapati sebuah hadits yang menyebutkan penegasan ucapan sholawat beliau kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam ­–di dalam masing-masing tasyahud– yang diriwayatkan oleh Abu ‘Awanah [II/324] dan an-Nasaa-i:
وكان صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يصلي على نفسه في التشهد الأول وغيره
“Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam mengucapkan sholawat untuk diri beliau sendiri di dalam tasyahud awal dan lainnya.”
Dan inilah yang menjadi mahdzabnya imam asy-Syafi’i sebagaimana beliau telah jelaskan di kitab “al-Umm” (1/144) dan lain-lain ulama yang sefaham dengan beliau seperti imam Ibnu Hazm di kitabnya “Al-Muhalla” (3/272; 4/134), dan imam Ibnul Qayyim di kitab Jalaa-ul Afhaam (hal. 216-217) dan lain-lain ulama. ) Bacalah Nailul Authar (2/324) oleh Asy-Syaukani; Shifatu Shalatin Nabi saw (hal. 177-178) dan Tamaamul Minnah (hal. 224) oleh Syaikh Al-Albani (
Maka barangsiapa yang tidak menyukai (tidak menyunatkan) membaca shalawat di waktu tasyahhud awal, hendaklah ia berikan kepada kami dalil yang shahih dan sharih/tegas. Dan mereka tidak akan mendapatkannya kecuali riwayat yang dhaif dan tidak tegas sebagaimana telah kami
PERHATIAN:
Mencukupkan membaca shalawat di tasyahhud awal dengan ucapan”Allahumma Shalli ‘Ala Ali Muhammad” , kemudian bangkit, tidak ada asalnya dari sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam sepanjang pemeriksaan kami. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin membacanya, hendaklah ia menyempurnakannya sebagaimana riwayat-riwayat yang tersebut di bab sebelumnya. Kecuali ia sebagai makmum, boleh ia membaca seberapa dapat karena keterkaitannya mengikuti imam. Wallahu A’lam.

[1] Imam Syafi’i berkata, “Bacaan tasyahud dan sholawat atas Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam tidak dipisahkan satu dengan lainnya. Ini juga merupakan pendapat Ibnu Daqiqil Ied dalam kitab Talkhis Al-Habiir, 1/236. Dia dikenal dengan nama Al-Wazir bin Hubairoh Al-Hambali dalam kitab Al-Ifshoh. Begitu pula yang dikutip oleh Ibnu Rajab dalam kitab Zail ath Thobaqot, 1/280 dan hal ini telah menjadi ketetapan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Disalin Oleh Muhammad Syarif

6 syawal  1439  H
19  Juni   208
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

BUKTI KESESATAN AJARAN TASAWUF

BUKTI KESESATAN AJARAN TASAWUF
______________________
Imam Syafi’i rahimahullah : “Seandainya seorang menjadi sufi (bertasawwuf) di pagi hari, niscaya sebelum datang waktu Zhuhur, engkau tidak dapati dirinya, kecuali menjadi orang bodoh”. (al-Manâqib lil Baihaqi 2/207)
___________________

(1). WIHDATUL WUJUD ::
Yakni keyakinan bhw Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menyatu dgn sgl sesuatu yg ada dialam semesta ini. Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bhw Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dpt msk ke dlm makhluk-Nya.
.
Al-Hallaj,seorang dedengkot sufi,berkata:“Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kpd makhluk-Nya dlm bentuk orang yg sdg makan dan minum.”(Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah,karya Dr.Ghalib bin ‘Ali Iwaji, 2/600).Ibnu ‘Arabi,tokoh sufi lainnya,berkata:
.
“Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yg diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba,maka ia adalah Rabb.Atau engkau katakan Rabb,kalau begitu siapa yg diberi kewajiban?”(Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah,hal.601)
.
Muhammad Sayyid At-Tijani meriwayatkan (secara dusta) dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bhw nya beliau bersabda: “Aku melihat Rabbku dlm bentuk seorang pemuda.” (Jawahirul Ma’ani,karya ‘Ali Harazim,1/197,dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 615).
.
Padahal Allah Subhaanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
“Tidak ada sesuatu pun yg serupa dgn Allah,dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)
.
“Berkatalah Musa: ‘Wahai Rabbku nampakkanlah (diri Engkau) kpdku agar aku dpt melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kamu sekali-kali tdk akan sanggup melihatku’…”1 (Al-A’raf: 143).
.
(2). Seorang yg menyetubuhi istrinya, tdk lain ia menyetubuhi Allah Subhaanahu Wa Ta’ala Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tdk lain ketika itu ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul Hikam).2 Betapa kufurnya kata-kata ini…, tidakkah orang-2 Sufi sadar akan kesesatan gembongnya ini ???.
.
(3). KEYAKINAN KAFIR ::
Bhw Allah Subhaanahu Wa Ta’ala adalah makhluk dan makhluk adalah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala,masing-2 saling menyembah kpd yg lainnya.
.
Ibnu ‘Arabi dedengkot Sufi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya.  " ALLAH MENYEMBAHKU " Dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).3.
.
PADAHAL ALLAH BERFIRMAN :"
Dan tdklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kpd-Ku.”(Adz-Dzariyat: 56)
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan dtg kpd Allah Yg Maha Pemurah dlm keadaan sbg hamba.” (QS 19: 93).
.
(4). Keyakinan bhw tdkk ada perbedaan diantara agama-2 yg ada.Ibnu ‘Arabi berkata: “Sblm nya aku mengingkari kawanku yg berbeda agama dgnku. Namun kini hatiku bisa menerima semua keadaan, tempat gembala rusa dan gereja pendeta, tempat berhala dan Ka’bah, lembaran-2 Taurat dan Mushaf Al Qur’an.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).4
.
Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yg sgt kondang,berkata: “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… Masjid, Gereja, atau tempat berhala-berhala.”5.
.
Padahal Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tdklah akan diterima (agama itu) dpdnya. Dan dia di akhirat termasuk orang-2 yg merugi.” (Ali Imran: 85).
.
(5). Bolehnya menolak Hadits yg jelas-2 shahih
(6). PEMBAGIAN ILMU MENJADI SYARI'AT DAN HAKIKAT ::
Di mana bila seseorang telah sampai pd tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yg tinggi kpd Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.Oleh krn itu, menurut keyakinan Sufi, gugur baginya sgl kewajiban dan larangan dlm agama ini.
.
Mrk berdalil dgn firman Allah dm Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99:
Yg mana mrk terjemahkan dgn:“Dan beribadahlah kpd Rabbmu hingga dtg kpdmu keyakinan.”
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:“Tdk diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman, bhw perkataan tsb termasuk se-besar-2 kekafiran dan yg paling berat.Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani krn Yahudi dan Nashrani beriman dgn sebagian isi Al Kitab dan mengkufuri sebagian lainnya. Sdgkan mrk adalah orang-2 kafir yg sesungguhnya (krn mrk berkeyakinan dgn sampainya kpd martabat hakikat tdk lagi terkait dgn kewajiban dan larangan dlm agama ini,)” (Majmu’ Fatawa, 11/401).
.
IBNU ‘ARABI::
Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Ta’i (28 Juli 1165-16 November 1240) atau lebih dikenal sbg Ibnu Arabi adalah seorang sufi sesat terkenal dlm perkembangan tasawuf di dunia Islam.
.
AL-HALLAJ ::
Abu Al-Mugis Al-Husain ibnu Mansur al-Baidlawi atau biasa disebut dgn “Al-Hallaj” adalah salah seorang dedengkot sufi yg dilahirkan di kota Thur yg bercorak Arab di kawasan Baidhah, Iran Tenggara, pd tanggal 26 Maret 866M. Ia merupakan seorang keturuna Persia.Kakeknya adalah seorang penganut Zoroaster dan ayahnya memeluk islam. Al-Hallaj merupakan dedengkot sufi abad ke-9 dan ke-10 yg paling terkenal. Ia terkenal krn berkata: “Akulah Kebenaran”, ucapan yg membuatnya dieksekusi
..
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dlm banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yg dianggap sbg sufi
di Pulau Jawa.Tdk ada yg mengetahui secara pasti asal-usulnya.
Dimasyarakat, terdpt banyak variasi cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Ajarannya yg terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti.
.
(7). Keyakinan bhw ibadah kpd Allah Ta’ala itu bkn krn takut dari adzab Allah Ta’ala (AN-NAAR / NERAKA) dan bkn pula mengharap JANNAH Allah Ta’ala.Padahal Allah Ta’ala berfirman:
.
“Dan peliharalah diri kalian dari an-naar (api neraka) yg disediakan utk orang-2 yg kafir.” (‘Ali Imran: 131)
“Dan bersegeralah kalian kpd ampunan dari Rabb kalian dan kpd jannah (surga) yg luasnya seluas langit dan bumi yg disediakan utk orang-2 yg bertaqwa.” (‘Ali Imran: 133)
.
(8). Dzikirnya orang-2 awam adalah Laa ilaha illallah,sdgkan dzikirnya orang-2 khusus dan paling khusus adalah /Allah”,/ huwa (dibaca: huu)”, dan/ aah” saja.Padahal Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah.” (HR. At-Tirmidzi, dari shahabat Jabir bin Abdullah z, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Al-Jami’, no. 1104).7
.
Syaikhul Islam Rahimahullah berkata: “Barangsiapa beranggapan bhw Laa ilaha illallah adalah dzikirnya orang awam, sdgkan dzikirnya orang-2 khusus dan paling khusus adalah / Huwa, maka ia seorang yg sesat dan menyesatkan.” (Risalah Al-’Ubudiyah, hal. 117-118, dinukil dari Haqiqatut Tasawuf, hal. 13)
.
(9). Keyakinan bhw orang-2 Sufi mempunyai ilmu kasyaf (yg dpt menyingkap hal-2 yg tersembunyi) dan ilmu ghaib.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dustakan mrk dlm firman-Nya:
“Katakanlah tdk ada seorang pun di langit dan di bumi yg mengetahui hal-2 yg ghaib kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
.
(10). Keyakinan bhw Allah Ta’ala menciptakan Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam dari nur / cahaya-Nya,dan Allah Ta’ala ciptakan sgl sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
.
Padahal Allah Ta’ala berfirman :
“Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia spt kalian, yg diwahyukan kpdku …” (Al-Kahfi: 110).
“(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kpd para Malaikat: “Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat.” (Shad: 71).
.
(11). Keyakinan bhw AllahTa’ala menciptakan dunia ini krn Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Padahal Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tdklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali utk beribadah kpd-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
.
Kaum Sufi menyatakan bhw syaikh-2 tarekat memiliki kemampuan meneropong dan mengetahui alam gaib melalui jalan kasyf, mrk berdusta memperoleh ilmu itu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. pd hal keyakinan mrk yg jelas-2 berseberangan dgn aqidah yg dibawa oleh Rasûlullâh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Ajaran Tasawuf berdiri di atas landasan-2 berikut:
=====================================
• Membagi agama menjadi lahir yg diketahui oleh orang-2 awam dan batin yg hanya dimengerti oleh kaum khos (orang-2 khusus saja)
• Memegangi kasyf dan dzauq dlm penetapan masalah-2 aqidah dan ibadah
• Melegalkan praktek syirik dan bahkan melakukan pembelaan untuknya
• Menshahihkan hadits melalui jalan kasyf
• Beramal berdasarkan hasil mimpi
• Beribadah dengan dasar dzauq dan wajd
• Menyebarkan Hadits-2 lemah dan palsu dan mengamalkannya.
• Membiasakan dzikir jama’i dan beribadah dgn me nari-2 diiringi oleh suara-2 alunan bunyi seruling dan alat-2 musik lainnya.Bahkan penulis kitab Ihya Ulumuddin menulis satu bab didlmnya dukungan terhdp ‘ibadah’ dgn tarian dan musik disertai penjelasan ttg adab-2 dan menetapkan bhw musik lebih menggelorakan hati dpd al-Qur`ân dari tujuh aspek.[al-Ihyâ:2/325-328].
.
Demikian point-2 prinsip aqidah yg diajarkan dlm ilmu Tasawuf dan diyakini kalangan Sufi. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjauhkan kita dari sgl kerusakan dlm keyakinan kita.
.
** .TASAWUF (SUFIYYAH) HIDUP DIALAM MIMPI, TANPA MEREKA SADARI MEREKA TELAH JATUH KAFIR **
===========================
IMAM SYAFI'I BERKATA:"
“Kalau seorang menganut ajaran Tasawuf (Tashawwuf) pd awal siang hari, tdk dtg waktu zhuhur kpd nya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.” dan sedikit akal. (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi).
.
IMAM SYAFI'I BERKATA :" Dasar landasan mereka adalah malas dan banyak makan. Mrk adalah orang yg paling rajin dlm menunaikan "BID'AH" krn bodoh dan penyelisihan syariat. Dan mrk juga orang yg paling sangat malas dalam melaksanakan kewajiban-2 dan menghidupkan Sunnah-2 Rasul (Tuntunan-2 Rasul) shallallahu 'alaihi wa sallam.
==================================
ORANG SUFI HIDUP DALAM MIMPI, SHOLAT GAMBANG DIATAS AIR, TERBANG KE MADINAH DLM I MENIT, MIMPI KETEMU RASULULLAH TIAP MALAM, IBADAH DONGENG,PAGI WARAS HABIS 'ASAR GILA.SUKA BERBOHONG.Wallâhu a’lam.
==================================
1 Maksudnya di dunia ini, adapun di akhirat maka kaum mukminin akan melihat Allah I, menurut aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ salaf. (ed)
2,3 Dinukil dari Ash-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 24-25.
4,5 Dinukil dari Ash-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal.24-25.
6 Dinukil dari Ash-Shufiyyah Fi Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 23
7 Lihat kitab Fiqhul Ad‘iyati Wal Adzkar, karya Asy-Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 173.
===========================

LAFADZ SHALAWAT

● LAFADZ SHALAWAT
   TERDAPAT DALAM 8 RIWAYAT

1. Dari Jalan Ka’ab bin ‘Ujrah

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

“Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid, Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid”.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah, Berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR. Bukhari 4/118, 6/27, dan 7/156, Muslim 2/16, Abu Dawud no. 976, 977, 978, At Tirmidzi 1/301-302, An Nasa-i dalam “Sunan” 3/47-58 dan “Amalul Yaum wal Lailah” no 54, Ibnu Majah no. 904, Ahmad 4/243-244, Ibnu Hibban dalam “Shahih” nya no. 900, 1948, 1955, Al Baihaqi dalam “Sunanul Kubra” 2/148 dan yang lainnya]

2. Dari Jalan Abu Humaid As Saa’diy

اللهم صل على محمد وعلى أزواجه وذريته كما صليت على إبراهيم ، وبارك على محمد وعلى أزواجه وذريته كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shol laita ‘alaa ibraahiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa baarokta ‘alaa ibraahiim innaka hamiidum majiid.

Artinya :
“Ya Allah,berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri beliau dan keturunannya,sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Ya Allah, Berkahilah Muhammad dan isteri-isteri beliau dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim,Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR. Bukhari 4/118, 7/157, Muslim 2/17, Abu Dawud no. 979, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/49, Ibnu Majah no. 905, Ahmad dalam “Musnad” nya 5/424, Baihaqi dalam “Sunanul Kubra” 2/150-151, Imam Malik dalam “Al Muwaththo’ 1/179 dan yang lainnya].

3. Dari Jalan Abi Mas’ud Al Anshariy

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa aali ibraahiim ,wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali ibraahiim fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim atas sekalian alam, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR Muslim 2/16, Abu Dawud no. 980, At Tirmidzi 5/37-38, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/45, Ahmad 4/118, 5/273-274, Ibnu Hibban dalam “Shahih” nya no. 1949, 1956, Baihaqi dalam “SUnanul Kubra” 2/146,dan Imam Malik dalam “AL Muwaththo’ (1/179-180 Tanwirul Hawalik Syarah Muwaththo'”]

4. Dari Jalan Abi Mas’ud, ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshariy (jalan kedua)

للهم صل على محمد النبي الأمي وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم وبارك على محمد النبي الأمي وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad yang ummi dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.Dan berkahilah Muhammad Nabi yang ummi dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR. Abu Dawud no. 981, An Nasa-i dalam “Amalul Yaum wal Lailah” no. 94, Ahmad dalam “Musnad” nya 4/119, Ibnu Hibban dalam “Shahih” nya no. 1950, Baihaqi dalam “Sunan” nya no 2/146-147, Ibnu Khuzaimah dalam “Shahih” nya no711, Daruquthni dalam “Sunan” nya no 1/354-355, Al Hakim dalam “Al Mustadrak” 1/268, dan Ath Thabrany dalam “Mu’jam Al Kabir” 17/251-252]

5. Dari Jalan Abi Sa’id Al Khudriy

اللهم صل على محمد عبدك ورسولك كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rosuulika kamaa shol laita ‘alaa aali ibraahiim, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibraahiim.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hambaMu dan RasulMu, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim”

[SHAHIH, HR Bukhari 6/27, 7/157, An Nasa-i 3/49, Ibnu Majah no. 903, Baihaqi 2/147, dan Ath Thahawiy dalam “Musykilul Atsaar” 3/73]

6. Dari Jalan Seorang Laki-Laki Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam

اللهم صل على محمد وعلى أهل بيته وعلى أزواجه وذريته كما صليت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد وبارك على محمد وعلى أهل بيته وعلى أزواجه وذريته كما باركت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ahli baitihi wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shallaita ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid , wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ahli baitihi wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa baarokta ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada ahli baitnya dan istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Dan berkahilah Muhammad dan kepada ahli baitnya dan istri-istrinya dan keturunannya, sebagimana Engkau telah memberkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR. Ahmad 5/347, Ini adalah lafazhnya, Ath Thowawiy dalam “Musykilul Atsaar” 3/74], dishahihkan oleh Al Albani dalam “Sifaat sahalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”, hal 178-179].

7. Dari Jalan Abu Hurairah

اللهم صل على محمد و على آل محمد وبارك على محمد و على آل محمد كما صليت وباركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita wa baarokta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid.

Artinya  :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad,sebagaimana Engkau telah bershalawat dan memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[SHAHIH, HR Ath Thowawiy dalam “Musykilul Atsaar” 3/75, An Nasa-i dalam “Amalul Yaum wal Lailah” no 47 dari jalan Dawud bin Qais dari Nu’aim bin Abdullah al Mujmir dari Abu Hurairah , Ibnul Qayyim dalam “Jalaa’ul Afhaam Fish Shalati Was Salaami ‘alaa Khairil Anaam (hal 13) berkata, “Isnad Hadist ini shahih atas syarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim), dan dishahihkan oleh Al Albani dalam “Sifaat sahalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”, hal 181 ]

8. Dari Jalan Thalhah bin ‘Ubaidullah

اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و على آل إبراهيم إنك حميد مجيد وبارك على محمد و على آل محمد كما باركت على إبراهيم و آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shol laita ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibraahiim wa aali ibraahiim innaka hamiidum majiid.

Artinya :
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim,sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”.

[SHAHIH, HR. Ahmad 1/162, An Nasa-i dalam “Sunan: nya 3/48 dan “Amalul Yaum wal Lailah” no 48, Abu Nu’aim dalam “Al Hilyah” 4/373,semuanya dari jalan ‘Utsman bin Mauhab dari Musa bin Thalhah, dari bapaknya (Thalhah bin ‘Ubaidullah), dishahihkan oleh Al Albani].

► Tentang Ucapan صلى ا لله عليه وسلم

Di sunnahkan (sebagian ulama mewajibkannya) mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap kali menyebut atau disebut nama beliau, yaitu dengan ucapan :

صلى ا لله عليه وسلم
“Shallallahu ‘alaihi wa sallam”

Riwayat2 yang datang tentang ini banyak sekali, diantaranya dari dua hadits shahih di bawah ini :

1. Dari jalan Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata,

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang yang bakhil (kikir/pelit) itu ialah orang yang apabila namaku disebut disisinya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku (dengan ucapan-red)
صلى ا لله عليه وسلم
(“shallallahu ‘alaihi wa sallam””).

[SHAHIH. Dikeluarkan oleh AT Tirmidzi 5/211, Ahmad 1/201 no 1736, An Nasa-i no 55,56 dan 57, Ibnu Hibban 2388, Al Hakim 1/549, dan Ath Thabraniy 3/137 no 2885.

2. Dari Abu Hurairah, ia berkata,

“Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :” Hina dan rugi serta kecewalah seorang yang disebut namaku disisinya, lalu ia tidak bershalawat kepadaku””.

[SHAHIH. Dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi 5/210, dan Al Hakim 1/549. Dan At Tirmidzi telah menyatakan bahwa hadits ini Hasan].

Hadits ke dua ini, banyak syawaahidnya dari jama’ah para shahabat, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kiatb : At Targhib wat Tarhib” (2/506-510) Imam Al Mundzir, “Jalaa-ul Afhaam (hal 229-240) Ibnu Qayyim, Al Bukhari dalam “Adabul Mufrad” (no 644, 645), Ibnu Khuzaimah (no 1888), Ibnu Hibban (no 2386 dan 2387 – Mawaarid).

Semoga Bermanfaat
______________