Rabu, 19 Agustus 2020

JUMLAH YANG BANYAK BUKAN TOLAK UKUR KEBENARAN

Jumlah Yang Banyak Bukan Tolak Ukur Kebenaran

📑 Allah Ta'ala berfirman,

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ﴿١١٦﴾إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja. Sesungguhnya Rabb-Mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am 116-117)

✔ Pada ayat ini, Allah Azza wa Jalla memberikan perintah kepada Nabi-Nya dan perintah ini berlaku juga kepada seluruh pengikutnya. Yaitu perintah agar tidak mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka Bumi ini. Karena kebanyakan mereka berada dalam kesesatan. Jika seseorang tetap mengikuti mereka, maka ini akan menyebabkannya tersesat dari jalan Allah Azza wa Jalla.

👤 Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Azza wa Jalla memberitahukan tentang keadaan sebagian besar penduduk bumi dari anak keturunan Adam yang berada dalam kesesatan.” (Tafsîr Ibni Katsîr, III/322)

✔ Kebanyakan manusia tidak mengikuti ajaran yang murni dari Allah Azza wa Jalla. Ajaran yang mereka anut adalah ajaran-ajaran yang MENYIMPANG, amalan-amalan mereka bercampur dengan hal-hal baru yang mereka ada-adakan sendiri tanpa petunjuk dari Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

👤 Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya sebagian besar dari mereka telah menyimpang dalam Agama, amalan-amalan dan Ilmu-ilmu mereka. Agama-agama mereka telah rusak, amalan-amalan mereka mengikuti hawa nafsu mereka; dan Ilmu-ilmu mereka tidak didasarkan atas penelitian untuk mencari kebenaran dan tidak bisa mendapatkan jalan yang lurus.” (Tafsîr as-Sa’di, hlm. 42)

Kita tidak bisa menjadikan apa yang dipegang oleh KEBANYAKAN MANUSIA sebagai suatu kebenaran jika mereka berada dalam kesesatan. Gaya hidup menyimpang yang terus berkembang, kemaksiatan dan kesesatan yang terus merajalela, jangan sampai membuat kita tergiur dan terpengaruh. Sebagian kaum Muslimin merasa tidak enak jika menyelisihi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di dunia ini, padahal kebiasaan itu salah. Sebagai seorang Muslim kita harus berpegang kepada kebenaran yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla.

👤 Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya jumlah yang banyak bisa menjadi suatu kesesatan. Allah Azza wa Jalla berfirman, (yang artinya), 'Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan MENYESATKANMU dari jalan Allah.'

Dan di sisi lain, dengan jumlah yang banyak, seseorang bisa tertipu dengannya dan dia menyangka bahwa dia tidak akan terkalahkan dan pasti menang. Ini juga termasuk sebab dari kesesatan. Dan jumlah yang banyak jika kita lihat kepada sebagian besar penduduk Bumi, maka kebanyakan mereka sesat dan janganlah kamu tertipu dengan mereka.

Janganlah kamu katakan, 'Sesungguhnya manusia telah berpegang pada ini, bagaimana mungkin saya menyelisihi mereka?'” (Lihat al-Qaulul-Mufîd, I/110)

👤 Pesan yang sangat indah disampaikan oleh Imam al-Fudhail bin ‘Iyâdh rahimahullah, beliau pernah mengatakan,

“Ikutilah jalan-jalan petunjuk dan sedikitnya orang yang mengikutinya tidak akan berbahaya bagimu. Jauhilah jalan-jalan kesesatan dan janganlah tertipu dengan banyaknya jumlah orang yang binasa (terjerumus di sana).” (Al-I’tishâm lisy-Syâthibi, I/83)

👉 AYAT-AYAT YANG SEMISAL DENGAN LAFAZ DI ATAS

Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa kita tidak boleh mengikuti kebanyakan manusia di muka Bumi ini.

📑 Di antaranya adalah firman Allah ﷻ :

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

“Dan SEBAGIAN BESAR manusia tidak akan beriman (walaupun kamu sangat menginginkannya).” (QS. Yûsuf : 103)

📑 Begitu juga firman Allah ﷻ :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan SEBAGIAN BESAR dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yûsuf : 106)

📑 Dan juga firman-Nya :

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi KEBANYAKAN MANUSIA tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).” (QS. Al-Isra’ : 89)

📑 Dan juga firman-Nya :

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ ۖ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ

“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati KEBANYAKAN MEREKA orang-orang yang fasik.” (Al-A’râf : 102)

✔ Dengan demikian, kita bisa memahami bahwa Allah Azza wa Jalla mensifati SEBAGIAN BESAR MANUSIA di muka Bumi ini dengan sifat : SESAT, KAFIR (ingkar), SYIRIK dan FASIK, serta TIDAK BERIMAN kepada Allah Azza wa Jalla.

⚠ TIDAK BOLEH TERTIPU DENGAN JUMLAH YANG BANYAK

Di antara para Nabi ada yang memiliki pengikut hanya Satu atau Dua orang, karena kebanyakan Manusia pada saat itu berada dalam kesesatan. Pengikut Nabi tersebut meskipun hanya sedikit jumlahnya, mereka tidak tertipu dengan banyaknya manusia yang berada dalam kesesatan.

Rasulullah ﷺ bersabda :

عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَجَعَلَ يَمُرُّ النَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلاَنِ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ

“Ditunjukkan kepadaku umat-umat. Kemudian lewatlah seorang nabi bersama satu orang (pengikut), seorang Nabi bersama dua orang (pengikut) dan seorang Nabi bersama beberapa orang dan seorang Nabi yang lewat tidak bersama siapa pun…” (HR. Al-Bukhâri, no. 5752)

📑 Firman Allah Ta’ala :

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja.”

👤 Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,

“Bahkan tujuan mereka adalah mengikuti prasangka yang tidak mengandung kebenaran. Mereka hanya mengira-ngira dalam berbicara tentang Allah Azza wa Jalla dalam masalah yang tidak mereka ketahui. Jika seperti ini keadaannya, maka sangat wajar, jika Allah Azza wa Jalla memperingatkan para hamba-Nya dari keburukan tersebut dan menjelaskan keadaan mereka. Meskipun yang diajak bicara pada ayat ini adalah Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, (namun) sesungguhnya umatnya mengikuti Beliau ﷺ dalam seluruh hukum yang tidak dikekhususkan buat Beliau Shallallahu’alaihi wasallam.” (Tafsîr as-Sa’di, hlm. 42)

Dengan demikian kita mengetahui bahwa orang-orang Kafir berada dalam kesesatan karena dalam beragama mereka hanya mengikuti prasangka dan mengira-ngira akan suatu kebenaran sehingga mereka harus membuat kedustaan demi kedustaan atas nama Allâh Azza wa Jalla.

⚠ KEBENARAN HARUS MEMILIKI BUKTI

Kebenaran itu harus memiliki bukti. Oleh karena itu, kita tidak boleh tertipu dengan jumlah pengikut suatu Agama, keyakinan atau aliran tertentu yang banyak. Yang menjadi timbangan kebenaran bukan banyak atau sedikitnya pengikut, namun yang menjadi timbangan adalah kebenaran.

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menghukumi orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang yang sesat dan mereka menyangka bahwa mereka akan masuk ke dalam Surga.

📑 Allah Ta’ala berfirman :

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.’ Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, ‘Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.’” (QS. Al-Baqarah : 111)

Allah ﷻ menyuruh mereka untuk mendatangkan burhân (bukti), dan mereka tidak bisa mendatangkan bukti itu selama-lamanya. Diantara alasannya adalah kitab-kitab suci mereka, yaitu Taurat dan Injil, telah mengalami perubahan dari zaman ke zaman dan mereka pun meyakini akan terjadi perubahan tersebut.

Oleh karena itu, apabila kita mendapatkan suatu Agama, Kepercayaan, Keyakinan atau Aliran tidak bisa mendatangkan bukti akan kebenaran mereka, maka sudah sepantasnya kita tidak mengikuti mereka. Kebenaran adalah apa yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan yang disabdakan oleh Nabi Muhammad ﷺ, bukan ngarang-ngarang, bukan prasangka-prasangka dan juga bukan pendapat-pendapat manusia.

⚠ KEBENARAN AKAN MENJADI SUATU YANG ASING

✔ Di zaman sekarang ini, banyak sekali kaum Muslimin yang mengikuti dan meniru-niru orang kafir dan tidak mau mempelajari agama Islam. Akibatnya, banyak sekali kaum Muslimin yang tidak mengenal Agama mereka sendiri.

✔ Bahkan ketika ada seseorang yang menjalankan ibadah atau berpenampilan sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ, banyak orang yang mengaku Muslim yang mengejek mereka, bahkan dengan lancang berani mengatakan bahwa orang tersebut adalah orang yang sesat.

📚 Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ :

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana dia datang, maka beruntunglah orang-orang yang asing tersebut.” ([HR. Muslim no. 145/232)

📚 Di dalam riwayat lain ketika Rasulullah ﷺ ditanya tentang siapakah orang-orang asing tersebut, Rasulullah ﷺ bersabda :

قَوْمٌ صَالِحُونَ قَلِيلٌ فِي نَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

“Mereka adalah orang-orang shalih yang jumlahnya sedikit di antara orang-orang buruk yang jumlahnya banyak. Orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada orang yang menuruti mereka.” (HR. ‘Abdullah bin al-Mubârak dalam Musnad Ibni al-Mubârak, no. 23 dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabîr no. 1457. Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini shahih di dalam ash-Shahîhah, no. 1619)

👤 Mubârak bin Fadhâlah meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah, beliau mengatakan,

“Seandainya ada seseorang yang mendapati kaum Salaf generasi pertama kemudian dia dibangkitkan pada hari ini, maka dia tidak mengenal Islam sedikit pun.”

Kemudian beliau meletakkan tangannya di pipinya dan berkata, “Kecuali shalat ini.” (Al-Intishâr lihizbillâh al-Muwahhidîn, hlm. 92)

👤 Ibnu Wadhdhah meriwayatkan dari ‘Isa bin Yunus dari Al-Auza’i dari Hibban bin Abi Jabalah dari Abu Darda’ Radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Seandainya Rasulullah ﷺ keluar kepada kalian pada saat ini, maka beliau tidak mengenal apa-apa yang dulu dikerjakan oleh beliau dan para Sahabatnya kecuali shalat.”
👤 Kemudian al-Auza’i rahimahullah mengatakan, “Bagaimana jika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada saat ini?”
👤 ‘Isa bin Yunus berkata, “Bagaimana seandainya al-Auza’i mendapatkan zaman sekarang ini?” (Al-Intishâr lihizbillâh al-Muwahhidîn, hlm. 94)

Ini adalah perkataan beliau-beliau pada zaman dimana mereka hidup, Bagaimana jika para Ulama itu melihat manusia pada zaman kita sekarang ini?

📍 KESIMPULAN

✔ Berdasar uraian di atas maka kita bisa simpulkan beberapa hal sebagai berikut :

☑ Kebanyakan manusia di atas muka bumi adalah orang-orang yang menyimpang, sehingga kita tidak boleh mengikuti penyimpangan mereka atau jangan sampai kita tertipu dengan jumlah mereka yang banyak.

☑ Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan orang-orang yang menyimpang hanya mengikuti prasangka-prasangka dan kedustaan-kedustaan saja dalam beragama dan mereka tidak memiliki burhân (bukti) atas apa yang mereka lakukan.

☑ Kebenaran harus bisa dibuktikan dan dia harus berasal dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

☑ Sangat sedikit di akhir zaman orang-orang yang memahami kebenaran dan kebenaran tersebut akan terlihat asing oleh orang-orang Islam sendiri.

☑ Kaum Muslimin akan senantiasa mendapatkan petunjuk di jalan yang lurus selama mereka berpegang teguh dengan jamaah kaum Muslimin yang pertama, yaitu jamaah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Sahabatnya Radhiyallahu anhum.

📌 Demikian tulisan ini. Mudahan bermanfaat dan mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus. Aamiin.

🔽➖➖➖🔽➖➖➖🔽

🖋 Penulis : Ustadz Said Yai Ardiansyah Lc, MA
🌐 Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/6531-jika-beragama-mengikuti-kebanyakan-orang.html
🌇 Sumber Komik : https://instagram.com/satnitekomiks

📑 Beberapa Referensi dari Al-Qur’an :

(QS. Al-Baqarah : 243) “..kebanyakan manusia tidak bersyukur”
(QS. Ali Imran : 110) “..kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”
(QS. Al Madinah : 49) “..kebanyakan manusia adalah orang-orang fasik”
(QS. Al Aʼraf : 102) “..kebanyakan mereka orang-orang fasik”
(QS. Al A'raf : 187) “..kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Yunus : 60) “..kebanyakan mereka tidak bersyukur”
(QS. Yunus : 92) “..kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda kekuasaan kami”
(QS Hud : 17) “.. kebanyakan manusia tidak beriman”
(QS. Yusuf : 21) “..kebanyakan manusia tidak mengerti”
(QS. Yusuf : 38) “..kebanyakan manusia tidak bersyukur”
(QS. Yusuf : 40, 68) “..kebanyakan manusia tidak mengetahui” 
(QS. Yusuf : 103) “..kebanyakan manusia tidak beriman”
(QS. Yusuf : 106) “..kebanyakan mereka tidak beriman”
(QS. Ar Ra'd : 1) “..kebanyakan manusia tidak beriman”
(QS. An Nahl : 38) “..kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Al Isra' : 89) “..kebanyakan manusia tidak menyukainya bahkan mengingkarinya”
(QS. Al Furqan : 50) “..kebanyakan manusia tidak mau bersyukur bahkan mereka mengingkari nikmat”
(QS. An Naml : 73) “..kebanyakan mereka tidak mensyukurinya”
(QS. Ar Rum : 6, 30) “..Kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Saba' 28, 36) “..kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Az Zumar : 49) “..kebanyakan mereka tidak mengetahui”
(QS. Ghafir : 57) “..kebanyakan mereka tidak mengetahui”
(QS. Ghafir : 59) “..kebanyakan mereka tidak beriman”
(QS. Ghafir : 61) “..kebanyakan manusia tidak bersyukur”
(QS. Al Jasiyah : 26) “..kebanyakan manusia tidak mengetahui”
.......dst.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar