Sabtu, 09 November 2019

BUKU RUMAH TANGGA ATAU PERNIKAHAN

1⃣5⃣   *RUMAH TANGGA*


*๐Ÿ”น๐Ÿ”น Kiat-Kiat Menuju Keluarga Sakinah*


Oleh
Al Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah (memberi nafkah) dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci, detail dan gamblang.

*Selanjutnya untuk memahami konsep pernikahan dalam Islam, maka rujukan yang paling benar dan sah adalah Al Qur’an dan As Sunnah Ash Shahihah yang sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.* 
*✔ Berdasar rujukan ini, kita akan memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek pernikahan, maupun beberapa penyimpangan dan pergeseran nilai pernikahan yang terjadi di dalam masyarakat kita.*

*Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan).*
Allah Subhanhu wa Ta’ala berfirman:

ูَุฃَู‚ِู…ْ ูˆَุฌْู‡َูƒَ ู„ِู„ุฏِّูŠู†ِ ุญَู†ِูŠูًุง ูِุทْุฑَุฉَ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„َّุชِูŠ ูَุทَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณَ ุนَู„َูŠْู‡َุง ู„ุงَ ุชَุจْุฏِูŠู„َ ู„ِุฎَู„ْู‚ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ุฏِّูŠู†ُ ุงู„ْู‚َูŠِّู…ُ ูˆَู„َูƒِู†َّ ุฃَูƒْุซَุฑَ ุงู„ู†َّุงุณِ ู„ุงَ ูŠَุนْู„َู…ُูˆู†َ

*=  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.*
*=  Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.*
*=  (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”*
[Ar Ruum : 30].

*๐Ÿ”นIslam Menganjurkan Nikah*

*✔ Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, Allah menyebutkan sebagai ikatan yang kuat.*

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ูˆَูƒَูŠْูَ ุชَุฃْุฎُุฐُูˆู†َู‡ُ ูˆَู‚َุฏْ ุฃَูْุถَู‰ ุจَุนْุถُูƒُู…ْ ุฅِู„َู‰ ุจَุนْุถٍ ูˆَุฃَุฎَุฐْู†َ ู…ِู†ูƒُู… ู…ِّูŠุซَุงู‚ًุง ุบَู„ِูŠุธًุง

*=  “… Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”*
[An Nisaa: 21].

*‼‼Sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

ุฅِุฐَุง ุชَุฒَูˆَّุฌَ ุงْู„ุนَุจْุฏ،ُ ูَู‚َุฏِ ุงุณْุชَูƒْู…َู„َ ู†ِุตْูَ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ، ูَู„ْูŠَุชَّู‚ِ ุงู„ู„ู‡َ ูِูŠْู…َุง ุจَู‚ِูŠ

*=  "Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.*
*=  Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. [1]*

*๐Ÿ”น Islam Tidak Menyukai Membujang*

*Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah.*
Anas bin Malik rahimahullah berkata :
*=  “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras.”*

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ุชَุฒَูˆَّุฌُูˆْุง ุงู„ْูˆَุฏُูˆْุฏَ ุงู„ْูˆَู„ُูˆْุฏَ، ูَุฅู†ِّูŠ ู…ُูƒَุงุซِุฑٌ ุจِูƒُู…ُ ุงู„ุฃُู…َู…َ

*=  “Nikahilah wanita yang subur dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku di hadapan umat-umat”.[2]*

Pernah suatu ketika, tiga orang sahabat datang bertanya kepada isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peribadahan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan ibadah mereka. 
Salah seorang dari mereka berkata:
*=  “Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus”.*
Sahabat yang lain berkata: 
*=  “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan nikah selamanya ….”.*
Ketika hal itu didengar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau keluar seraya bersabda :

“ุฃَู†ْุชُู…ُ ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ู‚ُู„ْุชُู…ْ ูƒَุฐَุง ูˆَูƒَุฐَุง ؟ ุฃَู…َุง ูˆَุงู„ู„ู‡ِ ุฅู†ِّูŠ َู„ุฃَุฎْุดَุงูƒُู…ْ ู„ِู„َّู‡ِ ูˆَุฃَุชْู‚َุงูƒُู…ْ ู„َู‡ُ، ูˆَู„َูƒِู†ِّูŠ ุฃَุตُูˆْู…ُ ูˆَุฃُูْุทِุฑُ ูˆَุฃُุตَู„ِّู‰ ูˆَุฃَุฑْู‚ُุฏُ ูˆَุฃَุชَุฒَูˆَّุฌُ ุงู„ู†ِّุณَุงุกَ، ูَู…َู†ْ ุฑَุบِุจَ ุนَู†ْ ุณُู†َّุชِูŠ ูَู„َูŠْุณَ ู…ِู†ِّูŠ.”

*=  “Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu?*
*=  Sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa kepada Allah diantara kalian, akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga menikahi wanita.*
*=  Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”. [3]*

*Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menikah.*
*✔ Dan seandainya mereka fakir, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membantu dengan memberikan rezeki kepada mereka.*
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang menikah, dalam firmanNya:

ูˆَุฃَู†ูƒِุญُูˆุง ุงู„ุฃَูŠَุงู…َู‰ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ูˆَุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠู†َ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِูƒُู…ْ ูˆَุฅِู…َุงุฆِูƒُู…ْ ุฅِู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†ُูˆْุง ูُู‚َุฑَุงุกَ ูŠُุบْู†ِู‡ِู…ْ ุงู„ู„ู‡ُ ู…ِู†ْ ูَุถْู„ِู‡ِ ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุงุณِุนٌ ุนَู„ِูŠู…ٌ.”

*=  “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (bernikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan wanita.*
*=  Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya.*
*=  Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui”*
[An Nuur:32].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menguatkan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dengan sabdanya :

ุซَู„ุงَุซَุฉٌ ุญَู‚ٌّ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุนَูˆْู†ُู‡ُู…ْ ุงู„ْู…ُุฌَุงู‡ِุฏُ ูِูŠ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ، ูˆَุงู„ْู…ُูƒَุงุชَุจُ ุงู„َّุฐِูŠ ูŠُุฑِูŠْุฏُ ุงู„ุงَุฏَุงุกَ ูˆَ ุงู„ู†َّุงูƒِุญُ ุงู„َّุฐِูŠ ูŠُุฑِูŠْุฏُ ุงู„ْุนَูَุงูَ

*=  “Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah. Yaitu, mujahid fi sabilillah, budak yang menebus dirinya supaya merdeka, dan orang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. [4]*

*๐Ÿ”น TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM*

*1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi*

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang kotor dan menjijikan, seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

*2. Untuk Membentengi Akhlaq Yang Mulia*

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ูŠَุง ู…َุนْุดَุฑَ ุงู„ุดَّุจَุงุจِ ู…َู†ِ ุงุณْุชَุทَุงุนَ ู…ِู†ْูƒُู…ُ ุงู„ْุจَุงุกَุฉَ ูَู„ْูŠَุชَุฒَูˆَّุฌْ ูَุฅِู†َّู‡ُ ุฃَุบَุถُّ ู„ِู„ْุจَุตَุฑِ ูˆَ ุฃَุญْุตَู†ُ ู„ِู„ْูَุฑْุฌِ ูˆَ ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุณْุชَุทِุนْ ูَุนَู„َูŠْู‡ِ ุจِุง ู„ุตَّูˆْู…ِ ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„َู‡ُ ูˆِุฌَุงุกٌ

*=  “Wahai, para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan).*
*=  Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”.[5]*

*3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami*

Dalam Al Qur’an disebutkan, bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat berikut :
*=  “Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.*
*=  Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.*
*=  Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.*
*=  Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.*
*=  Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim”.*
[Al Baqarah:229].

*✔ Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya.*
*✔ Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib.*
*‼‼ Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah harus berusaha membina rumah tangga yang Islami.*
Ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, agar terbentuk rumah tangga yang Islami. 

*✔ Di antara kriteria itu ialah harus kafa’ah dan shalihah.*

*๐Ÿ”น Kafa’ah Menurut Konsep Islam*

*~  Kafa’ah (setaraf, sederajat) menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya.*

*=  Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.*
*=  Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara kamu.*
*=  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.*
[Al Hujurat:13].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ุชُู†ْูƒَุญُ ุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉُ ู„ุงِ َุฑْุจَุนٍِ : ู„ِู…َุงู„ِู‡َุง ูˆَู„ِุญَุณَุจِู‡َุง ูˆَ ู„ِุฌَู…َุงู„ِู‡َุง ูˆَู„ِุฏِูŠْู†ِู‡َุง ูَุงุธْูَุฑْ ุจِุฐَุงุชِ ุงู„ุฏّูŠْู†ِ ุชَุฑِุจَุชْ ูŠَุฏَุงูƒَ

*=  “Seorang wanita dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya.*
*=  Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung”.[6]*

*๐Ÿ”น Memilih Yang Shalihah*

*✔ Orang yang hendak menikah, harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih.*
Allah berfirman :

ุงู„ْุฎَุจِูŠุซَุงุชُ ู„ِู„ْุฎَุจِูŠุซِูŠู†َ ูˆَุงู„ْุฎَุจِูŠุซُูˆู†َ ู„ِู„ْุฎَุจِูŠุซَุงุชِ ูˆَุงู„ุทَّูŠِّุจَุงุชُ ู„ِู„ุทَّูŠِّุจِูŠู†َ ูˆَุงู„ุทَّูŠِّุจُูˆู†َ ู„ِู„ุทَّูŠِّุจَุงุชِ ุฃُูˆْู„ุงَุฆِูƒَ ู…ُุจَุฑَّุกُูˆู†َ ู…ِู…َّุง ูŠَู‚ُูˆู„ُูˆู†َ ู„َู‡ُู… ู…َّุบْูِุฑَุฉٌ ูˆَุฑِุฒْู‚ُُ ูƒَุฑِูŠู…ُُ

*=  “…Dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula…”*
[An Nuur:26].

Menurut Al Qur’an, wanita yang shalihah adalah :

ูَุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชُ ู‚َุงู†ِุชَุงุชٌ ุญَุงูِุธَุงุชٌ ู„ِู„ْุบَูŠْุจِ ุจِู…َุง ุญَูِุธَ ุงู„ู„َّู‡ُ

*=  “Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)”.*
[An Nisaa:34].

Menurut Al Qur’an dan Al Hadits yang shahih, diantara *ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :*

*a. Ta’at kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ta’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.*

*b. Ta’at kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada, serta menjaga harta suaminya.*

*c. Menjaga shalat yang lima waktu tepat pada waktunya.*

*d. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.*

*e. Banyak shadaqah dengan seizin suaminya.*

*f. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah*
(Al Ahzab:33).

*g. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, karena yang ketiganya adalah syetan.*

*h. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya.*

*i. Ta’at kepada kedua orang tua dalam kebaikan.*

*j. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.*

*k. Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islami.*

*✔ Bila kriteria ini dipenuhi, insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud.*

*4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah*

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

..ูˆَูِูŠ ุจُุถْุนِ ุฃَุญَุฏِูƒُู…ْ ุตَุฏَู‚َุฉٌ ู‚َุงู„ُูˆْุง: ูŠَุง ุฑَุณُูˆْู„َ ุงู„ู„ู‡ِ، ุฃَูŠَุฃْุชِูŠ ุฃَุญَุฏُู†َุง ุดَู‡ْูˆَุชَู‡ُ ูˆَูŠَูƒُูˆْู†ُ ู„َู‡ُ ูِูŠْู‡َุง ุฃَุฌْุฑٌ ؟ ู‚َุงู„َ : ุฃَุฑَุฃَูŠْุชُู…ْ ู„َูˆْ ูˆَุถَุนَู‡َุง ูِูŠ ุงู„ْุญَุฑَุงู…ِ، ุฃَูƒَุงู†َ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูِูŠْู‡َุง ูˆِุฒْุฑٌ ؟ ูَูƒَุฐَู„ِูƒَ ุฅِุฐَุง ูˆَุถَุนَู‡َุง ูِูŠ ุงู„ْุญَู„ุงَู„ِ ูƒَุงู†َ ู„َู‡ُ ุฃَุฌْุฑًุง…

*=  “…Dan di hubungan suami-isteri salah seorang diantara kalian adalah sedekah!*

Mendengar sabda Rasulullah, para sahabat keheranan dan bertanya:
*=  “Wahai, Rasulullah. Apakah salah seorang dari kita memuaskan syahwatnya (kebutuhan biologisnya) terhadap isterinya akan mendapat pahala?”*
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
*=  “Bagaimana menurut kalian, jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah mereka berdosa?”*
Jawab para sahabat:
*=  “Ya, benar”.*
Beliau bersabda lagi:
*=  “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!”[7]*

*5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih*

Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan Bani Adam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ุฌَุนَู„َ ู„َูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَู†ูُุณِูƒُู…ْ ุฃَุฒْูˆَุงุฌًุง ูˆَุฌَุนَู„َ ู„َูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَุฒْูˆَุงุฌِูƒُู…ْ ุจَู†ِูŠู†َ ูˆَุญَูَุฏَุฉً ูˆَุฑَุฒَู‚َูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ุทَّูŠِّุจَุงุชِ ุฃَูَุจِุงู„ْุจَุงุทِู„ِ ูŠُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ูˆَุจِู†ِุนْู…َุฉِ ุงู„ู„َّู‡ِ ู‡ُู…ْ ูŠَูƒْูُุฑُูˆู†َ

*=  “Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik.*
*=  Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ? ”*
[An Nahl:72].

*‼‼Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan MEMBENTUK GENERASI YANG BERKUALITAS, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.*
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ูˆَุงุจْุชَุบُูˆุง ู…َุง ูƒَุชَุจَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َูƒُู…ْ

*=  “… dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian (yaitu anak)”.*
[Al Baqarah:187].

Yang dimaksud dengan ayat ini, “Hendaklah kalian mencampuri isteri kalian dan berusaha untuk memperoleh anak”.[8]


*๐Ÿ”นTATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM*

*1.Khitbah (Peminangan)*

Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah, *hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain.*
*‼‼ Dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain.*

*2. Aqad Nikah*

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat, rukun dan kewajiban yang harus dipenuhi :
-. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
-. Adanya ijab qabul.
-. Adanya mahar
-. Adanya wali.
-. Adanya saksi-saksi.

*3. Walimah*

*✔ Walimatul ‘urusy (pesta pernikahan) hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang pula orang-orang miskin.*

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

…ุฃَูˆْู„ِู…ْ ูˆَู„َูˆْุจِุดَุงุฉٍ

*=  “Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”.[9]*


*๐Ÿ”น SEBAGIAN PELANGGARAN YANG TERJADI DALAM PERNIKAHAN YANG WAJIB DIHINDARKAN (DIHILANGKAN)*

1. Pacaran.
2. Tukar cincin.
3. Menuntut mahar yang tinggi.
4. Mengikuti upacara adat.
5. Mencukur jenggot bagi laki-laki dan mencukur alis mata bagi wanita.
6. Kepercayaan terhadap hari baik dan sial dalam menentukan waktu pernikahan.
7. Mengucapkan ucapan selamat ala kaum jahiliyah.
8. Adanya ikhtilath (bercampurnya, berbaurnya antara laki-laki dan wanita).
9. Musik, nyanyi dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.

*Marilah kita berupaya untuk melaksanakan pernikahan secara Islami dan membina rumah tangga yang Islami, serta kita berusaha meninggalkan aturan, tata-cara, upacara dan adat-istiadat yang bertentangan dengan Islam.*
Jangan meniru cara-cara orang-orang kafir dan orang-orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat.


*๐Ÿ”นHAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTERI*

Anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikah mengandung berbagai manfaat, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, diantaranya :
1. Dapat menundukkan pandangan,
2. Akan terjaga kehormatan.
3. Terpelihara kemaluan dari beragam maksiat.
4. Akan ditolong dan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Dapat menjaga syahwat, yang merupakan salah satu sebab dijaminnya ia untuk masuk ke dalam surga.

5. Mendatangkan ketenangan dalam hidup.

6. Akan terwujud keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ูˆَู…ِู†ْ ุขูŠَุงุชِู‡ِ ุฃَู†ْ ุฎَู„َู‚َ ู„َูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَู†ูُุณِูƒُู…ْ ุฃَุฒْูˆَุงุฌًุง ู„ِุชَุณْูƒُู†ُูˆุง ุฅِู„َูŠْู‡َุง ูˆَุฌَุนَู„َ ุจَูŠْู†َูƒُู…ْ ู…َูˆَุฏَّุฉً ูˆَุฑَุญْู…َุฉً ุฅِู†َّ ูِูŠ ุฐَู„ِูƒَ ู„ุขูŠَุงุชٍ ู„ِู‚َูˆْู…ٍ ูŠَุชَูَูƒَّุฑُูˆู†َ

*=  “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.*
*=  Dan dijadikanNya diantara kamu rasa kasih dan sayang.*
*=  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.*
[Ar Ruum:21].

7. Akan mendapatkan keturunan yang shalih.
8. Menikah dapat menjadi sebab semakin banyaknya jumlah ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ada sebagian kaum muslimin yang telah menikah dan dikaruniai oleh Allah seorang anak atau dua orang anak, kemudian mereka membatasi kelahiran, tidak mau mempunyai anak lagi dengan berbagai alasan yang tidak syar’i. 
Perbuatan mereka telah melanggar syari’at Islam. Fatwa-fatwa ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah menjelaskan dengan tegas, bahwa *membatasi kelahiran atau dengan istilah lainnya “keluarga berencana”, hukumnya adalah haram.*

Sesungguhnya banyak anak itu banyak manfaatnya. 
Diantara manfaat dengan banyaknya anak dan keturunan, adalah :
1. Di dunia mereka akan saling menolong dalam kebajikan.
2. Mereka akan membantu meringankan beban orang tuanya.
3. Do’a mereka akan menjadi amal yang bermanfaat ketika orang tuanya sudah tidak bisa lagi beramal (telah meninggal dunia).
4. Jika ditaqdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala anaknya meninggal ketika masih kecil, insya Allah, ia akan menjadi syafa’at (penolong) bagi orang tuanya nanti di akhirat.
5. Anak akan menjadi hijab (pembatas) dirinya dengan api neraka, manakala orang tuanya mampu menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang shalih dan shalihah.
6. Dengan banyaknya anak, akan menjadikan salah satu sebab bagi kemenangan kaum muslimin ketika dikumandangkan jihad fi sabilillah, karena jumlahnya yang sangat banyak.
7. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangga dengan jumlah umatnya yang banyak. 
Apabila seorang muslim cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hendaklah ia mengikuti keinginan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperbanyak anak, karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangga dengan banyaknya ummatnya pada hari kiamat.

*๐Ÿ”นBila Belum Dikaruniai Anak*

Apabila ditaqdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sepasang suami-isteri sudah menikah sekian lama, namun belum juga dikaruniai anak, maka janganlah ia berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya ia terus berdo’a sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Zakaria Alaihissallam telah berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a mereka. 
Dan hendaknya bersabar dan ridha dengan qadha’ dan qadar yang Allah tentukan, serta meyakini bahwa semua itu ada hikmahnya.

Do’a mohon dikaruniai keturunan yang baik dan shalih terdapat dalam Al Qur’an, yaitu :

ุฑَุจِّ ู‡َุจْ ู„ِูŠ ู…ِู†َ ุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠู†َ

*“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih”.*
[Ash Shaafat : 100]
.
ุฑَุจَّู†َุง ู‡َุจْ ู„َู†َุง ู…ِู†ْ ุฃَุฒْูˆَุงุฌِู†َุง ูˆَุฐُุฑِّูŠَّุงุชِู†َุง ู‚ُุฑَّุฉَ ุฃَุนْูŠُู†ٍ ูˆَุงุฌْุนَู„ْู†َุง ู„ِู„ْู…ُุชَّู‚ِูŠู†َ ุฅِู…َุงู…ًุง

*“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”*
[Al Furqaan : 74].

ุฑَุจِّ ู„ุงَ ุชَุฐَุฑْู†ِูŠ ูَุฑْุฏًุง ูˆَุฃَู†ْุชَ ุฎَูŠْุฑُ ุงู„ْูˆَุงุฑِุซِูŠู†َ

*“Ya Rabbku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah warits yang paling baik”*
[Al Anbiyaa : 89].

Mudah-mudahan Allah l memberikan keturunan yang shalih kepada pasangan suami-isteri yang belum dikaruniai anak.


*๐Ÿ”น HAK ISTERI YANG HARUS DIPENUHI SUAMI*

Diantara kewajiban-kewajiban dan hak-hak tersebut adalah seperti yang terdapat di dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Muawiyah bin Haidah bin Mu’awiyah bin Ka’ab Al Qusyairy Radhiyallahu ‘anhu [10], ia berkata: Saya telah bertanya,
*=  ”Ya Rasulullah, apa hak seorang isteri yang harus dipenuhi oleh suaminya?”*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

ุฃَู†ْ ุชُุทْุนِู…َู‡َุง ุฅِุฐَุง ุทَุนِู…ْุชَ ูˆَุชَูƒْุณُูˆَู‡َุง ุฅِุฐَุง ุงูƒْุชَุณَูŠْุชَ ูˆَู„ุงَ ุชَุถْุฑِุจِ ุงู„ْูˆَุฌْู‡َ ูˆَู„ุงَ ุชُู‚َุจِّุญْ ูˆَู„ุงَ ุชَู‡ْุฌُุฑْ ุฅِู„ุงَّ ูِูŠ ุงู„ْุจَูŠْุชِ

*1. Engkau memberinya makan apabila engkau makan,*
*2. Engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian,*
*3. Janganlah engkau memukul wajahnya, dan*
*4. Janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan*
*5. Janganlah engkau tinggalkan dia melainkan di dalam rumah (jangan berpisah tempat tidur melainkan di dalam rumah). [11]*

*๐Ÿ”นMengajarkan Ilmu Agama*

*Di samping hak di atas harus dipenuhi oleh seorang suami, seorang suami juga wajib mengajarkan ajaran Islam kepada isterinya.*

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ูŠَุงุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ู‚ُูˆุง ุฃَู†ูُุณَูƒُู…ْ ูˆَุฃَู‡ْู„ِูŠูƒُู…ْ ู†َุงุฑًุง ูˆَู‚ُูˆุฏُู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ูˆَุงู„ْุญِุฌَุงุฑَุฉُ ุนَู„َูŠْู‡َุง ู…َู„َุงุฆِูƒَุฉٌ ุบِู„َุงุธٌ ุดِุฏَุงุฏٌ ู„ุงَ ูŠَุนْุตُูˆู†َ ุงู„ู„َّู‡َ ู…َุง ุฃَู…َุฑَู‡ُู…ْ ูˆَูŠَูْุนَู„ُูˆู†َ ู…َุง ูŠُุคْู…َุฑُูˆู†َ

*=  “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya (terbuat dari) manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”*
[At Tahrim : 6].

Untuk itulah, kewajiban sang suami untuk membekali dirinya dengan menuntut ilmu syar’i (thalabul ‘ilmi) dengan menghadiri majelis-majelis ilmu yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih –generasi yang terbaik, yang mendapat jaminan dari Allah– sehingga dengan bekal tersebut, seorang suami mampu mengajarkannya kepada isteri, anak dan keluarganya.
*✔ Jika ia tidak sanggup mengajarkan mereka, seorang suami harus mengajak isterinya menuntut ilmu syar’i dan menghadiri majelis-majelis taklim yang mengajarkan tentang aqidah, tauhid mengikhlaskan agama kepada Allah, dan mengajarkan tentang bersuci, berwudhu’, shalat, adab dan lainnya.*


*๐Ÿ”น HAK SUAMI YANG HARUS DIPENUHI ISTERI*

*~  Ketaatan Istri Kepada Suaminya.*

Setelah wali (orang tua) sang isteri menyerahkan kepada suaminya, maka kewajiban taat kepada sang suami menjadi hak yang tertinggi yang harus dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ู„َูˆْ ูƒُู†ْุชُ ุขู…ِุฑًุง ุฃَุญَุฏًุง ุฃَู†ْ ูŠَุณْุฌُุฏَ ู„ุฃَِ ุญَุฏٍ ู„ุฃَู…َุฑْุชُ ุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉَ ุฃَู†ْ ุชَุณْุฌُุฏَ ู„ِุฒَูˆْุฌِู‡َุง

*=  “Kalau seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya”.[12]*

*‼‼Sang isteri harus taat kepada suaminya, DALAM HAL HAL YANG MA’RUF (mengandung kebaikan dalam hal agama), misalnya ketika diperintahkan untuk shalat, berpuasa, mengenakan busana muslimah, menghadiri majelis ilmu, dan bentuk-bentuk perintah lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at.*
*✔ Hal inilah yang justru akan mendatangkan surga bagi dirinya,*
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ุฅِุฐَุง ุตَู„َّุชِ ุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉُ ุฎَู…ْุณَู‡َุง، ูˆَุตَุงู…َุชْ ุดَู‡ْุฑَู‡َุง، ูˆَุญَุตَّู†َุชْ ูَุฑْุฌَู‡َุง، ูˆَุฃَุทَุงุนَุชْ ุจَุนْู„َู‡َุง، ุฏَุฎَู„َุชْ ู…ِู†ْ ุฃَูŠِّ ุฃَุจْูˆَุงุจِ ุงู„ْุฌَู†َุฉِ ุดَุงุกَุชْ

*=  “Apabila seorang wanita mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, menjaga kehormatannya dan dia taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki”. [13]*

*~ Istri Harus Banyak Bersyukur Dan Tidak Banyak Menuntut.*

Perintah ini sangat ditekankan dalam Islam, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihatnya pada hari kiamat, manakala sang isteri banyak menuntut kepada suaminya dan tidak bersyukur kepadanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ุฃُุฑِูŠْุชُ ุงู„ู†َّุงุฑَ، ูَุฅِุฐَุง ุฃَูƒْุซَุฑُ ุฃَู‡ْู„ِู‡َุง ุงู„ู†ِّุณَุงุกُ. ูŠَูƒْูُุฑْู†َ. ู‚ِูŠْู„َ : ุฃَูŠَูƒْูُุฑْู†َ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ؟ ูŠَูƒْูُุฑْู†َ ุงู„ْุนَุดِูŠْุฑَ، ูˆَูŠَูƒْูُุฑْู†َ ุงู„ุฅِุญْุณَุงู†َ، ู„َูˆْ ุฃَุญْุณَู†ْุชَ ุฅِู„َู‰ ุฅِุญْุฏَุงู‡ُู†َّ ุงู„ุฏَّู‡ْุฑَ، ุซُู…َّ ุฑَุฃَุชْ ู…ِู†ْูƒَ ุดَูŠْุฆุงً، ู‚َุงู„َุชْ : ู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُ ู…ِู†ْูƒَ ุฎَูŠْุฑًุง ู‚َุทٌّ

*=  "Sesungguhnya aku diperlihatkan neraka dan melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita.”*
Sahabat bertanya:
*=  “Sebab apa yang menjadikan mereka paling banyak menghuni neraka?”*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: 
*=  “Dengan sebab kufur”.*
Sahabat bertanya:
*=  “Apakah dengan sebab mereka kufur kepada Allah?”*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
*‼‼ “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [14]*

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ู„ุงَูŠَู†ْุธُุฑُ ุงู„ู„ู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ู„ุงَุชَุดْูƒُุฑُ ู„ِุฒَูˆْุฌِู‡َุง ูˆَู‡ِูŠَ ู„ุงَ ุชَุณْุชَุบْู†ِูŠ ุนَู†ْู‡ُ

*‼‼“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”.[15]*

*~  Isteri Wajib Berbuat Baik Kepada Suaminya*

Perbuatan ihsan (baik) seorang suami harus dibalas pula dengan perbuatan yang serupa atau yang lebih baik. 
*Isteri harus berkhidmat kepada suaminya dan menunaikan amanah mengurus anak-anaknya menurut syari’at Islam yang mulia.*
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan kepada dirinya untuk mengurus suaminya, mengurus rumah tangganya, mengurus anak-anaknya.

*Nasihat Untuk Suami-Isteri*

*1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan bersama maupun sendiri, di rumahnya maupun di luar rumah.*

*2. Wajib menegakkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjaga batas-batas Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam keluarga.*

*3. Melaksanakan kewajiban terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan minta tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.*
Laki-laki wajib mengerjakan shalat lima waktu di masjid secara berjama’ah. Dan perintahkan anak-anak untuk shalat pada waktunya.

*4. Menegakan shalat-shalat sunnah, terutama shalat malam.*

*5. Perbanyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.*
Bacalah Al Qur’an setiap hari, terutama surat Al Baqarah. Bacalah pula do’a dan dzikir yang telah diajarkan oleh Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
*Ingatlah, bahwa syetan tidak senang kepada keutuhan rumah tangga dan syetan selalu berusaha mencerai-beraikan suami-isteri.*
Dan ajarkan anak-anak untuk membaca Al Qur’an dan dzikir.

*6. Bersabar atas musibah yang menimpa dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmatNya.*

*7. Terus-menerus berintropeksi antara suami-isteri.*
Saling menasihati, tolong menolong dan mema’afkan serta mendo’akan. Jangan egois dan gengsi.

*8. Berbakti kepada kedua orang tua.*

*9. Mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang shalih, ajarkan tentang aqidah, ibadah dan akhlak yang benar dan mulia.*

*10. Jagalah anak-anak dari media yang merusak aqidah dan akhlak.*


*๐Ÿ”น NASIHAT KHUSUS UNTUK SUAMI*

Wahai para Suami!!
1. Apa yang memberatkanmu –wahai hamba Allah– untuk tersenyum di hadapan isterimu ketika engkau masuk menemuinya, agar engkau memperoleh ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ?!!

2. Apa yang membebanimu untuk bermuka cerah ketika engkau melihat isteri dan anak-anakmu?!! 
Engkau akan dapat pahala?!!

3. Apa sulitnya apabila engkau masuk ke rumah sambil mengucapkan salam secara sempurna: “Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh” *agar engkau memperoleh tiga puluh kebaikan?!!*

4. Apa yang kira-kira akan menimpamu jika engkau berkata kepada isterimu dengan perkataan yang baik, sehingga dia meridhaimu, sekalipun dalam perkataanmu tersebut agak sedikit dipaksakan?!!

5. Apakah menyusahkanmu -wahai hamba Allah- jika engkau berdo’a: ”Ya Allah!! Perbaikilah isteriku, dan curahkan keberkahan padanya.”

6. Tahukah engkau bahwa ucapan yang lembut merupakan shadaqah?!!

*๐Ÿ”นNASIHAT UNTUK ISTERI*

Wahai para isteri !!
1. Apakah menyulitkanmu, jika engkau menemui suamimu ketika dia masuk ke rumahmu dengan wajah yang cerah sambil tersenyum manis?!!

2. Berhiaslah untuk suamimu dan raihlah pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, gunakanlah wangi-wangian! Bercelaklah! Berpakaianlah dengan busana terindah yang kau miliki untuk menyambut kedatangan suamimu. Ingat, janganlah sekali-kali engkau bermuka muram dan cemberut di hadapannya.

3. Jadilah engkau seorang isteri yang memiliki sifat lapang dada, tenang dan selalu ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala keadaan.

4. Didiklah anak-anakmu dengan baik, penuhilah rumahmu dengan tasbih, takbir, tahmid dan tahlil serta perbanyaklah membaca Al Qur’an, khususnya surat Al Baqarah, karena surat tersebut dapat mengusir syetan

5. Bangunkanlah suamimu untuk mengerjakan shalat malam, anjurkanlah dia untuk berpuasa sunnah dan ingatkanlah dia kembali tentang keutamaan berinfak, serta janganlah melarangnya untuk bersilaturahim.

6. Perbanyaklah istighfar untuk dirimu, suamimu, orang tuamu, dan semua kaum muslimin, dan berdo’alah selalu agar diberikan keturunan yang shalih dan memperoleh kebaikan dunia dan akhirat, dan ketahuilah bahwasannya Rabb-mu Maha Mendengar do’a. 

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ูˆَู‚َุงู„َ ุฑَุจُّูƒُู…ْ ุงุฏุนُูˆْู†ِูŠ ุฃَุณْุชَุฌِุจْ ู„َูƒُู…ْ

*=  “Dan Rabb kalian berfirman: ”Berdo’alah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan untuk kalian”*
[Al Mu’min:60].

*Kepemimpinan Laki-laki Atas Wanita*

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ุงู„ุฑِّุฌَุงู„ُ ู‚َูˆَّุงู…ُูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ุจِู…َุง ูَุถَّู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุจَุนْุถَู‡ُู…ْ ุนَู„َู‰ ุจَุนْุถٍ ูˆَุจِู…َุง ุฃَู†ูَู‚ُูˆุง ู…ِู†ْ ุฃَู…ْูˆَุงู„ِู‡ِู…ْ ูَุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชُ ู‚َุงู†ِุชَุงุชٌ ุญَุงูِุธَุงุชٌ ู„ِู„ْุบَูŠْุจِ ุจِู…َุง ุญَูِุธَ ุงู„ู„َّู‡ُ ูˆَุงู„ู„ุงّุชِูŠ ุชَุฎَุงูُูˆู†َ ู†ُุดُูˆุฒَู‡ُู†َّ ูَุนِุธُูˆู‡ُู†َّ ูˆَุงู‡ْุฌُุฑُูˆู‡ُู†َّ ูِูŠ ุงู„ْู…َุถَุงุฌِุนِ ูˆَุงุถْุฑِุจُูˆู‡ُู†َّ ูَุฅِู†ْ ุฃَุทَุนْู†َูƒُู…ْ ูَู„ุงَ ุชَุจْุบُูˆุง ุนَู„َูŠْู‡ِู†َّ ุณَุจِูŠู„ุงً ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูƒَุงู†َ ุนَู„ِูŠًّุง ูƒَุจِูŠุฑًุง

*=  "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.*
*=  Sebab itu, maka wanita yang shalih ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).*
*=  Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.*
*=  Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Besar”.*
[An Nisaa:34].


*๐Ÿ”นKEWAJIBAN MENDIDIK ANAK*

*✔ Sang suami sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik dalam mengemban tanggung-jawabnya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempertanyakannya di hari kelak Akhir.*

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ูƒُู„ُّูƒُู…ْ ุฑَุงุนٍ، ูˆَูƒُู„ُّูƒُู…ْ ู…َุณْุคُูˆู„ٌ ุนَู†ْ ุฑَุนِูŠَّุชِู‡ِ، ูˆَุงู„ุฃَู…ِูŠْุฑُ ุฑَุงุนٍ، ูˆَุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ุฑَุงุนٍ ุนَู„َู‰ ุฃَู‡ْู„ِ ุจَูŠْุชِู‡ِ، ูˆَุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉُ ุฑَุงุนِูŠَุฉٌ ุนَู„َู‰ ุจَูŠْุชِ ุฒَูˆْุฌِู‡َุง ูˆَูˆَู„َุฏِู‡ِ، ุฃَู„ุงَ ูَูƒُู„ُّูƒُู…ْ ุฑَุงุนٍ ูˆَูƒُู„ُّูƒُู…ْ ู…َุณْุคُูˆู„ٌ ุนَู†ْ ุฑَุนِูŠَّุชِู‡ِ

*=  “Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung-jawab atas orang yang dipimpinnya.*
*=  Seorang Amir (Raja) adalah pemimpin, laki-laki pun pemimpin atas keluarganya, dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya, ingatlah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung-jawabannya atas kepemimpinannya”.[17]*

Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang shalih, dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta melaksanakan dan mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Kemudian dia mengajak dan membimbing sang isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan meneladani kedua orang tuanya, karena tabiat anak memang cenderung untuk meniru apa-apa yang ada di sekitarnya.

*1. Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar, agar mereka mengenal dan mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri Beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan.*

*2. Pada usia dini (sekitar 2-3 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang baik serta bacaan Al Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat dan generasi tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al Qur’an pada usia sangat belia.*

*3. Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada anaknya.*

*4. Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaqnya, dan yang harus menjadi penekanan utama adalah akhlaq (berbakti) kepada orang tua.*

*5. Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlaq anaknya.*

*6. Disamping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya menjadi isteri yang shalihah, hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada waktu-waktu yang mustajab (waktu terkabulkannya do’a), seperti sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang shalih, dan rumah tangganya diberikan sakinah, mawaddah wa rahmah, seperti do’a yang tercantum di dalam Al Qur’an :

ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู‚ُูˆู„ُูˆู†َ ุฑَุจَّู†َุง ู‡َุจْ ู„َู†َุง ู…ِู†ْ ุฃَุฒْูˆَุงุฌِู†َุง ูˆَุฐُุฑِّูŠَّุงุชِู†َุง ู‚ُุฑَّุฉَ ุฃَุนْูŠُู†ٍ ูˆَุงุฌْุนَู„ْู†َุง ู„ِู„ْู…ُุชَّู‚ِูŠู†َ ุฅِู…َุงู…ًุง

*=  “Dan orang-orang yang berdo’a : ”Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami, keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”.*
[Al Furqan:74].

Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya, dihormati oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shalih dan shalihah, bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah kiat-kiat yang hendaknya seorang muslim dan muslimah lakukan untuk mewujudkan keluarga sakinah. 
Wallaahu a’lam bish shawab.

MARAJI’
1. ‘Isyratun Nisaa’, Imam Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali An Nasa-i, tahqiq dan ta’liq ‘Amir ‘Ali ‘Umar, Cet. Maktabah As Sunnah, Kairo, Th. 1408 H.
2. Adabuz Zifaf Fis Sunnah Al Muthahharah, ta’lif (karya) Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Cet. Daarus Salam, Th. 1423 H.
3. Irwaa-ul Ghaliil Fii Takhriji Ahaadits Manaaris Sabil, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Cet. Al Maktab Al Islami.
4. Al Insyirah Fii Adaabin Nikah, ta’lif Abu Ishaq Al Huwaini Al Atsari, Cet. II, Darul Kitab Al ‘Arabi, Th. 1408 H.
5. Fiqhut Ta’aamul Baina Az Zaujaini Wa Qabasat Min Baitin Nubuwwah, ta’lif Syaikh Abu Abdillah Mushthafa bin Al ‘Adawi, Cet. I, Darul Qasim, 1417 H.
6. Tuhfatul ‘Arus, Syaikh Mahmud Mahdi Al Istanbuli.
7. Adaabul Khitbah Wa Zifaaf Fis Sunnah Al Muthahharah, ta’lif ‘Amr ‘Abdul Mun’im Salim, Cet. I, Daarudh Dhiyaa’, Th. 1421 H.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun VIII/1425H/2004M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]
_______
Footnote
[1]. HR Ath-Thabrani di kitab Mu’jamul Ausath dan Syaikh Al Albani rahimahullah menghasankannya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 625.
[2]. HR Abu Dawud, no. 2.050, An Nasa-i (VI/65-66), Al Hakim (II/162), Al Baihaqi (VII/81) dari Ma’qil bin Yasar dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah di dalam Irwaa-ul Ghaliil, no. 1.784.
[3]. HR Bukhari no. 5.063, Muslim no. 1.401, Ahmad (III/241, 259, 285), An Nasa-i (IV/60) dan Al Baihaqi (VII/77) dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.
[4]. HR Ahmad (II/251 dan 437), An Nasa-i (VI/61), At Tirmidzi no. 1.655, Ibnu Majah no. 2.518 dan Al Hakim (II/160-161) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Lafazh ini milik At Tirmidzi, ia berkata: “Hadits ini hasan”.
[5]. HR Ahmad (I/424, 425, 432), Bukhari no. 1905, 5065, 5066, Muslim (IV/128), At Tirmidzi no. 1.081, An Nasa-i (VI/56-58), Ad Darimi (II/132) dan Al Baihaqi (VII/77) dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.
[5]. HR Bukhari no. 5.090, Muslim no. 1.466, Abu Dawud no. 2.047, Nasa’i (6/68), Ibnu Majah 1.858, Ahmad (2/428) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
[6]. HR Bukhari no. 5.090, Muslim no. 1.466, Abu Dawud no. 2.047, Nasa’i (6/68), Ibnu Majah 1.858, Ahmad (2/428) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
[7]. HR Muslim no. 1.006, dan Ahmad (5/167-168), Ibnu Hibban no. 1.298 (Mawarid) dari sahabat Abu Dzar z . Lafazh ini milik Muslim.
[8]. Tafsir Ibnu Katsir (I/236), Cet. Daarus Salam.
[9]. HR Bukhari no. 5.155, Muslim no. 1.427, Abu Dawud no. 2.109, At Tirmidzi no. 1.094, An Nasa-i (VI/119-120), Ad Darimi (II/143), Ahmad (III/190, 271) dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.
[10]. Taqribut Tahdzib (II/195 no. 6.779).
[11]. HR Abu Dawud no. 2.142, Ibnu Majah no. 1.850 dan Ahmad (IV/447, V/3,5), Ibnu Hibban (no. 1.286-Mawarid), Al Baihaqi (VII/295, 305, 466, 467), Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (IX/159-160) no. 2.330, An Nasa-i dalam Isyratun Nisaa’ no. 289 dengan sanad yang shahih, Irwaa-ul Ghalil no. 2.033. Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi dan Ibnu Hibban.
[12]. HR Tirmidzi 1.159, Ibnu Hibban 1.291-Al Mawarid dan Al Baihaqi (7/291) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Ini adalah lafazh milik At Tirmidzi, ia berkata,”Hadits ini hasan shahih.” Hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat. Lihat Irwaul Ghalil no. 1.998.
[13]. HR Ibnu Hibban no. 1.296-Mawarid, Shahih Mawaridu Zham’an, no. 1.081 dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini hasan shahih. Lihat Adabuz Zifaf, hlm. 286.
[14]. HR Bukhari no. 29, 1.052, 5.197 dan Muslim no. 907(17), Abu ‘Awanah (II/379-380), Malik (I/166-167) no. 2, An Nasa-i (III/146, 147, 148) serta Al Baihaqi (VII/294), dari sahabat Ibnu ‘Abbas dan diriwayatkan pula dari beberapa sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
[15]. HR An Nasa-i dalam kitab Isyratin Nisaa’ no. 249 , Al Hakim (II/190) dan Al Baihaqi (VII/294) dari sahabat Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu. Al Hakim berkata,”Hadits ini sanadnya shahih,” dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi.
[16]. Diringkas dari Fiqhut Ta’aamul Baina Az Zaujaini Wa Qabasat Min Baitin Nubuwwah (hlm. 107-112) ta’lif Abu Abdillah Mushthafa bin Al ‘Adawi, Cet. I, Darul Qasim.
[17]. HR Bukhari no. 893, 5.188, Muslim no. 1829, Ahmad (II/5, 54, 111) dari sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
[18]. Untuk mengetahui lebih jelas tentang Kiat-Kiat Menuju Keluarga Sakinah, silahkan baca buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, oleh Penulis.

Read more https://almanhaj.or.id/2863-kiat-kiat-menuju-keluarga-sakinah.html

Repost : ➖➖➖➖➖➖➖
Group WA๐Ÿ“šGUDANG ILMU๐Ÿ“š
Admin : 081230068283

Kamis, 07 November 2019

SILSILAH 25 NABI

SILSILAH 25 NABI
.
1. ADAM AS.
Nama: Adam As.
Usia: 930 tahun.
Periode sejarah: 5872-4942 SM.
Tempat turunnya di bumi: India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab.
Jumlah keturunannya: 40 laki-laki dan perempuan.
Tempat wafat: India, ada yang berpendapat di Mekkah.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.
.
2. IDRIS AS.
Nama: Idris/Akhnukh bin Yarid, nama Ibunya Asyut.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. 
Usia: 345 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 4533-4188 SM. 
Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). 
Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit dan ke surga. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
3. NUH AS. 
Nama: Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As.
Usia: 950 tahun. 
Periode sejarah: 3993-3043 SM. 
Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak. 
Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits dan Kan’an). 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Kaum Nuh. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43 kali.
.
4. HUD AS. 
Nama: Hud bin Abdullah. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As. 
Usia: 130 tahun. 
Periode sejarah: 2450-2320 SM. 
Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman). 
Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman. 
Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali.
.
5. SHALIH AS. 
Nama: Shalih bin Ubaid. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih As.
Usia: 70 tahun. 
Periode sejarah: 2150-2080 SM. 
Tempat diutus: Daerah al-Hijr (Mada’in Shalih, antara Madinah dan Syria). 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 10 kali.
.
6. IBRAHIM AS. 
Nama: Ibrahim bin Tarakh. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. 
Usia: 175 tahun. 
Periode sejarah: 1997-1822 SM. 
Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak). 
Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel). 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 69 kali.
.
7. LUTH AS. 
Nama: Luth bin Haran. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Haran ⇒ Luth As.
Usia: 80 tahun. 
Periode sejarah: 1950-1870 SM.
Tempat diutus: Sodom dan Amurah (Laut Mati atau Danau Luth). 
Jumlah keturunannya: 2 putri (Ratsiya dan Za’rita). 
Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam (Syria). 
Sebutan kaumnya: Kaum Luth. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 27 kali.
.
8. ISMAIL AS. 
Nama: Ismail bin Ibrahim. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. 
Usia: 137 tahun. 
Periode sejarah: 1911-1774 SM. 
Tempat diutus: Mekah. 
Jumlah keturunannya: 12 anak. 
Tempat wafat: Mekkah. 
Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah Yaman. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.
.
9. ISHAQ AS. 
Nama: Ishaq bin Ibrahim. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. 
Usia: 180 tahun. 
Periode sejarah: 1897-1717 SM. 
Tempat diutus: Kota al-Khalil (Hebron) di daerah Kan’an (Kana’an). 
Jumlah keturunannya: 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub As./Israel). 
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron). 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 17 kali.
.
10. YA’QUB AS. 
Nama: Ya’qub/Israel bin Ishaq. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. 
Usia: 147 tahun. 
Periode sejarah: 1837-1690 SM. 
Tempat diutus: Syam (Syria). 
Jumlah keturunannya: 12 anak laki-laki (Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar, Zebulaon, Yusuf dan Benyamin) dan 2 anak perempuan (Dina dan Yathirah). 
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron), Palestina. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali.
.
11. YUSUF AS. 
Nama: Yusuf bin Ya’qub. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. 
Usia: 110 tahun. 
Periode sejarah: 1745-1635 SM. 
Tempat diutus: Mesir. 
Jumlah keturunannya: 3 anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan. 
Tempat wafat: Nablus. 
Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 58 kali.
.
12. AYYUB AS. 
Nama: Ayyub bin Amush. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub As. 
Usia: 120 tahun. 
Periode sejarah: 1540-1420 SM. 
Tempat diutus: Dataran Hauran. 
Jumlah keturunannya: 26 anak. 
Tempat wafat: Dataran Hauran. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.
.
13. SYU’AIB AS. 
Nama: Syu’aib bin Mikail. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib As. 
Usia: 110 tahun. 
Periode sejarah: 1600-1490 SM. 
Tempat diutus: Madyan (pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai). 
Jumlah keturunannya: 2 anak perempuan. 
Tempat wafat: Yordania. 
Sebutan kaumnya: Madyan dan Ash-habul Aikah. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 11 kali.
.
14. MUSA AS. 
Nama: Musa bin Imran, nama Ibunya Yukabad atau Yuhanaz Bilzal. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa As. 
Usia: 120 tahun. 
Periode sejarah: 1527-1407 SM. 
Tempat diutus: Sinai di Mesir. 
Jumlah keturunannya: 2 anak, Azir dan Jarsyun, dari istrinya bernama Shafura binti Syu’aib As. 
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 136 kali.
.
15. HARUN AS. 
Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. 
Usia: 123 tahun. 
Periode sejarah: 1531-1408 SM. 
Tempat diutus: Sinai di Mesir. 
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 20 kali.
.
16. DZULKIFLI AS. 
Nama: Dzulkifli/Bisyr/Basyar bin Ayyub. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayyub As. ⇒ Dzulkifli As. 
Usia: 75 tahun. 
Periode sejarah: 1500-1425 SM. 
Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya. 
Tempat wafat: Damaskus. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom), Syria dan Yordania. 
Al-Quran Menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
17. DAUD AS. 
Nama: Daud bin Isya. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. 
Usia: 100 tahun. 
Periode sejarah: 1063-963 SM. 
Tempat diutus: Palestina (dan Israel). 
Jumlah keturunannya: 1 anak, Sulaiman As. 
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkanya namanya sebanyak: 18 kali.
.
18. SULAIMAN AS. 
Nama: Sulaiman bin Daud. 
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. 
Usia: 66 tahun. 
Periode sejarah: 989-923 SM. 
Tempat diutus: Palestina (dan Israel). 
Jumlah keturunannya: 1 anak, Rahab’an. 
Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali.
.
19. ILYAS AS. 
Nama: Ilyas bin Yasin.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. ⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas As. 
Usia: 60 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 910-850 SM. 
Tempat diutus: Ba’labak (Lebanon). 
Tempat wafat: Diangkat Allah ke langit. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Fenisia. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali.
.
20. ILYASA’ AS. 
Nama: Ilyasa’ bin Akhthub.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒ Ilyasa’ As. 
Usia: 90 tahun. 
Periode sejarah: 885-795 SM. 
Tempat diutus: Jaubar, Damaskus. 
Tempat wafat: Palestina. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali.
.
21. YUNUS AS. 
Nama: Yunus/Yunan/Dzan Nun bin Matta binti Abumatta, Matta adalah nama Ibunya. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus As. 
Usia: 70 tahun. 
Periode sejarah: 820-750 SM. 
Tempat diutus: Ninawa, Irak. 
Tempat wafat: Ninawa, Irak. 
Sebutan kaumnya: Bangsa Asyiria, di utara Irak. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.
.
22. ZAKARIYA AS. 
Nama: Zakariya bin Dan.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As.
Usia: 122 tahun. 
Periode sejarah: 91 SM-31 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Jumlah keturunannya: 1 anak. 
Tempat wafat: Halab (Aleppo). 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali.
.
23. YAHYA AS. 
Nama: Yahya bin Zakariya.
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. ⇒ Yahya As. 
Usia: 32 tahun. 
Periode sejarah: 1 SM-31 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Tempat wafat: Damaskus. 
Sebutan kaumnya: Bani Israel. 
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali.
.
24. ISA AS. 
Nama: Isa bin Maryam binti Imran. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.).
Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid ⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif ⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam ⇒ Isa As.
Usia: 33 tahun di bumi. 
Periode sejarah: 1 SM-32 M. 
Tempat diutus: Palestina. 
Tempat wafat: Diangkat oleh Allah ke langit.
Sebutan kaumnya: Bani Israel.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali, sebutan al-Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam sebanyak 23 kali.
.
25. MUHAMMAD SAW. 
Nama: Muhammad bin Abdullah.
Garis Keturunan Ayah: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad Saw.
Garis Keturunan Ibu: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad Saw.
Usia: 62 tahun.
Periode sejarah: 570-632 M.
Tempat diutus: Mekkah.
Jumlah keturunannya: 7 anak; 3 laki-laki Qasim, Abdullah dan Ibrahim, dan 4 perempuan Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah az-Zahra.
Tempat wafat: Madinah.
Sebutan kaumnya: Bangsa Arab.
Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali.
.
(Disarikan dari: Qashash al-Anbiya' Ibn Katsir, Badai' az-Zuhur Imam as-Suyuthi dan selainnya). 
.
.

Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!
Semoga bermanfaat.
AAMIIN...
.

Sabtu, 02 November 2019

ISTILAH HADTS ASY-SYARIYAH

Berikut ini beberapa istilah hadits yang sering dipakai dalam Asy-Syariah:

1.  Mutawatir
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu, para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama berdusta. Perkara yang mereka bawa adalah perkara yang indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih dahulu.

2.  Ahad
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.

3.  Sahih (sehat)
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang menjatuhkan muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits itu, dari orang yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah (penyakit/kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.

4.  Hasan (baik)
Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.

5.  Dha’if
Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya ditolak.

6.  Maudhu’ (palsu)
Hadits yang didustakan atas nama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak pernah mengatakannya, hukumnya ditolak.

7.  Mursal
Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.

8.  Syadz
Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari hadits itu sendiri, hukumnya tertolak.

9.  Mungkar
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits itu sendiri, hukumnya juga tertolak.

10.  Munqathi’
Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan. Hukumnya tertolak.

11.  Sanad
Rangkaian para rawi yang berakhir dengan matan.

12.  Matan
Ucapan rawi atau redaksi hadits yang terakhir dalam sanad.

13.  Rawi
Orang yang meriwayatkan atau membawakan hadits.

14.  Atsar
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, yakni kepada para sahabat dan tabi’in.

15.  Marfu’
Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah n.

16.  Mauquf
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat.

17.  Jayyid (bagus)
Suatu istilah lain untuk sahih.

18.  Muhaddits
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.

19.  Al-Hafizh
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di setiap tingkatan sanad.

20.  Majhul
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit. Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-‘ain, dan bila lebih dari satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.

21.  Tsiqah
(Rawi yang) tepercaya, artinya tepercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan penjagaannya terhadap hadits.

22.  Jarh
Cacat, dan majruh artinya tercacat.

23.  Ta’dil
Menilai adil.

24.  Muttafaqun ‘alaih
Maksudnya hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih mereka.

25.  Mu’allaq/ta’liq
Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih.