Selasa, 28 Desember 2021

NGAJI ITU PENTING BUKAN YANG PENTING NGAJI

NGAJI ITU PENTING BUKAN YANG PENTING NGAJI

Tempatnya jauh, kau mengeluh.
Tempatnya dekat, kau tak berangkat.

Ada jadwal pagi, kau minta petang.
Dipindah petang, kau lelah baru pulang

Kajian di hari biasa, kau bilang sibuk kerja.
Kajian di akhir pekan, kau bilang bentrok banyak undangan dan urusan

Kajian sudah berjalan, kau tanya kapan lagi ada?
Ada kajian baru, kau bilang nanti dulu.. masih atur waktu

Belajar Al Qur'an dan Sunnah kau bilang susah.
Disuruh menghafal, kau bilang memberatkan.
Tak ada hafalan, kau bilang kurang tantangan

Ustadz lulusan pesantren, kau anggap gak keren.
Ustadz lulusan perguruan tinggi, kau bilang tidak cocok ngajar kajian

Ustadz ngajarnya serius, kau bilang bikin bete.
Ustadz ngajarnya santai, kau bilang kurang oke

Sering dinasehati, kau kapok tak mau lagi mengaji

Setan itu gigih, 
dia selalu membisiki pelemahan dan pembenaran untuk menghindari yang baik baik

Jangankan orang yang pergi ke kajian, Orang sakaratul maut aja masih diganggu agar ga mampu melafadzkan tauhid

Nah besok2
Kalo udah punya niat
GO aja, 
Jangan kasih setan menang

NGAJI itu PENTING, bukan yang penting NGAJI

Allah berfirman,
“....Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa kelompok yang memperdalam pengetahuan agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila telah kembali kepada mereka supaya mereka menjaga diri.”
(QS. At Taubah [9]: 122)
๐Ÿ“ƒDiampuninya Dosa Bagi yang Hadir di Majelis Ilmu

Umar bin Khaththab radliyallahu anhu berkata,

“Ada seorang lelaki yang keluar dari rumahnya sedangkan dia membawa dosa seperti Gunung Tihamah, lalu dia mendengarkan ilmu agama. Lantas ia merasa takut kepada Allah. Maka ketika ia kembali ke rumahnya, ia tidak lagi memiliki dosa. Janganlah kalian berpisah dari majelis ulama.”

Maka ketahuilah, semoga Allah merahmatimu saudaraku, menghadiri majelis ilmu dapat menyebabkan seseorang diampuni dosanya oleh Allah

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda mengisahkan sebagaimana perkataan Umar di atas dalam hadits yang panjang

Para malaikat berkata,
“Mereka juga meminta ampunan kepada-Mu.”

Allah berfirman,
“Aku telah mengampuni mereka. Aku beri kepada mereka yang mereka minta dan Aku beri mereka perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku.”

Kemudian para malaikat itu berkata lagi,
“Wahai Rabb, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka,.”

Lalu Allah berfirman,
“Aku pun mengampuninya, mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka.”
(HR. Muslim)

Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita untuk mendatangi majelis ilmu dan pulang dari majelis ilmu dalam keadaan dosa-dosa kita terampuni oleh Allah.

Rabu, 22 Desember 2021

Keutamaan Menjawab Adzan yang Mungkin Tidak Anda Sadari*

๐Ÿ€๐Ÿ *Keutamaan Menjawab Adzan yang Mungkin Tidak Anda Sadari*



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Menjawab adzan, ternyata bukan amal yang nilainya ringan. Sekalipun hanya mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, namun islam menghargainya sebagai amal besar. Ada banyak sekali keutamaan amalan sederhana ini, berikut diantaranya,

[1] Menjadi saksi kebaikan

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู„ุงَ ูŠَุณْู…َุนُ ู…َุฏَู‰ ุตَูˆْุชِ ุงู„ْู…ُุคَุฐِّู†ِ ุฌِู†ٌّ ูˆَู„ุงَ ุฅِู†ْุณٌ ูˆَู„ุงَ ุดَู‰ْุกٌ ุฅِู„ุงَّ ุดَู‡ِุฏَ ู„َู‡ُ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

“Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan azan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 609).

Hadis ini menunjukkan keutamaan orang yang mengumandangkan adzan. Dan sekaligus mereka yang mendengar adzan dijadikan Allah sebagai saksi kebaikannya.

[2] Menjawab adzan karena dorongan keyakinan hati, akan mengantarkan menuju surga.

Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

ุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ ุงู„ْู…ُุคَุฐِّู†ُ: ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ูَู‚َุงู„َ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ: ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ู‡ُ، ู‚َุงู„َ: ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ู‡ُ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ู‚َุงู„َ: ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุญَูŠَّ ุนَู„َู‰ ุงู„ุตَّู„َุงุฉِ، ู‚َุงู„َ: ู„َุง ุญَูˆْู„َ ูˆَู„َุง ู‚ُูˆَّุฉَ ุฅِู„َّุง ุจِุงู„ู„ู‡ِ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุญَูŠَّ ุนَู„َู‰ ุงู„ْูَู„َุงุญِ، ู‚َุงู„َ: ู„َุง ุญَูˆْู„َ ูˆَู„َุง ู‚ُูˆَّุฉَ ุฅِู„َّุง ุจِุงู„ู„ู‡ِ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ู‚َุงู„َ: ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ู‡ُ، ู‚َุงู„َ: ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„ู‡ُ ู…ِู†ْ ู‚َู„ْุจِู‡ِ ุฏَุฎَู„َ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ “

Ketika muadzin mengumandangkan, Allahu akbar.. Allahu akbar

Lalu kalian menjawab: Allahu akbar.. Allahu akbar

Kemudian muadzin mengumandangkan, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..

Lalu kalian menjawab, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah..

dst… hingga akhir adzan

siapa yang mengucapkan itu dari dalam hatinya maka akan masuk surga. (HR. Muslim 385, Abu Daud 527 dan yang lainnya).

[3] Dengan menjawab adzan, Allah akan mengampuni dosa kita

Dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ู‚َุงู„َ ุญِูŠู†َ ูŠَุณْู…َุนُ ุงู„ْู…ُุคَุฐِّู†َ: ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุง ุงู„ู„ู‡ُ، ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„َุง ุดَุฑِูŠูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆู„ُู‡ُ، ุฑَุถِูŠุชُ  ุจِุงู„ู„ู‡ِ ุฑَุจًّุง ูˆَุจِู…ُุญَู…َّุฏٍ ุฑَุณُูˆู„ًุง، ูˆَุจِุงู„ْุฅِุณْู„ุงู…ِ ุฏِูŠู†ًุง، ุบُูِุฑَ ู„َู‡ُ ุฐَู†ْุจُู‡ُ

Barangsiapa yang ketika mendengar adzan dia mengucapkan,

ูˆَุฃَู†َุง ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุง ุงู„ู„ู‡ُ، ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„َุง ุดَุฑِูŠูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆู„ُู‡ُ، ุฑَุถِูŠุชُ  ุจِุงู„ู„ู‡ِ ุฑَุจًّุง ูˆَุจِู…ُุญَู…َّุฏٍ ุฑَุณُูˆู„ًุง، ูˆَุจِุงู„ْุฅِุณْู„ุงู…ِ ุฏِูŠู†ًุง

Saya juga bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada seukut baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabku, Muhamamd  sebagai Rasul, dan Islam sebagai agamaku.

Siapa yang mengucapkan itu maka dosa-dosanya akan diampuni. (HR. Ahmad 1565, Muslim 386 dan yang lainnya)

[4] Siapa yang menjawab adzan, lalu membaca shalawat sekali maka Allah akan memberi shalawat baginya 10 kali.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِุฐَุง ุณَู…ِุนْุชُู…ْ ุงู„ْู…ُุคَุฐِّู†َ ูَู‚ُูˆู„ُูˆุงู…ِุซْู„َ ู…َุง ูŠَู‚ُูˆู„ُ ، ุซُู…َّ ุตَู„ُّูˆุง ุนَู„َูŠَّ ، ูَุฅِู†َّู‡ُ ู…َู†ْ ุตَู„َّู‰ ุนَู„َูŠَّ ุตَู„ุงุฉً ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุจِู‡َุง ุนَุดْุฑًุง

“Apabila kalian mendengar muadzin, jawablah adzannya. Kemudian bacalah shalawat untukku. Karena orang yang membaca shalawat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali.” (HR. Muslim 384)

Menurut Abul Aliyah – seorang ulama tabiin – bahwa makna dari shalawat Allah kepada makhluk-Nya adalah pujian Allah untuk makhluk tersebut di hadapan para malaikatNya. (HR. Bukhari)

[5] Menjawab adzan, lalu memohon wasilah untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia berhak mendapat syafaat beliau.

Lanjutan hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุซُู…َّ ุณَู„ُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ู„ِูŠَ ุงู„ْูˆَุณِูŠู„َุฉَ، ูَุฅِู†َّู‡َุง ู…َู†ْุฒِู„َุฉٌ ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ، ู„َุง ุชَู†ْุจَุบِูŠ ุฅِู„َّุง ู„ِุนَุจْุฏٍ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِ ุงู„ู„ู‡ِ، ูˆَุฃَุฑْุฌُูˆ ุฃَู†ْ ุฃَูƒُูˆู†َ ุฃَู†َุง ู‡ُูˆَ، ูَู…َู†ْ ุณَุฃَู„َ ู„ِูŠ ุงู„ْูˆَุณِูŠู„َุฉَ ุญَู„َّุชْ ู„َู‡ُ ุงู„ุดَّูَุงุนَุฉُ

– Setelah menjawab adzan –  kemudian mintalah wasilah kepada Allah untukku. Wasilah adalah satu kedudukan di surga, yang tidak akan ditempati kecuali oleh salah seorang dari para hamba Allah. Dan saya berharap, saya-lah yang mendudukinya. Siapa yang memohon kepada Allah wasilah untukku maka halal baginya syafaatku. (HR. Muslim 384)

Permohonan wasilah ini kita baca dalam doa seusai menjawab adzan,

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฑَุจَّ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุฏَّุนْูˆَุฉِ ุงู„ุชَّุงู…َّุฉِ ، ูˆَุงู„ุตَّู„ุงَุฉِ ุงู„ู‚َุงุฆِู…َุฉِ ุขุชِ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุงู„ูˆَุณِูŠู„َุฉَ ูˆَุงู„ูَุถِูŠู„َุฉَ…

“Ya Allรขh! Saya memohon kepada-Mu dengan perantara hak do’a yang sempurna ini serta shalat yang ditegakkan ini, berilah wasilah (derajat di surga) dan keutamaan kepada Nabi Muhammad.…”

[6] Menjawab adzan, lalu memohon agar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan maqam mahmud, kita berhak mendapat syafaat.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Siapa mendengarkan adzan, lalu dia membaca doa,

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฑَุจَّ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุฏَّุนْูˆَุฉِ ุงู„ุชَّุงู…َّุฉِ ، ูˆَุงู„ุตَّู„ุงَุฉِ ุงู„ู‚َุงุฆِู…َุฉِ ุขุชِ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุงู„ูˆَุณِูŠู„َุฉَ ูˆَุงู„ูَุถِูŠู„َุฉَ، ูˆَุงุจْุนَุซْู‡ُ ู…َู‚َุงู…ًุง ู…َุญْู…ُูˆุฏًุง ุงู„َّุฐِูŠ ูˆَุนَุฏْุชَู‡ُ

“Ya Allรขh! Saya memohon kepada-Mu dengan perantara hak do’a yang sempurna ini serta shalat yang ditegakkan ini, berilah wasilah (derajat di surga) dan keutamaan kepada Nabi Muhammad. Dan tunjuklah beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji yang telah Engkau janjikan…”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, siapa yang membaca doa setelah adzan maka

ุฅِู„َّุง ุญَู„َّุชْ ู„َู‡ُ ุงู„ุดَّูَุงุนَุฉُ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

Halal baginya syafaat pada hari kiamat. (HR. Bukhari 614, Ahmad 14817 dan yang lainnya)

Yang dimaksud maqam mahmud adalah syafaat udzma (terbesar) ketika di padang mahsyar.

Sehingga ada 3 hal yang kita lakukan ketika adzan,

Menjawab adzab, dengan mengikuti seperti ucapan muadzin
Membaca shalawat setelah menjawab adzan
Membaca doa setelah adzan.
[7] Surga bagi orang yang menjawab adzan dengan penuh keyakinan

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita,

Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Bilal mengumandangkan adzan. Ketika beliau sudah selesai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ู‚َุงู„َ ู…ِุซْู„َ ู…َุง ู‚َุงู„َ ู‡َุฐَุง ูŠَู‚ِูŠู†ًุง، ุฏَุฎَู„َ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ

“Siapa yang mengucapkan seperti yang dilantunkan orang ini – Bilal – dengan yakin maka dia akan masuk surga. (HR. Ahmad 8624, Nasai 674 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

[8] Doa orang yang menjawab adzab, mustajab

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, beliau bercerita,

Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Ya Rasulullah, para muadzin mengalahkan kami dalam menggapai keutamaan..

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู‚ُู„ْ ูƒَู…َุง ูŠَู‚ُูˆู„ُูˆู†َ ูَุฅِุฐَุง ุงู†ْุชَู‡َูŠْุชَ ูَุณَู„ْ ุชُุนْุทَู‡ْ

Ucapkan seperti yang diucapkan muadzin, jika kamu telah selesai, berdoalah maka kamu akan diberi. (HR. Abu Daud 524, Ibn Hibban 1695 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)

Sungguh, janji pahala yang luar biasa.. sangat disayangkan jika kita menyia-nyiakannya..

Bersabarlah sesaat ketika ada adzan dikumandangkan, dan jawab adzan itu penuh keyakinan, lanjutkan dengan berdoa kepada Allah.. semoga Allah menggolongkan kita sebagi ahli surga., amiin..

Demikian, Allahu a’lam.




๐ŸŒ Sumber *Artikel* : https://konsultasisyariah.com/31906-keutamaan-luar-biasa-menjawab-adzan.html



☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.


✒  Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)



▪┈┈◈❂◉❖ ❁ ❖◉❂◈┈┈▪

Rabu, 15 Desember 2021

KAPAN MAKMUM MEMBACA FATIHAH

BISMILLAH

Semua itu harus dengan ilmu.

*KAPAN MAKMUM MEMBACA AL FATIHAH KETIKA SHOLAT BERJAMAAH ?*

Bismillahirrohmanirrohiim,

■ Dalil Wajib Diam Ketika Imam Membaca Al Fatihah

Ada beberapa dalil yang memerintahkan agar makmum diam ketika imam membaca surat karena bacaan imam dianggap sudah menjadi bacaan makmum, hal ini diperkuat oleh dalil Al Qur’an sebagai berikut :

๐Ÿ’• Di antara dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

ูˆَุฅِุฐَุง ู‚ُุฑِุฆَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขَู†ُ ูَุงุณْุชَู…ِุนُูˆุง ู„َู‡ُ ูˆَุฃَู†ْุตِุชُูˆุง ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชُุฑْุญَู…ُูˆู†َ

“Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al A’rof 204)

Imam Ahmad rohimahullah saat menjelaskan ayat diatas berkata :

ุฃุฌู…َุนَ ุงู„ู†َّุงุณُ ุนู„ู‰ ุฃู†َّ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉَ ููŠ
ุงู„ุตَّู„ุงุฉِ

“Telah sepakat/Ijma' manusia {para Ulama} bahwa ayat ini turun bertalian dengan {perintah diam dan mendengarkan bacaan Qur'an} saat sholat."
(Al Mughni I : 407)

Pada mulanya ada izin membaca di belakang imam kemudian hukum itu mansukh (dihapus) berdasarkan hadits Abu Hurairah,

๐Ÿ’• “Aku mendengar Abu Hurairah berkata :

ุตَู„َّู‰ ุงู„ู†َّุจِู‰ُّ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุจِุฃَุตْุญَุงุจِู‡ِ ุตَู„ุงَุฉً ู†َุธُู†ُّ ุฃَู†َّู‡َุง ุงู„ุตُّุจْุญُ ูَู‚َุงู„َ « ู‡َู„ْ ู‚َุฑَุฃَ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَุญَุฏٍ ». ู‚َุงู„َ ุฑَุฌُู„ٌ ุฃَู†َุง. ู‚َุงู„َ « ุฅِู†ِّู‰ ุฃَู‚ُูˆู„ُ ู…َุง ู„ِู‰ ุฃُู†َุงุฒَุนُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ».

“Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam sholat bersama para sahabatnya yang kami mengira bahwa itu adalah sholat subuh. Beliau bersabda : “Apakah salah seorang dari kalian ada yang membaca surat {di belakangku} ?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya. ” Beliau lalu bersabda : “Kenapa aku ditandingi dalam membaca Al Qur`an ?“
(HR. Abu Daud No. 826, hadits ini shohih)

๐Ÿ’• Dalil lainnya adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam :

ู…ู† ูƒุงู† ู„ู‡ ุฅู…ุงู… ูู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ุฅู…ุงู… ู„ู‡ ู‚ุฑุงุกุฉ

“Barangsiapa yang sholat di belakang imam, bacaan imam menjadi bacaan untuknya.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah No. 850. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

๐Ÿ’• Hadits lainnya lagi adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam :

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ุฅِู…َุงู…ُ – ุฃَูˆْ ุฅِู†َّู…َุง ุฌُุนِู„َ ุงู„ุฅِู…َุงู…ُ – ู„ِูŠُุคْุชَู…َّ ุจِู‡ِ ، ูَุฅِุฐَุง ูƒَุจَّุฑَ ูَูƒَุจِّุฑُูˆุง ، ูˆَุฅِุฐَุง ุฑَูƒَุนَ ูَุงุฑْูƒَุนُูˆุง ، ูˆَุฅِุฐَุง ุฑَูَุนَ ูَุงุฑْูَุนُูˆุง ، ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ ุณَู…ِุนَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„ِู…َู†ْ ุญَู…ِุฏَู‡ُ . ูَู‚ُูˆู„ُูˆุง ุฑَุจَّู†َุง ู„َูƒَ ุงู„ْุญَู…ْุฏُ . ูˆَุฅِุฐَุง ุณَุฌَุฏَ ูَุงุณْุฌُุฏُูˆุง

“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbirlah. Jika imam ruku’, maka ruku’lah.  Jika imam bangkit dari ruku’, maka bangkitlah. Jika imam mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’, ucapkanlah ‘robbana wa lakal hamd’. Jika imam sujud, sujudlah.”
(HR. Bukhori No.733 dan Muslim No. 411)

๐Ÿ’• Dalam riwayat Muslim pada hadits Abu Musa terdapat tambahan,

ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุฑَุฃَ ูَุฃَู†ْุตِุชُูˆุง

“Jika imam membaca {Al Fatihah}, maka diamlah.”

๐Ÿ’ž Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

ุฅุฐุง ูƒุจَّุฑَ ููƒุจِّุฑูˆุง، ูˆุฅุฐุง ู‚ุฑَุฃ ูุฃู†ุตِุชูˆุง

“Jika imam bertakbir, maka hendaklah kalian {makmum} ikut bertakbir, dan jika imam membaca, maka hendaklah kamu {makmum} diam.“
(HR. Muslim no. 404, hadits shohih)

๐Ÿ’• Dari Jabir berkata, Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Tiap-tiap sholat yang tidak dibacakan kepadanya Ummul Qur’an {Fatihah}, maka ia tidak sempurna, kecuali bila dibelakang imam {menjadi makmum}.”
(HR. Al Khollal)

๐Ÿ’• Dari sahabat Abu Hurairah rodhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

ุฅู†ู…ุง ุฌُุนู„ ุงู„ุฅู…ุงู…ُ ู„ูŠุคุชู…َّ ุจู‡ ، ูู„ุง ุชَุฎุชู„ููˆุง ุนู„ูŠู‡ ، ูุฅุฐุง ูƒุจَّุฑ ููƒุจِّุฑูˆุง ، ูˆุฅุฐุง ู‚ุฑَุฃ ูุฃู†ุตِุชูˆุง

“Sesungguhnya dijadikan seorang imam dalam sholat adalah untuk diikuti, maka jangan menyelisihinya. Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah, jika ia membaca ayat, maka diamlah.”
(HR. An Nasa'i no. 981, dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan An Nasa'i, asal hadits ini terdapat dalam Shohihain)

๐Ÿ’ฅ *Bukti lain, makmum tanpa membaca Al Fatihah sholat tetap sah*

Contoh :

Makmum datang ke masjid untuk sholat berjamaah mendapati imam sedang rukuk pada rakaat pertama, kemudian makmum takbir dulu 2 kali yaitu takbirotul ihrom dan selanjutnya takbir intiqol (takbir berpindah gerakan) untuk mengikuti rukuknya imam tanpa membaca surat Al Fatihah sampai sholat selesai, maka makmum tersebut tidak perlu berdiri untuk menambah rakaat lagi, sebab sudah dianggap sebagai sholat yang sah dan penuh (sempurna) meski tanpa harus membaca Al Fatihah. 

๐Ÿ’œ Dari Umar bin Al Khoththob rodhiyallahu ’anhu, beliau mengatakan :

ู…ู† ุฃุฏุฑูƒ ุงู„ุฅู…ุงู… ุฑุงูƒุนุง، ูุฑูƒุน ู‚ุจู„ ุฃู† ูŠุฑูุน ุงู„ุฅู…ุงู… ุฑุฃุณู‡، ูู‚ุฏ ุฃุฏุฑูƒ ุชู„ูƒ ุงู„ุฑูƒุนุฉ

“Barangsiapa yang mendapati imam rukuk, maka rukuklah sebelum imam bangkit. Maka ia telah mendapati rakaat tersebut.” 
(HR. Al Baihaqi, dishohihkan Al Albani dalam Irwaul Gholil, 2/263)

Makmum masbuq mendapatkan ruku’ bersama imam, sebelum imam bangkit dari rukuknya, dia mendapatkan raka’at tersebut.

❤️ Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda :

ู…َู†ْ ุฃَุฏْุฑَูƒَ ุฑَูƒْุนَุฉً ู…ِู†َ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉِ ูَู‚َุฏْ ุฃَุฏْุฑَูƒَู‡َุง ู‚َุจْู„َ ุฃَู†ْ ูŠُู‚ِูŠْู…َ ุงู„ْุฅِู…َุงู…ُ ุตُู„ْุจَู‡ُ

"Barangsiapa mendapatkan rak’atan {rukuk}, maka dia mendapatkan sholat, sebelum imam menegakkan tulang punggungnya."
(HR. Abu Dawud no. 893. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan Abi Dawud 1/169)

■ *Hikmah Memilih yang tidak Membaca Fatihah (Diam)*

Ayat Al Qur’an dan hadits-hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa seorang makmum pada sholat jahriyyah (rakaat pertama dan kedua) berkewajiban diam untuk menyimak bacaan imamnya secara umum baik itu Al Fatihah maupun surat setelahnya. Dengan itu makmum telah terwakili secara hukum. Tugas makmum adalah untuk mengingatkan bila imam salah yakni lupa pada bacaan maupun gerakannya. Sedang dijadikan imam gunanya untuk mewakili makmum, baik dalam mewakili membaca maupun gerakan. Kalau makmum sibuk sendiri dengan bacaannya, lantas imam salah dalam bacaannya siapa yang akan membetulkannya ? 

Bila semua makmum membaca, maka imam akan terganggu seperti yang dialami Rosulullah seperti hadits yang diatas. Inilah hikmahnya sholat berjamaah.

■ Makmum membaca Fatihah yaitu pada :

- Rakaat ke 3 sholat maghrib

- Rakaat ke 3 dan ke 4 sholat isya'

- Sholat dhuhur

- Sholat ashar

■ Perkataan Ulama

Ulama Ushul mengatakan agar didahulukan al ashohhu ‘ala ash shohih (yang lebih shohih atas yang shohih), didahulukan al aqwa ‘ala maa huwa qowiy (yang lebih kuat atas yang kuat), didahulukan al qowiy ‘ala adh dho’if (yang kuat atas yang lebih lemah), didahulukan ash shohih ‘ala al hasan (yang shohih atas yang hasan).

Wallahu a’lam