SEKILAS TENTANG ISTRI-ISTRI RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
#Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr
Tidak diragukan lagi bahwa mengetahui istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta jumlah mereka dan sekilas kisah kehidupan mereka merupakan bagian dari kesempurnaan mentadabburi ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Buku-buku sirah dan biografi banyak berisikan penjelasan tentang para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , akan tetapi alangkah bagusnya bila kita memberikan sedikit penjelasan tentang mereka walaupun dalam bentuk yang sangat ringkas.
[Diantara referensi dan sumber yang bisa dijadiakan rujukan untuk mengetahui biografi istri-istri Rasulullah Shalalllahu ‘alaihi wa sallam , sebagai berikut:
1. Thabaqat Ibnu Sa’di (8/52 dan setelahnya)
2. Tasmiyatu Azwajin Nabi wa Auladihi ditulis oleh Abi Ubaidillah Mu’ammar bin al-Mutsni
3. Al-Isti’ab, ditulis oleh Ibnu Abdil Bar (1/44 dan setelahnya)
4. Al-Ishabah fi Tamyizi As-Shahabah, oleh Ibnu Hajar (Kitabu Nisa, 4/224 dan seterusnya)
5. Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim (1/105 dan seterusnya)
6. Jala’ul Afham, oleh Ibnul Qayyim (154 dan seterusnya)]
_____
Jumlah istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebelas orang, dua diantara mereka meninggal dunia saat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, adapun sisanya (sembilan orang) masih hidup tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Berikut penjelasan singkat tentang mereka:
1. Khadijah binti Khuwailid al-Quraisyiah al-Asadiyah Radhiyallahu anha
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya sebelum diangkat menjadi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan umur Khadijah saat itu empat puluh tahun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah lagi dengan wanita lain sampai Khadijah wafat. Semua anak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam didapatkan dari Khdijah kecuali Ibrahim Radhiyallahu anhu. Ibrahim Radhiyallahu anhu merupakan anak yang Rasulullah dapatkan dari budak Beliau Mariyah Qibtiyyah. Khadijahlah yang menemani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disaat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi Nabi. Dia juga berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harta dan jiwanya. Khadijah Radhiyallahu anhuma meninggal dunia tiga tahun sebelum Hijrah Rasulullah ke Madinah.
Diantara keutamaan Khadijah,
a. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan salam kepadanya melalui Malaikat Jibril Alaihissallam lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan salam tersebut kepada istrinya Khadijah Radhiyallahu anhuma . Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau Radhiyallahu anhu berkata :
أَتَى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ وَمَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ، فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ، لَا صَخَبَ فِيهِ، وَلَا نَصَبَ
Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Ini Khadijah telah berjalan menuju kepadamu seraya membawa lauk atau makanan atau minuman. Apabila dia telah sampai kepadamu maka sampaikanlah padanya salam dari Rabbnya dan dariku! Dan berilah kabar gembira padanya dengan sebuah rumah di surga yang terbuat dari qashab (perak) tidak ada kegaduhan (suara-suara keras) di dalamnya tidak adapula rasa lelah (payah).
[Imam al-Bukhari (13/465, kitab Fathul Bari) dan Imam Muslim (4/1887)]
b. Khadijah Radhiyallahu anha tidak pernah menyakiti dan membuat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam marah. Rasulullah tidak pernah menghardik, mencela, tidak pula memboikotnya.
c. Beliau Radhiyallahu anha adalah wanita pertama yang beriman dengan Allah dan Rasulnya dari ummat ini.
2. Saudah bintu Zam’ah bin Qais al-Qurasyiah Radhiyallahu anha
Setelah Khadijah Radhiyallahu anha wafat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Saudah bintu Zum’ah bin Qais al-Quraisyah. Ketika Saudah sudah tua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mentalaknya, akan tetapi Saudah Radhiyallahu anha memberikan hari yang menjadi bagiannya (jatahnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma , sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan niatnya untuk mentalaknya.
[Riwayat al-Bukhari , Kitab Fathul Bari (9/312)]
Ini merupakan salah satu keutamaan Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha memberikan bagiannya kepada orang yang dikasihi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai bukti cintanya Radhiyallahu anha kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta mengutamakan kedudukan Aisyah Radhiyallahu anhuma di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan bagian (dari ghanimah) kepada para istrinya yang lain, sedangkan Saudah Radhiyallahu anha tidak Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri bagian, akan tetapi beliau Radhiyallahu anha ridha dengan hal itu semua. Beliau Radhiyallahu anha lebih mementingkan ridha Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah Azza wa Jalla meridhai Saudah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anhameninggal di akhir masa kekhilafahan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, semoga Allah meridhai mereka berdua, dan meridhai semua Shahabat.
3. Aisyah binti Abu Bakr Radhiyallahu anhuma
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah binti Abu Bakr as-Shiddiq Radhiyallahu anhuma pada bulan Syawal dua tahun sebelum hijrah ke Madinah. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau Radhiyallahu anhuma dinikahi tiga tahun sebelum hijrah, ketika itu Aisyah Radhiyallahu anhuma berumur enam tahun. Kemudian beliau Radhiyallahu anhuma digauli oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diawal-awal kedatangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah pada tahun pertama hijriyah, saat itu Aisyah Radhiyallahu anhuma telah berumur sembilan tahun. Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah Radhiyallahu anhuma, Malaikat pernah menampakkan Aisyah Radhiyallahu anhuma kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya dengan berbalut kain sutra. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu anhuma , beliau Radhiyallahu anhuma berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
أُرِيتُكِ فِي الْمَنَامِ مَرَّتَيْنِ أَرَى أَنَّكِ فِي سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ وَيَقُولُ هَذِهِ امْرَأَتُكَ فَاكْشِفْ عَنْهَا فَإِذَا هِيَ أَنْتِ فَأَقُولُ إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ
Tahukah kamu? Kamu sudah diperlihatkan kepadaku dalam mimpi sebanyak dua kali. Aku melihat seorang laki-laki datang membawamu dengan berbalut sepotong kain sutra, kemudian laki-laki itu berkata, ‘Ini adalah istrimu, maka singkaplah (hijab)nya.’ Ternyata wanita itu adalah kamu. Lalu Aku mengatakan, ‘Jika ini memang dari Allah, maka pasti Dia akan menjalankannya.”
[Imam al-Bukhari , Fathul Bari (12/399), dan Muslim (4/1889)]
Diantara keistimewaan Aisyah Radhiyallahu anhuma adalah beliau Radhiyallahu anhuma merupakan istri yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, tatkala nabi ditanya oleh ‘Amr bin al’Ash Radhiyallahu anhuma :
أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ فَقُلْتُ مِنْ الرِّجَالِ فَقَالَ أَبُوهَا قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَعَدَّ رِجَالًا
Siapakah orang yang paling Anda cintai? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Aisyah.’ Kemudian aku bertanya, ‘Dari kaum laki-laki?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapaknya Aisyah.”
[Imam al-Bukhari , Fathul Bari (8/74), dan Muslim (4/1856)]
Diantara keutamaannya juga adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menikahi gadis selain Aisyah Radhiyallahu anhuma. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Aisyah Radhiyallahu anhuma , beliau Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Saya berkata kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, seandainya engkau mampir disebuah lembah yang berisi sebuah pohon yang sebagian buahnya telah dimakan, dan sebuah pohon yang buahnya belum dimakan sama sekali, maka dimanakah kamu akan melepaskan (mengikatkan) ontamu? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Pada pohon yang belum dijamah.'
[Imam al-Bukhari , Fathul Bari ( 9/120)]
Maksud Aisyah adalah Rasulullah tidak pernah menikahi gadis selain dirinya.
Diantara keitimewaannya Radhiyallahu anhuma juga adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menerima wahyu sementara saat itu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berada dalam satu selimut bersama Aisyah Radhiyallahu anhuma . Ini tidak pernah terjadi dengan istri-istri Beliau Radhiyallahu anhuma yang lainnya. Dalam hadits yang shahih, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أُمَّ سَلَمَةَ لَا تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ فَإِنَّهُ وَاللَّهِ مَا نَزَلَ عَلَيَّ الْوَحْيُ وَأَنَا فِي لِحَافِ امْرَأَةٍ مِنْكُنَّ غَيْرِهَا
Wahai Ummu Salamah! Jangan kamu menyakitiku pada diri Aisyah, karena demi Allah tidak pernah wahyu turun kepadaku di saat aku berada didalam selimut salah seorang diantara kalian selain Aisyah.
Keutamaan Aisyah yang lainnya, Allah Azza wa Jalla membersihkannya dari tuduhan dan fitnah keji yang dilontarkan oleh para pendusta yang menuduh Aisyah Radhiyallahu anhuma berzina. Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat yang berkenaan dengan bersihnya Aisyah Radhiyallahu anhuma dari tuduhan tersebut, sebuah ayat yang akan terus dibaca oleh kaum Muslim baik dalam shalat ataupun diluar shalat sampai hari kiamat. Allah Azza wa Jalla juga memberikan persaksian bahwa Aisyah Radhiyallahu anhuma termasuk wanita yang baik. Allah Azza wa Jalla juga berjanji akan memberikan pengampunan dan rezeki yang sangat mulia. Tentang ini, Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata dengan penuh ketawaduan, “Sungguh kedudukan pada diriku lebih rendah dari pembicaraan Allah Azza wa Jalla mengenai aku dengan suatu perkara yang akan dibaca (al-Qur’an)”
[Al-Bukhari (7/431), dan Muslim (4/2129)]
Diantara keutamaannya juga adalah Aisyah Radhiyallahu anhuma merupakan istri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling faqih (paling paham tentang agama) dan yang paling banyak ilmunya dibandingkan dengan istri-istri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, bahkan beliau Radhiyallahu anhuma lebih faqih dari semua wanita ummat ini secara mutlak. Para pembesar Shahabat menjadikan beliau Radhiyallahu anhuma sebagai rujukan dan meminta fatwa kepada beliau Radhiyallahu anhuma .
Diantara keutamaannya adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal di rumah Aisyah, pada hari yang menjadi giliran Aisyah Radhiyallahu anhuma , meninggal dipangkuan Aisyah dan dikuburkan di rumah Aisyah Radhiyallahu anhuma.
[Al-Bukhari (8/144), dan Muslim (4/1893)]
Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, Aisyah Radhiyallahu anhuma baru berumur delapan belas tahun. Aisyah Radhiyallahu anhuma meninggal dunia di Madinah pada tahun 58 hijrah dan dimakamkan di pekuburan Baqi’. Sebelum meninggal, beliau Radhiyallahu anhuma sempat berwasiat agar dishalatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .
Kemudian para Ulama berbeda pendapat tentang masalah siapakah yang lebih utama antara Khadijah Radhiyallahu anhuma dan Aisyah Radhiyallahu anhuma . Diantara mereka ada yang berpendapat Aisyah Radhiyallahu anhuma lebih utama, sebagian yang lain berpendapat Khadijah lebih utama, ada juga yang memilih diam.
Ibn Qayyim rahimahullah mengatakan, “Saya pernah bertanya pada guru kami Ibnu Taimiyah rahimahullah, beliau rahimahullah menjawab, ‘Masing-masing dari mereka berdua memiliki keistimewaan. Khadijah Radhiyallahu anhuma memiliki pengaruh kuat di awal-awal Islam. Beliaulah yang menghibur, menguatkan dan menenangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Radhiyallahu anhuma menginfakkan hartanya dalam rangka membantu dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga beliau Radhiyallahu anhuma mendapat ghurratal (cahaya di akhirat) Islam. Beliau Radhiyallahu anhuma bersabar menanggung derita demi membela Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Pertolongan beliau Radhiyallahu anhuma untuk Rasulullah datang tepat pada waktu yang sangat dibutuhkan. Bantuan dan pertolongan yang beliau Radhiyallahu anhuma berikan tidak dimiliki oleh selainnya. Adapun Aisyah Radhiyallahu anhuma pengaruh beliau Radhiyallahu anhuma ada pada akhir-akhir Islam. Diantara keutamaannya at-tafaqquh fiddin (memahami ilmu agama), menyampaikan ilmu tersebut kepada umat ini, dan orang-orang Mukmin banyak mendapatkan manfaat dari ilmu yang telah beliau Radhiyallahu anhuma sampaikan dan ini tidak dimiliki oleh selainnya. Inilah ucapan beliau rahimahullah yang saya nukilkan secara makna.
[Jala’ul Afham (154)]
4. Hafshah binti Umar bin Khattab Radhyallahu anhuma
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah binti Umar bin Khattab Radhiyallahu anhuma pada tahun ke-3 Hijrah. Sebelum menikah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Hafshah pernah menjadi istri Khunais bin khuzafah yang merupakan salah seorang Shahabat Rasulullah yang pernah ikut serta dalam perang Badar. Hafshah bin Umar al-Khatthab meninggal dunia pada tahun ke-27 atau ke-28 hijrah.
5. Zainab binti Khuzaimah bin al-Harist al-Qaisiah Radhiyallahu anha
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Khuzaimah bin al-Harist al-Qaisiah dari Bani Hilal bin ‘Amir. Zainab Radhiyallahu anhuma meninggal dunia setelah hidup bersama Rasulullah selama dua bulan. Zainab Radhiyallahu anhuma dijuluki Ummul Masakin (ibunda kaum miskin) karena beliau Radhiyallahu anhuma sering memberi makan kepada orang-orang miskin.
6. Ummu Salamah Radhiyallahu anha
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi dengan Ummu Salamah yang bernama Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah al-Quraisyah al-Makhzuumiyah. Ada yang mengatakan bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu anha adalah istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir meninggal dunia. Beliau Radhiyallahu anha meninggal dunia pada tahun 62 hijrah. Beliau Radhiyallahu anha dikuburkan di pekuburan al-Baqi’. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada tahun ke-4 hijrah.
Diantara keutamaan Ummu Salamah Radhiyallahu anha adalah Jibril Alaihissallam pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan Ummu Salamah Radhiyallahu anha sedang ada bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga beliau Radhiyallahu anha bisa melihat malaikat Jibril Alaihissallam dalam rupa salah seorang shahabat yang Dihyah al-Kalbi. Disebutkan dalam Shahih Muslim dari Abu Utsman, beliau berkata, ” aku dikabari bahwasanya Jibril Alaihissallam mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara disamping Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma . Beliau berkata; kemudian Jibril Alaihissallam mulai berbicara dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu pergi, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Ummu Salamah Radhiyallahu anha, Siapakah dia?”
[Shahih Muslim (4/196)] (al-Hadits).
7. Zainab binti Jahsyi Radhiyallahu anha
Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Jahsyi dari Bani Asad bin Khuzaimah. Zainab Radhiyallahu anha merupakan anak dari bibi Rasulullah yang bernama Amimah bintu ‘Abdil Muttalib. Sebelum menikah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Zainab Radhiyallahu anha menjadi istri Zaid bin Haritsah Radhiyallahu anhu, salah seorang bekas budak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Setelah Zaid Radhiyallahu anhu menceraikan Zainan Radhiyallahu anha, Allah Azza wa Jalla menikahkan Zainab Radhiyallahu anhuma dengan Rasulullah langsung dari atas tujuh lapisan langit dan Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya:
فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia.
[Al-Ahzab/33:37]
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan masuk ke tempat Zainab Radhiyallahu anhuma tanpa meminta izin. Zainab Radhiyallahu anha membanggakan dirinya dihadapan para Istri Rasulullah yang lain seraya berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga-keluarga kalian, sedangkan aku dinikahkan langsung oleh Allah Azza wa Jalla dari atas tujuh lapisan langit.”
[HR. Al-Bukhari (13/403)]
Ini termasuk salah dari keistimewaan Zainab bintu Jahsyi.
Beliau Radhiyallahu anhuma meninggal dunia pada tahun 20 hijrah, dan dimakamkan di pekuburan al-Baqi’. Zainab Radhiyallahu anha adalah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling awal meninggal dunia setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu anhuma , beliau Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَسْرَعُكُنَّ لِحَاقًا بِي أَطْوَلُكُنَّ يَدًا . قَالَتْ عَائِشَةُ : فَكَانَتْ أَطْوَلَنَا يَدًا لِأَنَّهَا تَعْمَلُ بِيَدِهَا وتَتَصَدَّقُ
Yang paling cepat diantara kalian yang menyusulku (meniggal dunia) adalah yang paling panjang tangannya.’ Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Zainab Radhiyallahu anha adalah istri Beliau Radhiyallahu anhuma yang paling panjang tangannya, karena dia sering bekerja dan banyak bersedekah dengan tangannya.”
[HR. Muslim (4/1907)]
8. Juwairiyyah bin al-Harits bin Abi Dhirar Radhiyallahu anha
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyyah bin al-Harits bin Abi Dhirar al-Mustaliqiyah. Dia merupakan tawanan pada perang Bani Musthaliq dan masuk dalam bagian (ghanîmah) Tsabit bin Qais Radhiyallahu anhu. Tsabit bin Qais Radhiyallahu anhu membebaskannya dengan syarat dia harus membayar sejumlah uang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melunasinya lalu menikahinya pada tahun keenam hijriah, dan beliau Radhiyallahu anhuma meninggal dunia pada tahun lima puluh enam.
Diantara keutamaan Juwairiyah Radhiyallahu anha adalah kaum Muslim membebaskan seratus budak dan tawanan yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan Juwairiyyah Radhiyallahu anha ketika mereka tahu beliau Radhiyallahu anha dinikahi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para Shahabat mengatakan bahwa para tawanan itu telah menjadi saudara-saudara ipar bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini merupakan salah satu berkah Juwairiyah Radhiyallahu anha untuk kaumnya.
9. Ummu Habibah, Ramlah bintu Abi Sufyan Shakhr bin Harb Radhiyallahu anha
Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habibah Radhiyallahu anha yang bernama Ramlah bintu Abi Sufyan Shakhri bin Harbi al-Quraisyi al-Umawiyah. Ada yang mengatakan bahwa nama Ummu Habibah Radhiyallahu anha adalah Hindun. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya saat beliau Radhiyallahu anha sedang berhijrah di negeri Habasyah. Raja Najasyi memberikan kepadanya Radhiyallahu anhuma empat ratus dinar sebagai mahar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kemudian beliau dibawa dari Habasyah menuju Rasulullah di Madinah. Ummu Habibah Radhiyallahu anha meninggal dunia dimasa kepemimpinan saudaranya yang bernama Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
10. Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab Radhiyallahu anha
Pada tahun ketujuh hijriyah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Shafiyah bintu Huyai bin Akhtab tetua bani Nadhir dari keturunan Harun bin Imran saudara Musa Alaihissallam. Berdasarkan ini berarti dia adalah anak Nabi (Harun), pamannya seorang Nabi (yaitu Nabi Musa Alaihissalam), dan suaminya juga seorang Nabi (yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dia Radhiyallahu anha termasuk wanita paling cantik di dunia ini. Pada awalnya dia adalah seorang budak (dari tawanan perang) kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya dengan mahar dibebaskan atau dimerdekakan dari status budak. Ini termasuk bagian dari keutamaannya Radhiyallahu anha.
11. Maimunah bintu al-Harits al-Hilaliyah Radhiyallahu anha
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah bintu al-Harist al-Hilaliyah Radhiyallahu anha. Beliau Radhiyallahu anha adalah wanita terakhir yang dinikahi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya Radhiyallahu anha pada tahun ketujuh hijrah setelah umrah qada’, kemudian beliau Radhiyallahu anha meninggal di daerah Saraf pada tahun enampuluh tiga hijrah dimasa kekuasaan Mu’awiyah, semoga Allah meridhai mereka berdua dan meridhai semua Shahabat Rasulullah.
# Media Muslim Indonesia
# Pencari Ilmu Salaf
# Muhammad Wisam Samudera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar