Kamis, 28 Februari 2019

HAKEKAT DAN SYARI,AT ALA SUFIYAH

KEKELIRUAN PEMBAGIAN HAKIKAT DAN SYARI’AT ALA TARIKAT SUFIYAH

Oleh
Ustadz Abu Minhâl

Sebagian kalangan tarikat Sufiyah membagi Islam menjadi dua bagian, yaitu syariat dan hakikat. Atau zhahir dan batin.

Ibnul-Jauzi rahimahullah menjelaskan: “Banyak kalangan Sufi yang membedakan (agama) menjadi hakikat dan syariat”.[1]

Yang dimaksudkan dengan syariat –menurut kaum Sufi- yaitu perkara apa saja yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya tanpa memerlukan adanya pentakwilan. Mereka menyebutnya dengan nama ilmu zhahir atau ilmu syariah. Menurut kalangan Sufi, golongan yang mengimani nash-nash syariat tanpa menggunakan takwil ini, masuk ke dalam kategori kelompok awam. Yang termasuk dalam klasifikasi ini -menurut kaca mata mereka- yaitu para imam empat, seluruh ulama fiqih (fuqaha), dan ulama hadits.

Adapun pengertian al-haqiqah (hakikat), yaitu bisikan-bisikan hati dan mimpi-mimpi kaum Sufi, yang mereka yakini sebagai takwil (penafsiran) ilmu syariat. Ilmu ini dikenal dengan istilah ilmu bathin, dan para pemiliknya pun disebut ahlul-bâthin. Mereka inilah –menurut kalangan Sufi- yang dikategorikan sebagai manusia-manusia khâsh, yang menyandarkan cara pengamalan agama pada penakwilan nash-nash syariat. Bahkan kata mereka, ilmu bathin tersebut lebih tinggi daripada ilmu syariah.

Mereka melabeli para ulama syariah dengan sebutan yang merendahkan. Seperti ‘al-‘awwaam’ (orang-orang awam), ahlu zhahir, al mahjubun (kaum yang terhalangi dari ilmu). Bahkan, kata ahlu syubuhat dan hawa nafsu pun mereka lekatkan pada ulama syariah.

Asy Syaranimenukil riwayat dari seorang tokoh Sufi, Nashr bin Ahmad ad Daqqaq, ia berkata : “Kesalahan seorang murid ada tiga : menikah, menulis hadits dan bergaul dengan ulama syariah”.

Lain lagi dengan Syaikh Hamd an Nahlan at Turabi. Sebelumnya ia menyibukkan diri dengan mengajar ilmu fiqh. Akan tetapi, pasca mengenal tarikat,menghabiskan waktunya selama 32 bulan untuk berkholwat. Murid-muridna pun memintanya untuk kembali mengajar. Akan tetapi ia menjawab : “Saya dan al Khalil (nama seorang ulama fiqih besar) terlah berpisah sampai hari Kiamat” [2]

HAKIKAT “ILMU HAKIKAT” SUFIYAH
Menurut seorang tokoh Sufi yang bernama Ibnu ‘Ajîbah [3], bahwa orang yang membagi agama menjadi hakikat dan syariat ialah Nabi. Menurut Ibnu ‘Ajîbah, Allah mengajarkannya kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui wahyu dan ilham. Malaikat Jibril datang pertama kali membawa “syariat”. Dan tatkala “syariat” sudah mengakar, maka Malaikat Jabril turun untuk kedua kalinya dengan membawa “haqiqat”. Tetapi hanya sebagian orang yang memperolehnya. Dan orang yang pertama kali memunculkannya ialah Sayyiduna ‘Ali.[4]

Anggapan dan keyakinan seperti ini, tentu merupakan pemikiran bid’ah model baru. Karena sejak awal, kaum Muslimin tidak pernah mengenal pembagian ini. Kaum Muslimin tidak pernah memikirkannya, apalagi sampai mengakuinya. Benih pembagian agama menjadi “hakikat” dan “syariat” ini sebenarnya tumbuh dari sekte Syi`ah yang mengatakan bahwa setiap segala sesuatu memiliki sisi zhahir dan batin. Sehingga –menurut kaum Sufi- demikian pula dengan Al-Qur`an, ia mempunyai sisi zhahir dan batin. Setiap ayat dan kata-katanya memuat pengertian zhahir dan batin. Sisi batin itu tidak terdeteksi kecuali oleh kalangan hamba Allah yang khusus (kaum khawâsh), yang –konon- Allah mengistimewakannya dengan karunia ini, bukan kepada orang selain mereka.[5]

Oleh karena itu, kalangan Sufi yang memegangi bid’ah ini, mereka telah mengikuti jalan ta`wil, sehingga “terpaksa” banyak menggunakan bahasa-bahasa dan istilah yang biasa dipakai orang-orang Syi`ah.

KONSEKUENSI ADANYA “HAKIKAT” DAN “SYARIAT”
Keyakinan yang telah mengakar pada sebagian penganut Sufi ini, memunculkan banyak konsekuensi buruk. Mulai dari berdusta terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan juga kebohongan terhadap para sahabat, terutama sahabat Abu Bakr, ‘Umar, dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum. Beberapa konsekuensi ini mungkin saja tidak mereka sadari, atau bahkan mereka tolak, akan tetapi, demikianlah adanya.

Misalnya tentang kedustaan terhadap Allah Ta’ala,. Yaitu, mereka melakukan pembagian agama menjadi “hakikat” dan “syariat” itu turun dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya dengan perantaraan Malaikat Jibril Alaihissalam. Sedangkan kedustaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa adanya pembagian ini telah menyiratkan tuduhan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan kitmânul-‘ilmi (menyembunyikan sebagian ilmu) dan tidak menjalankan amanah tabligh secara penuh. Padahal, terdapat ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala atas orang-orang yang menyembunyikan ilmu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati”. [al- Baqarah/2:159].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang ditanya ilmu, kemudian ia menyembunyikannya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membelenggu mulutnya dengan tali kekang dari neraka pada hari Kiamat kelak” [HR Abu Dawud].

Sehingga tidak mungkin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan sebagian ilmu. Anggapan itu, nyata merupakan pendapat yang mengada-ada. Ilmu apakah yang beliau sembunyikan? Padahal saat haji Wada`, beliau n telah mempersaksikan tentang tugasnya yang sudah disampaikannya secara utuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah menegaskan kesempurnaan Islam dalam Al-Qur`ânul-Karim.

Adapun lontaran kebohongan terhadap para sahabat, yaitu anggapan bahwa para sahabat Radhiyallahu ‘anhum adalah orang-orang sesat, bodoh, dan tidak mengenal ilmu hakikat yang dapat mendekatkan manusia kepada mahabatullah. Lontaran ini tentu merupakan kedustaan. Sebab mengandung hujatan yang meminggirkan peran para sahabat Radhiyallahu ‘anhum, dan hanya menempatkan Sahabat ‘Ali sajalah yang telah berperan dalam masalah ini, meskipun hakikatnya mereka pun berdusta atas nama Sahabat ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu.

Secara khusus, kedustaan ini memuat dua permasalahan.

Pertama : Yakni semakin menguatkan adanya benang merah antara Sufi dan Syi’ah.
Kedua : Kedustaan ini merupakan petunjuk adanya hasad terpendam terhadap agama Islam. Karena pembagian agama dalam dua kutub “syariat” dan “hakikat”, di dalamnya mengandung usaha untuk menjauhkan umat Islam dari generasi terbaiknya, yaitu para sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang mulia.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kaum Muslimin untuk memahami agama Islam dengan cara yang benar.

Marâji`:
– Hâdzihi Hiyash Shûfiyah, Syaikh ‘Abdur-Rahmân al-Wakîl.
– Ijtimâ Juyûsyil-Islâmiyyah lil-Imam Ibnil-Qayyim ma’a Mauqifihi min Ba’dhil-Firaq, Dr. ‘Awwâd bin ‘Abdullah al-Mu’tiq, Maktabah Rusyd, Cetakan III, Tahun 1419 H – 1999 M.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Naqdul-‘Ilmi wal-‘Ulama, hlm. 246-247.
[2]. Târîkh Baghdâd (2/331)
[3]. Ahmad bin Muhammad bin al Mahdi bin Ajîbah, dia adalah seorang tokoh Sufi, meninggal pada tahun 122H. Dia menulis sebuah kitab berjudul Iqâzhul-Himami fi Syarhil-Hikam.
[4]. Iqâzhul-Himami fi Syarhil-Hikam (1/5). Dikutip dari halaman 149 Ijtimâ’ Juyûsyil-Islâmiyyah lil- Imam Ibnil-Qayyim ma’a Mauqifihi min Ba’dhil-Firaq, Dr. ‘Awwâd bin ‘Abdullah al-Mu’tiq
[5]. Mengenai aliran Bathiniyah, lihat kupasannya di Majalah As-Sunnah, Edisi 01/Tahun X/1427 H/2006 M, hlm. 54-57.

Sumber: https://almanhaj.or.id/2662-kekeliruan-pembagian-hakikat-dan-syariat-ala-tarikat-sufiyah.html

Minggu, 24 Februari 2019

MACAM - MACAM BID,AH

PENGERTIAN BID’AH MACAM-MACAM BID’AH DAN HUKUM-HUKUMNYA

Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

PENGERTIAN BID’AH
Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah berfirman.

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Allah pencipta langit dan bumi” [Al-Baqarah/2 : 117]

Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.

Juga firman Allah.

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

“Katakanlah : ‘Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul”. [Al-Ahqaf/46 : 9].

Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.

Dan dikatakan juga : “Fulan mengada-adakan bid’ah”, maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.

Dan perbuatan bid’ah itu ada dua bagian :

1. Perbuatan bid’ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.

2. Perbuatan bid’ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan : “Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak”.

MACAM-MACAM BID’AH
Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
1. Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

2. Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :

a. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan, shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.

b. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.

c. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

d. Bid’ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari’atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.

HUKUM BID’AH DALAM AD-DIEN
Segala bentuk bid’ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak”.

Dan dalam riwayat lain disebutkan :

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak”.

Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan tertolak.

Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.

Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid’ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdo’a kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid’ah seperti bid’ahnya perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah. Ada juga bid’ah yang merupakan sarana menuju kesyirikan, seperti membangun bangunan di atas kubur, shalat berdo’a disisinya. Ada juga bid’ah yang merupakan fasiq secara aqidah sebagaimana halnya bid’ah Khawarij, Qadariyah dan Murji’ah dalam perkataan-perkataan mereka dan keyakinan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan ada juga bid’ah yang merupakan maksiat seperti bid’ahnya orang yang beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari, juga memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima’ (bersetubuh).

Catatan :
Orang yang membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Artinya : Sesungguhnya setiap bentuk bid’ah adalah sesat”.

Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk bid’ah itu adalah sesat ; dan orang ini (yang membagi bid’ah) mengatakan tidak setiap bid’ah itu sesat, tapi ada bid’ah yang baik !

Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya “Syarh Arba’in” mengenai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Setiap bid’ah adalah sesat”, merupakan (perkataan yang mencakup keseluruhan) tidak ada sesuatupun yang keluar dari kalimat tersebut dan itu merupakan dasar dari dasar Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : “Artinya : Barangsiapa mengadakan hal baru yang bukan dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak”. Jadi setiap orang yang mengada-ada sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien, padahal tidak ada dasarnya dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu sesat, dan Islam berlepas diri darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah, perbuatan atau perkataan-perkataan, baik lahir maupun batin.

Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa bid’ah itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu pada shalat Tarawih : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, juga mereka berkata : “Sesungguhnya telah ada hal-hal baru (pada Islam ini)”, yang tidak diingkari oleh ulama salaf, seperti mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu kitab, juga penulisan hadits dan penyusunannya”.

Adapun jawaban terhadap mereka adalah : bahwa sesungguhnya masalah-masalah ini ada rujukannya dalam syari’at, jadi bukan diada-adakan. Dan ucapan Umar Radhiyallahu ‘anhu : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, maksudnya adalah bid’ah menurut bahasa dan bukan bid’ah menurut syariat. Apa saja yang ada dalilnya dalam syariat sebagai rujukannya jika dikatakan “itu bid’ah” maksudnya adalah bid’ah menurut arti bahasa bukan menurut syari’at, karena bid’ah menurut syariat itu tidak ada dasarnya dalam syariat sebagai rujukannya.

Dan pengumpulan Al-Qur’an dalam satu kitab, ada rujukannya dalam syariat karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan penulisan Al-Qur’an, tapi penulisannya masih terpisah-pisah, maka dikumpulkan oleh para sahabat Radhiyallahu anhum pada satu mushaf (menjadi satu mushaf) untuk menjaga keutuhannya.

Juga shalat Tarawih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat secara berjama’ah bersama para sahabat beberapa malam, lalu pada akhirnya tidak bersama mereka (sahabat) khawatir kalau dijadikan sebagai satu kewajiban dan para sahabat terus sahalat Tarawih secara berkelompok-kelompok di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat beliau sampai sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu menjadikan mereka satu jama’ah di belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan hal ini bukan merupakan bid’ah dalam Ad-Dien.

Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada rujukannya dalam syariat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk menulis sebagian hadits-hadist kepada sebagian sahabat karena ada permintaan kepada beliau dan yang dikhawatirkan pada penulisan hadits masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara umum adalah ditakutkan tercampur dengan penulisan Al-Qur’an. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah kekhawatiran tersebut ; sebab Al-Qur’an sudah sempurna dan telah disesuaikan sebelum wafat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka setelah itu kaum muslimin mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai usaha untuk menjaga agar supaya tidak hilang ; semoga Allah Ta’ala memberi balasan yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak kehilangan dan tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang selalu tidak bertanggung jawab.

[Disalin dari buku Al-Wala & Al-Bara Tentang Siapa Yang harus Dicintai & Harus Dimusuhi oleh Orang Islam, oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, terbitan At-Tibyan Solo, hal 47-55, penerjemah Endang Saefuddin.]


🔅📚🔅📚🔅📚🔅📚

Rabu, 20 Februari 2019

MERAIH SHOLAT KHUSYUK

Baca pembahasan sebelumnya Kiat-Kiat Meraih Shalat Khusyuk (Bag. 1)

Menghilangkan lintasan-lintasan pikiran yang muncul ketika shalat

Perkara penting untuk meraih khusyuk dalam shalat adalah hadir atau fokusnya hati. Terkait ini, setan berusaha untuk memalingkan seseorang dari kekhusyukan dengan memunculkan berbagai lintasan pikiran ketika shalat, bahkan lintasan-lintasan pikiran yang tidak ada faidahnya sedikit pun. Ketika selesai shalat, lintasan pikiran itu pun cepat pergi, karena tujuan setan memang mengganggu fokus manusia ketika shalat.

Inilah yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika seseorang berdiri untuk mendirikan shalat, setan pun mendatangi orang tersebut dan mengatakan,

اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِي كَمْ صَلَّى

“Ingatlah (perkara) ini, ingatlah (perkara) itu. Setan terus-menerus mengingatkan perkara itu, sampai orang tersebut tidak tahu berapa raka’at yang dia sudah kerjakan.” (HR. Bukhari no. 608)

Disebutkan bahwa seseorang mendatangi Imam Abu Hanifah rahimahullahu Ta’ala dan berkata kepadanya, “Wahai syaikh, aku lupa perkara ini dan itu.”

Maksudnya, dia terlupa beberapa perkara penting dan urgen dalam hidupnya.

Imam Abu Hanifah berkata, “Pergilah untuk shalat, niscaya Engkau akan ingat.”

Orang tersebut pun pergi, dan ketika dia mulai mendirikan shalat, dia pun teringat perkara yang sebelumnya dia lupa. (Syarh Shahh Bukhari 2: 237, karya Ibnu Bathal)

Baca Juga: Hadirkan Perasaan Ini Ketika Sholat, Membantu Anda Lebih Khusyuk

Namun, alhamdulillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bagaimanakah obat untuk mengatasi gangguan setan tersebut. ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu mengadukan perkara tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,

ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا

“Itu adalah (karena) gangguan setan yang disebut dengan Khanzab. Bila Engkau diganggunya, mintalah perlindungan Allah darinya dan meludahlah ke kiri tiga kali.”

‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata,

فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي

“Lalu aku pun melakukan hal itu, godaan itu pun hilang dengan ijin Allah.” (HR. Muslim no. 2203)

Berdasarkan hadits tersebut, obat yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

Pertama, mengucapkan ta’awudz, yaitu dengan mengucapkan,

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

(Aku berlindung kepada Allah, dari godaan setan yang terkutuk.)

Baca Juga: Bersedekap Di Dada Dan Menundukkan Pandangan Ketika Shalat Cermin Kekhusyukan

Ke dua, meludah ke kiri tiga kali.

“Obat” yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu manjur, karena kuatnya keimanan sahabat ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu.

Menoleh ke kiri dalam kondisi seperti ini tidaklah mengapa, karena termasuk dia menoleh karena kebutuhan (hajat). Namun, jika di sebelah kirinya ada orang shalat, maka hendaknya mencukupkan diri dengan doa ta’awudz. Karena jika dia meludah ke kiri tiga kali, hal itu akan mengganggu orang shalat yang ada di sebelahnya.

Perlu kami sampaikan juga bahwa meludah di masjid pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu memang memungkinkan. Karena pada saat itu, lantai masjid masih berupa tanah (pasir). Sehingga jika seseorang telah meludah, dia bisa menutup ludah tersebut dengan pasir, sehingga tidak mengganggu atau membuat jijik orang lain setelahnya.

Adapun pada zaman sekarang, lantai masjid itu berupa karpet, sehingga akan mengotori masjid, meskipun tidak najis. Sehingga saran kami bagi orang-orang yang mudah terkena penyakit seperti ini, untuk membawa semacam tisu ketika shalat. Ketika muncul gangguan tersebut, dia ber-ta’awudz dan meludah ke kiri dan ditutup dengan tisu yang dibawa, lalu tisu tersebut dimasukkan ke dalam kantong baju, dan bisa dibuang setelah shalat. Wallahu a’lam.

Baca Juga:

Ada Apa Dengan Khusyuk?
Terhanyut dalam Shalat yang Khusyu’
[Bersambung]

***

@Jogjakarta, 19 Jumadil awwal 1440/ 25 Januari 2018

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

Selasa, 19 Februari 2019

RUH NABI DATANG PADA ACARA MAULID

RUH NABI SHALLALLAHUALAYHI WASALLAM HADIR DI ACARA MAULID DAN BARZANJI 

  Banyak orang yang meyakini bahwa ruh Nabi shalallahualayhinwasallam hadir dalam ritual maulid dan bazanji. Tentunya jika setelah wafatnya Nabi shallallahualayhi wasallam, ruh Nabi hadir dalam ritual maulid dan barzanji,atau melihat dan bertemu Nabi dalam keadaan terjaga maka melazimkan hal sebagai berikut :

-  Berarti ruh Nabi dapat berjumlah ganda, karena memungkinkan dalam satu waktu (terutama tanggal 12 robiul awwal) dilaksanakan banyak maulid di seluruh dunia, Dan ruh Nabi shallallahualayhi wasallam hadir di acara tersebut. ? Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika sebagian orng melaksanakan maulid berdiri serentak dalam menyambut kedatangan Nabi di ritual mereka. Bukankah pada saat Nabi hidup saja  Beliau shallallahualayhi wasallam tidak dapat menjadikan jasadnya berada di dua tempat?  Apalagi setelah meninggal. ?
-  Meyakini Ruh Nabi masih bisa hadir di ritual mereka maka melazimkan mereka masih dapat berkomunikasi dengan Nabi,meminta agar Nabi shallallahualayhi wasallam memberi solusi tentang permasalahan ummat. Hal ini tentunya merupakan khurofat besar, bukankah terjadi perselisihan diantara para shahabat karena kesalahpahaman dan peran kaum khawarij sehingga terjadi pertumpahan darah? Lantas kenapa para shahabat tidak berdiskusi dengan ruh Nabi untuk memecahkan masalah dan solusi dalam perselisihan mereka. ?
-  Jika ada yg berkeyakinan bahwa ruh Nabi shallallahualayhi wasallam muncul di acara maulid, tentunya para Shahabat Nabi akan bersemangat untuk mengadakan acara maulid setiap tahun,kerena kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Nabi shallallahualayhi wasallam dan berdiskusi kepada Nabi shallallahu alayhi wasallam. Atau jika perlu para Shahabat akan mengadakannya setiap hari demi bisa bertemu Nabi shallallahualayhi wasallam. Apakah ada manusia sekarang yang mengaku lebih cinta dan rindu pada Nabi daripada para Shahabat. ?
-   Jika bisa bertemu dengan ruh Nabi shallallahualayhi wasallam, melazimkan orang yang bertemu dengan Nabi adalah para Shahabat sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar Asqolani dan para Ulama, " seorang yang bertemu dangan Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dalam keadaan beriman ".Jika perkaranya demikian maka para Shahabat tidak hanya berhenti pada zaman Nabi shallallahualayhi wasallam tetapi akan berlanjut sampai hari kiamat. Dan berarti buku yang ditulis oleh Ibnu Hajar Asqolani tentang nama nama para shahabat adalah buku yang penuh kekurangan. Mengingat masih banyak "Shahabat baru" dari kalangan habib sufy yang datang belakangan karena bertemu Nabi shallallahualayhi wasallam.
-   Jika mereka masih bisa bertemu Nabi shallallahualayhi wasallam dalam keadaan terjaga, tentunya kitab2 hadits yg ada sekarang seperti Shahih bukhari, Shahih Muslim, musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Dawud dan lainnya ternyata masih jauh dari kelengkapan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya hadist hadist yang diriwayatkan oleh "shahabat baru" yang bertemu dan berbicara dengan Nabi setelah wafat.
-   Jikq mereka masih bisa bertemu Nabi dalam keadaan terjaga maka sungguh perjalanan jauh yang ditempuh Al Bukhari dan para ahli haidits lainnya dalam mengumpulkan hadits Nabi merupakan pekerjaan yang bodoh dan membuang tenaga dan waktu juga biaya. Sebenarnya caranya mudah, tinggal membuat acara maulidid, bertemu dan belajar langsung dari Nabi shallallahualayhi wasallam.
-   jika mereka bisa bertemu dengan Nabi dalam keadaan terjaga, maka pernyataan para ulama bahwa " kitab yang paling shahih/valid setelah Alquran adalah shahih Bukhari" merupakan pernyataan yang ngawur. Karena dalam kitab tersebut Imam Bukhari masih meriwayatkan hadits melalui perantara, jalur jalur sanad yang dalam satu sanad terdapat beberapa perawi. Adapun para " Shahabat baru"   yakni para habib sufy yang mampu bertemu Nabi dalam keadaan terjaga,mereka meriwayatkan LANGSUNG DARI NABI TANPA PERANTARA.jadi kalau hadits hadist " shahabat baru " dikumpulkan maka lebih shahih daripada kitab shahih bukhari.
RENUNGKANLAH WAHAI SAUDARAKU.

wallahua'lam.
@gafy abdullah.
sumber referensi : ajaran madzab syafii yg ditinggalkan oleh Ustad Dr. Firanda Andirja MA.

Senin, 11 Februari 2019

SAHABAT SETAN

Copas

Mohon senggangkan 5 menit saja waktu andaa untuk membaca artikel ini (y)

Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, “Orang ini memang boleh menjadi sahabatku..!”
.
Begitu juga ketika waktu Zuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, “Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!”
.
Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu (manusia) dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam…
.
Kemudian ketika datang waktunya magrib, temannya itu (manusia)ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat sesuatu.
.
Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu (manusia) tidak juga mengerjakan shalat isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi, dihampirinya sahabatnya yang (manusia) itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, “Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita!”
.
Dengan keheranan (manusia) ini bertanya, “Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat?”
.
“Aku takut!”, jawab setan dengan suara gemetar.
.
“Nenek moyangku saja (iblis) dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya (Allah Subhanahu Wa Ta'ala), yaitu menolak disuruh "sujud” pada Adam, telah dilaknat-Nya, apalagi engkau yang hari ini saja ku saksikan telah lima kali membangkang untuk #bersujud kepada-Nya (Sujud pada Allah). Tidak terbayangkan oleh ku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu!“, kata setan sambil pergi.
.
“ Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang senantiasa mendirikan shalat dan juga anak keturunanku. Wahai Rabb kami, terimalah doa kami.” (QS. Ibrahim [14]: 40 )
.
Aamiin ..
Salam hormat Abdulkisan Mufti As-Sundaiy:-)
"•-̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶•"

Kamis, 07 Februari 2019

SAUDARA IPAR MEMBAWA KEMATIAN

SAUDARA IPAR PEMBAWA KEMATIAN!

Yg merasa ini bermanfaat,
Langsung saja AUTO SHARE nd perlu ijin

SUATU ketika Khalid terlihat sedih dan galau di meja kerjanya. Melihat keadaan itu, rekannya menghampiri dan berkata, “Khalid, kita kan sudah seperti saudara kandung sebelum menjadi rekan kerja di tempat ini. Sudah hampir seminggu aku melihatmu murung dan memikirkan sesuatu yang berat. Sebenarnya ada apa Khalid?”
Khalid terdiam beberapa saat, kemudian mengatakan, “Terima kasih Saleh atas perhatianmu. Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk memecahkan masalahku.”
Khalid lalu menuangkan secangkir teh untuk Saleh.
“Seperti yang kamu ketahui, aku telah menikah hampir delapan bulan dan di rumah hanya ada istri saya. Tetapi masalahnya adalah bahwa adik saya, Hamad yang sekarang berumur dua puluh tahun telah menyelesaikan pendidikannya di SMA dan diterima di salah satu universitas yang berada di kota ini. Dia akan datang ke sini seminggu atau dua minggu lagi untuk memulai studinya.
Alkisah, kedua orangtua Khalid memaksa agar Hamad tinggal di rumah Khalid daripada tinggal dengan teman-temannya di sebuah apartemen, karena takut terjadi hal-hal yang menyimpang.
Rupanya, Khalid menolak permintaan kedua orangtuaku itu. Sebab baginya kehadiran seorang pemuda di rumahnya sangat berbahya.
“Kita sama-sama tahu dan sama-sama merasakan masa muda dulu sewaktu belum menikah, bagaimana gejolak nafsu seorang pemuda terhadap lawan jenisnya. Jika perusahaan memberikan jam lembur atau menugaskanku ke luar kota, tentu aku pulang terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah untuk beberapa hari. Pada saat itu, yang tinggal di rumah hanya istri dan adikku saja. Jujur aku katakan, aku pernah berkonsultasi dengan salah seorang ulama, dan dia melarangku untuk mengizinkan lelaki manapun tinggal serumah dengan kami sekalipun saudara kandungku sendiri,” ujarnya.
Kala itu, sang Syekh menyitir sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi,
“Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Seorang suami sudah pasti ingin beristirahat dengan nyaman bersama istrinya di rumah. Namun hal ini tidak dapat dicapai jika Hamad tinggal di rumah kami.”
Khalid kembali diam sambil meminum teh yang dibuatnya.
“Aku sudah menjelaskan kepada ayah dan ibu perihal ini berkali-kali disertai dalil dan logika yang kuat, dan aku bersumpah kepada mereka demi Allah Yang Mahakuasa bahwa aku sangat mengharapkan kebaikan bagi saudaraku Hamad. Sayangnya, ayah dan ibu menuduhku sebagai orang yang sakit hati, mereka mengatakan bahwa tidak mungkin Hamad mengganggu istriku karena dia telah mengganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Lebih parah lagi ayah mengancamku jika aku tidak menerima permintaaannya, maka ayah dan ibu tidak mau mengenaliku lagi sampai mereka meninggal dunia.”
Khalid kembali terdiam. Ia menjadi serba salah atas situasi ini. “Menurutmu, apa solusi terbaik dari masalahku ini Saleh?”
“Aku tidak bermaksud mengajarimu atau pun mencampuri urusan keluargamu. Aku melihat dirimu adalah seorang paranoid dan skeptis; kalau tidak demikian, mengapa kamu menentang pendapat kedua orangtuamu? Lupakah kamu bahwa keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah juga tergantung kepada kemurkaan kedua orangtua seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Kenapa kamu berburuk sangka kepada saudaramu? Bukankah jika dia berada di rumah dapat membantu pekerjaanmu? Apakah kamu lupa dengan firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujuraat: 12). Katakan sejujurnya Khalid, “Apakah kamu percaya kepada istrimu dan saudaramu?”
“Aku percaya kepada istri dan saudaraku, tapi….”
“Tapi apa Khalid? Kamu ragu kepada mereka? Yakinlah bahwa saudaramu Hamad akan membantumu dan istrimu dalam keperluan rumah tangga, tidak mungkin dia mengganggu istrimu karena dia mengganggapnya sebagai kakak kandungnya. Sekarang aku tanya, jika Hamad telah menikah apakah kamu mau mengganggu istrinya? Tentu tidak bukan?
Buanglah semua was-was dan praduga terhadap saudaramu itu, karena was-was berasal dari setan yang terkutuk. Aku sarankan kamu menempatkan Hamad di kamar depan, kemudian kamu membuat pintu yang memisahkan kamarnya dengan ruangan belakang dan kamarmu, sehingga kamu tetap nyaman ketika beristirahat,” kata Saleh.
Tampaknya Khalid kalah argumentasi dengan Saleh, tak ada pilihan lain selain menerima saran rekannya itu. Beberapa hari kemudian, Khalid menjemput adiknya ke bandara dan membawanya ke rumah. Seperti yang disarankan Saleh, Hamad tidur di kamar depan.
Hari demi hari pun berlalu. Khalid, istrinya dan Hamad hidup bahagia tanpa banyak kendala yang mereka hadapi. Tak terasa sudah empat tahun Hamad tinggal bersama Khalid. Tak terasa pula Khalid telah berusia tiga puluh tahun dan telah dikaruniai tiga anak. Hamad pun hampir lulus kuliah. Khalid berjanji akan mencarikan pekerjaan yang cocok bagi adiknya dan tetap tinggal bersamanya di rumah sampai menikah dan pindah bersama istrinya ke rumah baru.
Cobaan Di Malam Hari
Suatu malam, ketika Khalid mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang, di salah satu jalan dia melihat samar-samar dua bayangan. Setelah mendekat ternyata ada seorang ibu tua dengan wanita muda yang tergeletak di tanah menjerit-jerit, sedangkan ibu itu berteriak minta tolong. Khalid pun menanyakan keadaan mereka berdua. Ternyata mereka mereka bukan penduduk kota ini dan baru tinggal satu minggu di sini. Wanita itu adalah putrinya yang ditinggal suami untuk keperluan pekerjaan di luar kota. Dia terlihat meringis kesakitan memegang perutnya karena rasa sakit melahirkan. Tangisan ibu tua dan jeritan wanita muda itu membuat Khalid kasihan kepada mereka. Tanpa pikir panjang, Khalid pun membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, para dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar kepada wanita itu karena tidak mungkin melahirkan dengan normal.
Khalid tidak langsung meninggalkan rumah sakit sampai memastikan keadaan wanita muda itu dengan janin yang dikandungnya. Dia memutuskan untuk duduk di ruang tunggu dan meminta ibu tua itu untuk mengabarkan jika cucunya telah lahir. Setelah itu Khalid menelpon istrinya dan mengatakan bahwa dia terlambat pulang karena ada sedikit keperluan dan akan kembali segera.
Selang beberapa jam dia terbangun karena mendengar suara keras dari dokter dan dua orang polisi yang mendekatinya. Tak disangka ibu tua yang diantarnya ke rumah sakit itu mengacung-acungkan jari telunjuk ke arahnya sambil berteriak, “Itu orangnya, itu orangnya.”
Khalid terkejut dan heran. Dia langsung berdiri dan berjalan ke arah ibu itu sembari bertanya, “Apakah persalinan putri ibu berjalan lancar?”
Sebelum pertanyaannya dijawab, dua orang polisi mendekatinya dan bertanya, “Apakah anda yang bernama Khalid?”
“Ya” jawabnya.
“Kami minta waktu lima menit di ruangan direktur rumah sakit sekarang,” kata salah seorang polisi.
Meskipun keheranan masih meliputi dirinya, Khalid tetap mengikuti perintah polisi tersebut. Setelah semua orang masuk ruangan direktur rumah sakit, dan pintunya ditutup, tiba-tiba ibu tua itu menjerit sambil memukul wajahnya dan mengaca-acak rambutnya sendiri sambil mengatakan, “Inilah pelakunya pak polisi. Jangan biarkan penjahat ini berkeliaran. Oh, anakku, betapa malang nasibmu.”
Khalid masih bingung dan tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Dia baru mengetahuinya ketika salah seorang petugas mengatakan.
“Menurut ibu ini, kamu telah memperkosa putrinya dan hamil di luar nikah. Ketika dia mengancam akan melaporkanmu ke pihak kepolisian, kamu pun berjanji untuk menikahinya. Namun setelah dia melahirkan kamu meletakkan anaknya di pintu sebuah masjid agar diambil oleh orang-orang baik dan dititipkan di panti sosial.”
Khalid terkejut mendengar ucapan petugas itu, pandangannya menjadi gelap, lidahnya kelu, dan akhirnya dia jatuh pingsan.
Tak lama kemudian Khalid pun sadar. Dia melihat dua orang petugas polisi bersamanya di dalam sebuah ruangan. Salah seorang petugas langsung menanyainya, “Khalid, tolong ceritakan perihal yang sebenarnya. Saya melihat Anda sebagai orang yang terhormat dan penampilan Anda menunjukkan bahwa diri Anda tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan ibu tua itu.”
“Wahai manusia, apakah ini balasan dari perbuatan baik? Aku orang bukan orang suci, tapi aku orang yang menjaga diri dari perzinaan. Aku telah menikah dan mempunyai tiga anak; Sami, Saud dan Hanadi, dan aku tinggal di lingkungan yang terkenal bersih dari maksiat.”
Khalid tidak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa disadari air mata mengalir deras membasahi pipinya. Setelah tenang, dia menceritakan kronologi pertemuannya dengan dua wanita itu sampai dia tertidur pulas di ruang tunggu rumah sakit. Setelah mendengarkan ceritanya, petugas itu berujar, “Bersabarlah Khalid, saya yakin Anda tidak bersalah, tetapi masalah ini harus diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita akan melakukan beberapa tes medis untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.”
“Fakta apa? Aku tidak bersalah dan tidak pernah melakukan perbuatan bejat itu. Mohon maaf kalau saya kasar, anjing saja mau tunduk kepada manusia yang berbuat baik kepadanya, namun banyak manusia yang tidak tahu terima kasih malah membalas kebaikan orang lain dengan kejahatan.”
Kebenaran Pun Terungkap
Keesokan harinya, Khalid datang ke rumah sakit untuk diambil sampel spermanya dan diperiksa di laboratorium guna memastikan keterlibatan Khalid dalam kejahatan yang dituduhkan ibu tua kepada dirinya. Sementara itu, Khalid dan petugas polisi duduk di ruangan lain. Khalid tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar Dia mengungkapkan kebenaran sejelas-jelasnya.
Setelah hampir dua jam hasil pemeriksaan medis diberitahukan kepada Khalid dan dia dinyatakan bebas dari semua tuduhan. Demi mendengar hal tersebut Khalid pun bersujud syukur kepada Allah atas nikmat agung ini. Dia juga meminta meminta maaf kepada petugas polisi atas kata-kata kasar yang diucapkannya. Sementara itu, ibu tua dan putrinya dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.
Sebelum meninggalkan rumah sakit, Khalid berpamitan kepada dokter spesialis yang melakukan pemeriksaan medis tersebut.
“Saya merasa mulia atas kedatangan Anda ke sini, tetapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan dan saya minta waktu Anda beberapa menit saja.”
Awalnya dokter itu bingung harus bagaimana membicarakannya, namun dia memberanikan diri untuk angkat bicara.
“Tuan Khalid, melalui tes yang dilakukan, saya menduga bahwa Anda mengidap sebuah penyakit, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku ingin melakukan tes medis lainnya kepada istri dan anak-anak Anda untuk menghilangkan keraguan ini. Apakah Anda bersedia?”
Rasa takut mulai menyelimuti Khalid, “Dokter, aku mohon katakan penyakit apa yang aku alami. Sungguh aku sangat rela dengan keputusan Allah, tapi yang penting bagiku adalah anak-anak. Aku siap berkorban apa saja untuk mereka,” kata Khalid sambil menangis tersedu-sedu. Dokter itu menenangkan dan menghibur hatinya, “Saya benar-benar tidak bisa mengatakannya kepada anda sekarang, bisa jadi kecurigaan saya itu salah. Tapi saya mohon Anda segera membawa istri dan anak Anda ke sini.”
Beberapa jam kemudian, Khalid membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit untuk melakukan tes medis seperti yang dikatakan dokter. Setelah selesai, istri dan anak-anaknya diminta menunggu di mobil sedangkan Khalid kembali ke ruangan dokter. Baru saja berbicara dengan dokter, telepon genggam Khalid berdering. Dia menjawabnya, lalu berbicara beberapa menit, kemudian menutup teleponnya.
Sebelum melanjutkan pembicaraan, dokter bertanya; “Siapa yang baru saja menelepon Anda dan Anda suruh untuk mendobrak pintu rumah?”
“Oh, dia saudara, Hamad yang tinggal satu rumah dengan kami sekeluarga. Dia menghilangkan kuncinya, jadi terpaksa pintunya didobrak saja.”
“Sudah berapa lama dia tinggal bersama Anda?”
“Semenjak empat tahun yang lalu dan sekarang studinya sudah tahun terakhir.”
“Bisakah Anda membawanya ke sini untuk melakukan tes supaya dapat dipastikanapakah penyakit tersebut penyakit keturunan atau tidak?”
“Dengan senang hati kami akan datang besok pagi ke sini,” jawab Khalid.
Keesokan harinya, Khalid bersama saudaranya, Hamad pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes medis dan diagnosa penyakit. Dokter meminta Khalid datang seminggu lagi untuk mengetahui hasilnya.
Selama satu minggu menunggu hati Khalid tidak tenang dan dia susah tidur. Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, dia datang ke rumah sakit. Dokter menyambut dengan senang hati sambil menyuguhkan secangkir lemon untuk menenangkan hatinya. Dokter itu membuka pembicaraan dengan anjuran untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah dunia, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Namun, Khalid sudah tidak sabar, dia memotong pembicaraan,
“Dokter, saya mohon jangan menakut-nakutiku seperti itu. Saya siap menanggung penyakit apapun karena semuanya adalah keputusan Allah, apa sebenarnya penyakitku dokter?” tanya Khalid harap-harap cemas.
Dokter menundukkan kepalanya sebentar, lalu berkata, “Dalam banyak kasus, kebenaran itu pahit dan menyakitkan, meski demikian ia harus diketahui dan dihadapi dengan lapang dada. Lari dari diri masalah tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan mengubah kenyataan.”
Dokter kembali diam beberapa saat, sementara jantung Khalid semakin berdegup kencang. Dokter itu lalu angkat bicara, “Khalid, Anda mandul dan tidak dapat mempunyai keturunan. Ketiga anak tersebut bukanlah anak anda, mereka adalah anak saudaramu, Hamad.”
Khalid tidak sanggup mendengar kabar mengejutkan ini. Dia menangis sejadi-jadinya sampai terdengar di seluruh ruangan rumah sakit, kemudian dia jatuh pingsan.
Setelah dua minggu mengalami koma, Khalid pun sadarkan diri. Dia divonis stroke dan mengalami lumpuh di separuh tubuhnya. Otaknya pun tidak dapat berfungsi dengan normal, dia gila karena shock yang begitu berat. Akhirnya, dia dipindahkan ke rumah sakit jiwa dan tinggal di sana untuk menghabiskan hari-harinya. Sementara itu, istrinya dibawa ke Mahkamah Syariah untuk diinterogasi dan diberlakukan hukum rajam padanya. Saudaranya, Hamad tengah berada di balik jeruji besi menunggu hukuman yang pantas untuknya. Adapun ketiga anaknya diserahkan ke panti asuhan dan hidup bersama anak pungut dan anak yatim di kotanya.
Sungguh benar apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Itulah sunnatullah (ketentuan Allah), “Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (QS. Faathir: 43)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu, disebutkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Hindarkanlah diri kalian untuk menemui wanita!” Lalu ada seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang saudara ipar?” Beliau bersabda, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi)
Ath-Thabari menafsirkan, “Maksudnya adalah perbuatan seorang lelaki yang berduaan dengan istri saudaranya sama dengan sesuatu yang menyebabkan kematian; sebab orang-orang Arab menyerupakan sesuatu yang ditakuti dengan kematian.”
Ibnul Arabi berpendapat, “Kata ‘kematian’ adalah kata yang biasa diungkapkan oleh orang-orang arab seperti ‘Singa pembawa kematian’ artinya jika seseorang bertemu dengan singa maka bisa membuatnya mati dimakan singa.” Al-Qurtubi menambahkan, “Jika seorang lelaki berduaan dengan istri saudaranya maka hal itu dapat menyebabkan ‘kematian’ agama bagi istri saudaranya, bisa jadi dia ditalak suaminya, atau bahkan dirajam jika melakukan perzinaan.”*
Kisah ini disarikan dari kumpulan kisah nyata dalam kitab “Qashash Mu`ats-tsirah Lisy-Syabab” karya Ahmad Salim Baduwailan. Diterjemah oleh Yum Roni Askosendra.

Rabu, 06 Februari 2019

HYPNO EFT TERAPI

Subhanallah, Training ini Memang Luarbiasa!!!

TRAINING HYPNO-EFT BEKASI

" Rahasia Perubahan Diri melalui Pemrograman Ulang Pikiran Bawah sadar menggunakan Hipnoterapi dan EFT "

Training Bernuansa Islam

================================

Belajar Hipnoterapi itu bukan sekedar Membuat Orang "tertidur" lalu mengikuti perintah dan sugesti kita.

Lebih penting dari itu, kita belajar cara kerja pikiran kita dan orang lain. kita belajar memahami diri sendiri..
Kita Belajar Memahami kenapa stres hadir dan cara untuk menanganinya...

Kita Belajar Memahami kenapa kebiasaan buruk itu ada dan cara menghilangkannya...

Kita belajar mengapa sebagian orang terlihat mudah bahagia sementara yang lainnya selalu hidup dalam nestapa...

kita belajar mengapa bagi sebagian orang berubah itu mudah dan sebagian lainnya terasa sulit...

Kita belajar Ilmu yang Menjadi landasan dalam perilaku kita sehari-hari, yakni PIKIRAN!

Jadi, Hipnotis itu sendiri hanyalah sebagian kecil dari ilmu pengetahuan tentang pikiran. kalau kita mengerti Cara Kerja Pikiran, maka Teknik Menghipnotis itu menjadi sangat mudah sekali.

apa yang kita dapatkan adalah hasil dari tindakan kita, dan tindakan kita adalah hasil dari apa yang ada di pikiran kita.

maka untuk mengubah Hasil, kita harus mengubah Tindakan.

dan untuk Mengubah tindakan, ubahlah terlebih dahulu isi pikiran kita. inilah dasar perubahan!.

Teknik yang kami ajarkan, Hipnoterapi dan EFT adalah teknik yang sangat ampuh untuk Mengubah Program Pikiran kita. kita bisa memilih Program apa yang ingin kita masukan dan Membuang Program yang membuat hidup kita menderita selama ini.

jika kita mengerti cara kerja pikiran dan emosi ini, kita akan mulai faham bahwa hipnotis itu logis, masuk akal, dan Ilmiah. setiap orang bisa melakukannya, setiap orang bahkan pernah mengalami kondisi hipnotis setiap harinya tanpa disadari.

saat kita mengerti cara kerja pikiran dan emosi ini, kita akan mulai faham bahwa hipnotis itu logis, masuk akal, dan Ilmiah.

setiap orang bisa melakukannya, setiap orang bahkan pernah mengalami kondisi hipnotis setiap harinya tanpa disadari.

Jika anda tertarik untuk belajar lebih jauh Cara Kerja Pikiran, Emosi, Hipnoterapi, EFT, dan lainnya anda bisa mengikuti program belajar yang telah kami rancang dengan efektif.

===========================

inilah beberapa Materi yang bisa anda dapatkan dengan Mengikuti Program ini ;

1. Belajar Cara Kerja Emosi dan Pikiran.

2. Belajar memaksimalkan potensi Pikiran Bawah sadar.

3. Belajar Teknik Hipnoterapi untuk Mewujudkan Impian.

4. Memprogram ulang emosi, kebiasaan hidup, dan peilaku anda dengan Hipnoterapi.

5. Belajar memberikan Program positif kepada pikiran anda untuk kebutuhan Terapi dan Kesehatan

6. Belajar Mengubah perasaan stress dan tekanan yang ada dalam diri menjadi lebih menerima, nyaman, tenang dan menyenangkan

7. Belajar Teknik EFT untuk Menghilangkan Mental Block dan Perasaan Negatif.

8. Belajar Menghilangkan Fobia dan Trauma dengan cepat

9. Belajar Melindungi Diri dan Orang lain dari Penyalahgunaan Hipnosis

10. Belajar Menghilangkan Mental Block yang Membelenggu Potensi Diri kita

11. dll.....

==========================

Testimoni dari peserta yang pernah ikut Training Abu Ziyad HSDS

Mereka adalah orang-orang yang TAKE ACTION!

" Kang Abuzi, alhamdulillah saya dah berhasil bantu ibu-ibu untuk bisa lancar melahirkan dengan hipnoterapi. dan untuk saya sendiri, saya gunakan hipnoterapi saat trail running sejauh 30 km. saya hipnotis kaki saya jadi kuda australi dan kuda amerika supaya kuat lari. dahsyat tekhniknya Kang"
[ Reska Ardiansyah, S.Si. Pelatih renang, Owner Sekolah Renang Go Swim ]

" Subhanallah, selamat buat temen-temen yang sudah bisa mempraktikan hipnosis, abuzi memang praktisi yang bagus dalam membimbing... semoga saya diberi kesempatan lagi untuk bisa dibimbing oleh abuzi..."
[ Yuswan Ibnu Sauri. Wirausahawan, Trainer Perusahaan ]

" Saya bersyukur kepada Allah yang telah memberi jalan kepada Abuzi untuk mentransfer ilmuNya kepada saya. Pulang dari Training saya praktikan Hipnoterapi untuk membantu Melepas Mental Block anak saya, dan Berhasil! "
[ Ibu Mimin, ibu Rumah Tangga ]

" Keren nih pelatihannya abuzi... MUMER... Ga pelit bagi ilmu
Aplikatif... Sarana dakwah yg bikin kita ga cuma denger/lihat... Tp kita praktekan hal2 yg amat bermanfaat untuk kita, bahkan membuat kita bisa forward ilmunya membantu orang lain sehingga bermanfaat jg bagi mrk...
You know, kita seperti habis di recharge, diinstall ulang dan di upgrade... Bismillaah, Yuk meningkatkan kualitas diri untuk kecintaan kita pd Allah dan sekitar kita. Terimakasih Abuzi. Jangan kapok membimbing kami "
[ Noei Harun, Ibu Rumah Tangga, Entrepreneur, Pemerhati Masalah Anak ]

" Alhamdulillah, setelah Mengikuti Training Abu Ziyad rasanya seperti baru terbangun dari tidur panjang.... ternyata benar, Sukses itu ada di dekat kita "
[ Mega, Mahasiswa UNPAD ]

" Subhanallah, EFT dan Ikhlas bisa membantu proses kesembuhan anda dengan lebih damai. Dengan Ikhlas penyembuhan anda akan Berjalan lebih cepat. Itu yang abuzi ajarkan. Jika sampai saat ini Penyakit anda tidak kunjung mendapat kesembuhan, saatnya anda mendengar apa yang Abuzi sampaikan. Tekhniknya, insyaAllah sangat membantu. Semoga Abuzi selalu sukses Dan bisa membantu sebanyak mungkin orang.”
[ dr. Dian Fitri, CEO RS Arrofah Jambi, Dokter Keluarga PT ASKES ]

"Alhamdulillah dengan mengikuti pelatihan Abuzi HSDS, saya berharap menemukan solusi atas sakit leher yang sudah saya alami kurang lebih selama 4 tahun. disana saya diterapi langsung oleh beliau . dan ajaib!, sakit leher saya itu jauh berkurang hanya dengan tekhnik sederhana dalam hitungan menit saja. saya akan teruskan terapi dengan tekhnik yang diajarkan ini....."
[ Rika Angraeni, Mahasiswa UIN Bandung ]

“ Berkah untuk Kang Abuzi!. setelah mengikuti Training EST, saya terbebas dari beban Mental yang menghambat saya bermain gitar selama bertahun-tahun. Kini saya dapat bermain gitar tanpa beban dan sangat enjoy untuk jiwa saya, sebuah perasaan yang telah lama hilang kini bisa saya rasakan kembali. Sekali lagi makasih, salam hangat dari musisi Bandung!”
[ Baran Bhuana S.Pd, Guru Musik, Pelatih Band D’Polwans POLDA JABAR, dan pelatih Silat ]

“ Sebagai Seorang Atlit Menembak yang saya rasakan menembak ini bukan sekadar Olah raga melainkan juga Olah Rasa. Sangat bagus sekali mengenal Hypnotherapy ini dimana saya jadi lebih Mengenal Diri sendiri dan bisa Memenej Rasa saya seperti sabar, senang, ego, marah, dan Percaya Diri yang semuanya saya kemas untuk Kepentingan saya sendiri yaitu dalam Hal menembak. Thank’s Kang Abuzi ”
[ Yanti Basuki, Atlet Tembak Nasional Pemenang Juara 3 tingkat ASEAN ]

“ Setelah Mengikuti Training Kang Abuzi, saya banyak mendapat Pencerahan, khususnya tentang Hipnoterapi yang bisa dimanfaatkan untuk Diri sendiri dan Membantu sesama. Materi yang diberikan sangat mudah difahami dan diaplikasikan dalam praktek. Bagi rekan - rekan, saya sarankan untuk Mengikuti Pelatihan Kang Abuzi, InsyaAllah sangat Bermanfaat ”
[ Firman Perdana Putra. Anggota Polri dan Entrepreneur ]

" Ini Trainernya Keren, Materinya Oke. Recomended Banget deh! "
[ KOMPOL Ricky Hendarsyah. Perwira Menengah Bidokkes ]

Pelatihan ini akan diselenggarakan pada
.
Hari Sabtu : 2 Maret 2019
Pukul : 07.30 - 17.30 WIB
.
Tempat : Hotel Horison Bekasi

Fasilitas : Sertifikat Pelatihan, Hand-out materi, makan siang, coffee break..

Biaya Pelatihan : Rp. 850.000

dan Kabar Gembira untuk anda 20 Pendaftar pertama yang mendaftar sebelum hari pelaksanaan, anda cukup membayar Rp. 550.000

Anda Berminat Ikut?.

Silahkan Mendaftar dengan Cara :

Ketik : Daftar_HYPNO_BEKASI
Kirim Via sms/WA ke 082316679093
Pin BBM D7DD579F

Daftar Cepat via WA KLIK >>> http://ceksini.info/wl/TrainingHypno

NB : Segera daftar sekarang juga, karena PESERTA SERING penuh sebelum masa pelaksanaan tiba.