SEBAB SEBAB SESEORANG MENYIMPANG DALAM BERAGAMA DIANTARANYA:
1.SHOHABAT YANG BURUK sebagaimana Firman Alloh dalam QS AL FURQON 28-29
يٰوَيۡلَتٰى لَيۡتَنِىۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيۡلًا ﴿:28﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِىۡ عَنِ الذِّكۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِىۡ ؕ وَكَانَ الشَّيۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿:29﴾
“Wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku… ” (Qs. Al-Furqan: 28-29). Pesan moral ayat ini adalah, pandai-pandailah dalam memilah teman akrab.
2.HAWA NAFSU sebagaimana Firmannya dalam QS SAD 26
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan". Tidak sedikit orang yang tersesat bukan karena ketiadaan iman, bukan pula karena kejahilan/kebodohan, melainkan karena membiarkan diri menjadi tawanan hawa nafsu. Terlalu memperturutkan hawa nafsu dibanding seruan akal dan panggilan jiwanya, membuatnya terjerembab dalam kesesatan, dan merasakan kesenangan dengan itu. Naudzubillah.
3.ULAMA' YANG MENIPU sebagaimana Firmannya dalam QS AL BAQOROH 79
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Meski kita tidak boleh phobia terhadap ilmu dan pengetahuan darimanapun datangnya, namun sudah semestinya terlebih dahulu kita mempersiapkan filter untuk bisa menyaring, mana tulisan yang baik dan mana tulisan yang akan memberi pengaruh buruk. Filter itu adalah ilmu logika. Logika akan mengajarkan bagaimana proses berpikir yang benar yang dengan itu, kitapun bisa mengambil natijah/kesimpulan/keputusan yang benar pula. Tidak serta merta, tulisan yang menukil ayat-ayat Al-Qur’an dan sarat dengan hadits-hadits Nabi Saw menawarkan kesimpulan yang benar dalam beraqidah, malah tidak jarang, kesimpulan yang diambil justru bertentangan dan menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw sendiri. Karena itulah, seruan Al-Qur’an sendiri dalam banyak ayat memerintahkan untuk menggunakan akal, mentadabburi ayat, memikirkan dan bukan menerima begitu saja tanpa ada pertimbangan dari rasio sedikitpun.
4.TRADISI ATAU BUDAYA NENEK MOYANG sebagaimana Firmannya dalam QS AZ ZUKHRUF 23
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". Diantara penyebab sulitnya seseorang keluar dari kesesatan adalah taklid buta pada tradisi nenek moyang atau para pendahulunya, meskipun para pendahulunya itu tidak mendapat petunjuk. Karena tidak ada jaminan, apa yang diajarkan para pendahulu pasti benar, maka sudah selayaknya senantiasa dilakukan pengkritisan dan penelaan ulang. Ataupun misalnya, yang dilakukan orang-orang terdahulu itu benar untuk zamannya, namun belum tentu sesuai dengan zaman kita. Jika menemukan orang yang ngotot memaksakan pendapatnya dengan menyebut bahwa itulah pendapat yang final sebab itu pula yang menjadi pendapat orang-orang saleh terdahulu, waspadalah, bisa jadi itu ajakan untuk sama-sama terjebak dalam taklid buta.
5.MENGIKUTI ORANG BANYAK sebagaimana Firmannya dalam QS AL AN 'AM 116
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Sering dijadikan parameter, benarnya suatu ajaran karena banyaknya orang yang mengikutinya. Sementara Al-Qur’an sendiri menyebutkan itu adalah parameter yang salah. Meski demikian, tidak pula serta merta, sedikitnya pengikut suatu ajaran, menjadi parameter benarnya ajaran tersebut. Paramaternya adalah seberapa hebatkah ajaran itu dalam menyebarkan rahmat dan kebaikan bagi semua orang. Ketika kita meyakini, Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw adalah ajaran yang rahmatal lil’alamin, maka orang-orang yang menyeru dan mendakwahkannya sudah semestinya adalah orang-orang yang paling gigih dalam menebarkan rahmat dan kebaikan, seberapapun sedikitnya mereka.
Wellohu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar