Kamis, 30 Agustus 2018

KEUTAMAAN SIFAT TAWADHU

┏📚🍀📚●━━━━━━━━━━━━┓
📚🚊💎KEUTAMAAN SIFAT TAWADHU
  SEKALIPUN TERHADAP PELAKU DOSA
┗━━━━━━━━━━━━●📚🍀📚┛

•┈┈┈┈•◈◉✹🌻📚🌻✹◉◈•┈┈┈┈•
Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan Sifat Tawadhu’

Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.

Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

Mencontoh Sifat Tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas berkata,

أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يزور الأنصار ويسلم على صبيانهم ويمسح رؤوسهم

“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth) Subhanallah … Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.

Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat.

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk mengerjakannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya. ‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab,

كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ

“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau mungkin membantu mencuci pakaian.

Nasehat Para Ulama Tentang Tawadhu’

قال الحسن رحمه الله: هل تدرون ما التواضع؟ التواضع: أن تخرج من منزلك فلا تلقى مسلماً إلا رأيت له عليك فضلاً .

Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”

يقول  الشافعي: « أرفع الناس قدرا : من لا يرى قدره ، وأكبر الناس فضلا : من لا يرى فضله »

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

يقول بشر بن الحارث: “ما رأيتُ أحسنَ من غنيّ جالسٍ بين يدَي فقير”.

Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

قال عبد الله بن المبارك: “رأسُ التواضعِ أن تضَع نفسَك عند من هو دونك في نعمةِ الله حتى تعلِمَه أن ليس لك بدنياك عليه فضل [أخرجه البيهقي في الشعب (6/298)].

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298)
Allahul Yahdikum.☝

Selasa, 21 Agustus 2018

KHUTBAH IDUL ADHA

Khutbah ‘Idul Adha

“TATKALA MAUT MENJEMPUT”

Oleh Al-Ustadz Abu Zakariya Muhammad Qosim Muhajir, Lc hafidzahullah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحَمْدُ ِللهِ الكَرِيْمِ الوَهَّابِ الرَّحِيْمِ التَّوَّابِ غَافِرِ الذَّنْبِ قَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ العِقَابِ ذِيْ الطَّوْلِ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ المُتَطَهِّرِيْنَ وَيَغْفِرُ لِلْمُخْطِئِيْنَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَمْحُوْ بِحِلْمِهِ إِسَاءَةَ المُذْنِبِيْنَ وَيَقْبَلُ بِعَفْوِهِ اعْتِذَارَ المُعْتَذِرِيْنَ لاَإِلهَ إِلاَّ هُوَ إِلهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَدَيَّانُ يَوْمِ الدِّيْنِ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى خَيْرِ عِبَادِهِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى صَحَابَتِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

اللهم يامصلح الصالحين أصلح فساد قلوبنا واستر فى الدنيا والآخرة عيوبنا واغفر بعفوك ورحمتك ذنوبنا وارحم فى موقف العرض عليك ذل مقامنا
يارب عفوك لاتأخذ بزلتنا … واغفر أيا رب ذنباً قد جنيناه

Jama’ah shalat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah ﷻ:

Alhamdulillah, tiada pernah bosan kita kembali memuji, memuja dan menyebut nama Allah yang telah melimpahkan kepada kita nikmatNya, nikmat iman dan islam adalah dua kenikmatan yang paling besar dan sangat agung yang juga sekaligus sebagai tonggak penentu keselamatan dan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat tentunya apabila kita bisa menjaga, memelihara dan menjauhkan iman dan islam jangan sampai ternodai dan terkontaminasi dengan noda syirik, bid’ah, khurafat dan amal maksiat sekecil apapun juga.

Dan nikmat lain yang tak kalah pentingnya yang wajib kita syukuri pula yaitu nikmat kesehatan, sehingga atas izin dan kehendak Allah, kita dapat melaksanakan shalat ‘Idul Adha berjama’ah, kita iringi dengan harapan dan do’a semoga Allah menerima amal ibadah kita, meridhai langkah kita, memberkati dan mengampuni dosa kita, serta memudahkan langkah kita ke surgaNya kelak…. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Jama’ah shalat ‘Idul Adha yang dirahmati Allah :

saudara-saudaraku seiman seakidah …
Menjalani hidup bagaikan musafir yang bepergian di muka bumi.

Sang musafir telah menyiapkan segala perbekalan yang bisa memudahkan perjalanan yang ia tempuh. Namun disadari atau tidak, perjalanan akan terhenti tatkala sang musafir di hampiri oleh keadaan yang setiap orang tidak pernah menyangka kalau ia akan menghampirinya.

Sang pemutus kelezatan, yang menghentikan segala aktifitas dan kegiatan, yang membuat pandangan mata kehilangan apa yang di lihat, lidah tidak bisa berkata dan berucap, tangan tak mampu bergerak dan kaki tak lagi mampu melangkah, itulah yang dinamakan AL MAUT….. (kematian.. “SANG PEMUTUS KELEZATAN DAN KENIKMATAN”).

Keadaan ini telah disampaikan oleh beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian. (HR.Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasai, Ahmad)

Apakah semua yang bernyawa akan mati ?

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah, setiap yang bernyawa pasti akan tiba ajalnya, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, hal ini pasti terjadi dan tidak bisa ditolak.

Allah Azza wa Jalla telah mengingatkan kita akan hal ini, yang kekal abadi hanyalah Allah semata..semua binasa, semua sirna dan akan tiada, sebagaimana firmanNya :

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-rahman 55/26-27).

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati,dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS.Ali imran 3/185)

Setiap insan berharap bisa hidup kekal dan lebih lama, namun tidak ada yang bisa kekal hidup di muka bumi, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak diberikan kekekalan hidup, Allah Azza wa Jalla sudah mengingatkan nabiNya bahwa ia akan mati (mayit), bagaimana dengan kita?

Allah Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula (QS. Az-zumar5 39/30)

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ (34) كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seseorang pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-anbiya 21/34-35).

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah…

saudara-saudaraku seiman seakidah …

Dari uraian diatas jelas bagi kita bahwa kematian pasti mengahampiri kapan dan dimanapun kita berada, suka maupun duka, sendiri maupun dalam keramaian.. tidak ada yang bisa menghindar dari musibah al-maut (kematian).

Sehingga bagaimanapun manusia berusaha menghindar darinya kematian itu akan mengejarnya..

Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam firmanNya :

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada didalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (QS. An-nisa 4/78).

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ

Katakanlah : sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu… (QS.Al-jum’ah 62/8).

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Dahsyatnya peristiwa ini telah diuraikan Allah di empat ayat dalam alquran, jadikan renungan untuk masing-masing kita, pikirkan jika hal itu menimpa dan kita mengalaminya..simak ayat-ayat ini, ambil pelajaran agar kita tidak terlalu jauh dan terlena…

1. وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19)

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, itulah yang kamu selalu lari darinya. (QS.Qaf 50/19).

2. وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang dhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut. (QS. Al-an’am 6/93).

3. فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ

Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan. (QS. Al-waqiah 56/83)

4.كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ

Sekali-kali jangan, apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. (QS.Qiyamah 75/26)

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Allah Azza wa Jalla mengisahkan tentang gambaran kematian yang sangat dahsyat ini dengan uraian yang menakjubkan dan membuat setiap orang yang beriman merinding dan takut…. Bagaimana tidak.. itu adalah saat dimana manusia akan meninggalkan dunia yang fana, detik-detik perpisahan yang ditakutkan, detik-detik keluarnya ruh dari jasad….. detik-detik dimana setiap insan berharap untuk tidak mengalaminya disaat ia belum siap untuk menerimanya….. peristiwa yang merubah orang kuat menjadi lemah, sehat menjadi sakit, tenang menjadi guncang,….

كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ (26) وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ (27) وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ (28) وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ (29) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ (30)

Sekali-kali jangan. Apabila nafas seseorang (telah mendesak) sampai kerongkongan. dan dikatakan (kepadanya): Siapakah yang dapat menyembuhkan ? dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). (QS Alqiyamah 75/26-30)

Kalau kita bertanya dan ditanya : siapakah kiranya yang bisa menenangkan seorang hamba yang berada dalam keadaan sekarat menjelang ajal? Mampukah sang dokter memberi ketenangan terhadap jiwanya? adakah obat yang bisa meringankan penderitaannya? Adakah sarana duniawi yang bisa menghibur kegalauan hatinya?

Tidak ada yang bisa dilakukan ketika detik-detik itu tiba, kecuali ruqyah dan talqin dengan kalimat tauhid لاإله إلا الله  yang akan menenangkan penderitaannya, doa dan ruqyah yang mampu menghibur dan meredam kondisinya.

Allahu Akbar, Subhanallah, laa haula wala quwwata illa billah.

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Hati berdebar, tubuh gemetar, lidah serasa membeku tak mampu berucap dan berujar…hanya pandangan mata yang menengadah keatas langit, seolah ia ingin didengar suara hatinya oleh Allah, ditenangkan kegelisahan dan kegundahan jiwanya….saudaraku… demi Allah …. Sungguh hal ini adalah saat-saat menakutkan dan sangat menyedihkan. Setelah itu tidak ada yang lain kecuali hanya janji dan ancaman..… andai kita mau merenungkan dengan tenang, walau kita sedang bergelimang dengan kenikmatan, pastilah yang akan kita rasakan kehidupan yang keruh dan dunia menjadi hina bagi kita….

Dunia yang luas terasa sempit, semua yang indah seolah telah tiada, manis terasa getir dan pahit… Syumaith bin ‘Ajlan berkata :

من جعل الموت نصب عينيه لم يبال بضيق الدنيا ولا بسعتها

Barang siapa yang menjadikan maut (kematian) dihadapan kedua matanya, dia tidak peduli dengan kesempitan (kesulitan) dunia atau keluasannya (kenikmatannya). (Mukhtashar minhajul qashidin)

Lihatlah perubahan yang ada,… rasakan,.. renungkan dan pikirkan… wahai saudaraku…kesenangan berubah menjadi kesedihan, kebahagiaan berubah menjadi kesusahan…. Bagaimana tidak…. Engkau akan berpisah dari harta benda, engkau akan berpisah dengan orang yang tercinta…engkau akan berpisah dengan sanak kerabat dan orang-orang yang pernah dekat… menuju tempat untuk mendapatkan balasan dan menjalani hisab yang sungguh amat sangat menakutkan..

sampai engkau mengakhiri perjalananmu yang panjang dan berat menuju salah satu dari dua kelompok :

فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ (7)

…segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka…(QS.As-syura 42/7)

Saudaraku …….
Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah menyampaikan khutbahnya :

وفى كل يوم تشيعون غاديا ورائحا إلى الله قد قضى نحبه وانقضى أجله ، فتودعونه وتدعونه فى صدع من الأرض غير موسد ولا ممهد، قد خلع الأسباب وفارق الأحباب وسكن التراب وواجه الحساب …… فاتقوا الله عباد الله قبل نزول الموت وانقضاء مواقيته وإني لأقول لكم هذه المقالة وما أعلم عند أحد من الذنوب أكثر مما أعلم عندي، ولكني أستغفر الله وأتوب إليه ، ثم رفع طرف ردائه وبكى حتى شهق، ثم نزل فما عاد إلى المنبر بعدها حتى مات رحمة الله عليه.

Ingatlah wahai saudaraku, bukankah kalian pernah mengantar jenazah dikala pagi dan petang, jenazah saudaramu yang telah dipanggil oleh Allah Azza wa Jalla, saudaramu yang telah tiba ajalnya, kalian mengantarkan dan meninggalkannya di dalam lubang (liang) lahat, tempat yang tidak lagi ada kasur dan bantal yang empuk, sudah tidak lagi punya kesempatan untuk berbuat, dia telah berpisah dengan orang yang dicintai (anak, istri, keluarga dan kerabat), kini ia hidup berkalang tanah, siap menghadapi hisab,….. bertaqwalah kepada Allah wahai hamba Allah…. Sebelum maut datang menjemput,…. Dan aku sampaikan kalimat ini, dengan penuh keyakinan bahwa tidak ada orang yang lebih banyak salah dan dosa dari kesalahan dan dosa yang ku perbuat,….. akan tetapi seiring itu pula aku senantiasa bertaubat dan memohon ampunanNya,…

Kemudian beliau mengangkat salah satu sisi selendangnya, sambil menangis terisak sampai ia tidak sadarkan diri.. akhirnya beliau diturunkan dari mimbar…dan… tidak pernah kembali lagi ke atas mimbar… akhirnya mautpun menjemput dirinya…. Rahimullahu rahmatan wasi’ah.

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…
Mari sejenak kita melihat dan membaca bagaimana detik-detik akhir menjelang ajal yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sahabatnya generasi terbaik dari umatnya….

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا كَرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ الْيَوْمِ   (صحيح البخاري)

Tatkala kondisi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam makin memburuk, Fathimah berkata :”alangkah berat penderitaanmu ayahku”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…” (HR.Bukhari)

Apa yang dilakukan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum ajal menjemput, apa yang beliau ucapkan kepada umatnya?

Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :

أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَتْ تَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ يَشُكُّ عُمَرُ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ يَدُهُ ( رواه البخاري )

Bahwasannya di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat satu bejana kecil dari kulit yang berisi air, beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata : “Laa ilaha illa Allah”.. sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut”.. dan beliau menengadahkan tangannya seraya berkata : “menuju Rafiqil A’la” sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas.. (HR.Bukhari)

Dalam riwayat lain disebutkan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan doa yang begitu lirih memohon kepada Allah rahmat dan maghfirahNya:…..

فبينما كان رأسه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فى حجر عائشة _رضي الله عنها _ إذ دخل عليه عبد الرحمن بن أبي بكر وفي يده سواك ، فنظر إليه رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فعلمت عائشة أنه يريد السواك فتناولته ولينته فاستاك به وعندما فرغ منه رفع يده وإصبعه وشخص ببصره نحو السقف وتحركت شفتاه فأصغت إليه عائشة وهو يقول : (مع الذين أنعمت عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين ، اللهم اغفرلي وارحمني وألحقني بالرفيق الأعلى، اللهم الرفيق الأعلى ) كررها ثلاثاً ، وكان آخر ماتكلم به، ثم مالت يده ولحق بالرفيق الأعلى .

Ketika kepala beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dipangkuan ‘Aisyah tiba-tiba masuklah Abdurrahman bin Abu Bakr membawa sebatang siwak, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang ke arahnya, maka ‘Aisyah tahu bahwa beliau menginginkan siwak itu, ‘Aisyah mengambil siwak itu lalu dilunakkan sedikit dan diberikan kepada beliau untuk digunakan bersiwak, usai bersiwak beliau mengangkat tangan dan jarinya, pandangannya juga mengarah ke atap, kedua bibir beliau bergerak-gerak ‘Aisyah masih mendengarkan yang beliau ucapkan : “Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat ya Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih.. Ya Allah ampunilah dosaku, limpahkan rahmat-Mu kepadaku, dan angkatlah diriku ke Rafiqil A’la (keharibaanMu yang tinggi),…. Beliau terus mengulang-ngulang kalimat tadi sampai tiga (3) kali, itulah ucapan terakhir yang beliau lontarkan, setelah itu tangan beliau perlahan miring dan melemas, beliaupun berangkat ke haribaan Allah. (Bukhari & Muslim).

Saudaraku, begitu dahsyat peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala maut menjemput.. Beliau adalah hamba Allah yang terbaik, kekasih Allah dan hamba yang menjadi panutan umat. Beliau tidak bisa menyembunyikan keadaan dirinya dan apa yang menimpanya, sebuah peristiwa yang jika kita mengalami sendiri tentulah akan muncul pertanyaan dalam benak pikiran masing-masing dari yang hadir disini, Mampukah kita menghadapinya dengan ketegaran, kesabaran dan dengan akhir yang baik? Hanya kepada Allah jualah kita memohon agar dimudahkan segala urusan tatkala maut menjemput.

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Selanjutnya bagaimana kondisi yang dialami oleh sebagian sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala maut menjemput?

لما حضرت أبايكررضي الله عنه الوفاة جاءت عائشة فتمثلت بهذا البيت : لعمرك كا يغنى عن الفتى      إذا حشرجت يوماً وضاق بها الصدر فكشف عن وجهه وقال : ليس كذلك ولكن قولي :   وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ —- انظري ثوبي هذين فاغسلوهما وكفنوني فيهما فإن الحي أحوج إلى الجديد من الميت.

Abu Bakr Ash-shiddiq radhiyallahu ‘anhu menjelang kematiannya, berkata padanya ‘Aisyah : Celaka, tangis apa yang bisa dilakukan seorang pemudi bila suatu hari dadanya bergemuruh karena kesedihan. Abu Bakr langsung menyingkap wajahnya yang tertutup sambil berkata : “jangan berkata begitu wahai putriku, tetapi ucapkanlah :

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19)

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, itulah yang kamu selalu lari darinya. (QS.Qaf 50/19).

Coba engkau lihat dua helai pakaian ini, cuci dan gunakan untuk mengkafani tubuhku, karena orang yang hidup lebih membutuhkan kain yang baru ketimbang orang yang sudah mati. (ats tsabat indal mamat ibnul jauzi).

عن ابن عمر قال : كان رأس عمر فى حجري لما طعن فقال :ضع رأسي بالأرض ،قال :فظننت أن ذلك تبرماً به، فلم أفعل ،فقال :ضع خدي بالأض لا أم لك! ويلي وويل أمي إن لم يغفر الله عز وجلى لي

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu : putra beliau abdullah bin umar menceritakan : saat itu kepala Umar bin khattab berada di pangkuanku (saat setelah beliau tertikam) : “letakkan kepalaku diatas tanah” . aku mengira beliau sudah bosan berada dipangkuanku. Akupun memenuhi permintaannya. Beliau berkata sungguh celaka aku dan sungguh celaka pula ibuku., bila Allah tidak juga sudi mengampuniku.

(Washaya ulama inda hudhuril maut)

عن همّام قال : لما حضر أبا هريرة رضي الله عنه الموت جعل يبكي ، قيل له : ما يبكيك ياأبا هريرة ؟ قال : قلة الزاد وبعد المفازة وعقبةٌ هبوطها الجنة أو النار

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Hammam : ketika Abu Hurairah menghadapi sakaratul maut beliau menangis. Dikatakan padanya : apa yang membuatmu menangis wahai Abu Hurairah ? beliau menjawab : karena bekal yang sedikit, sementara perjalanan yang panjang dan akhir perjalanan hanya surga atau neraka. (Washaya ulama inda hudhuril maut).

Subhanallah, Allahu Akbar…. Lihatlah mereka generasi terbaik umat ini,..! apa yang mereka ucapkan, apa yang mereka harapkan, apa yang mereka lantunkan apa yang mereka rindukan untuk diri mereka? Kesemuanya berharap kemudahan dan ampunan dari Ar Rahman….

Saudaraku,…… bergetar hati ini, berdebar dada ini…gemetar tubuh kita… seolah kedua kaki tak lagi mampu menopang tubuh yang ketakutan…

CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT UNTUK KITA SEMUA…

كفى بالموت واعظاً

jika saat ini kita melihat mayit yang terbujur kaku,, pikirkan dan katakan pada dirimu… hari ini ia terbujur kaku, diam membisu, sekujur tubuh membeku…. Mungkin esok aku akan alami hal sama yang menimpa saudaraku…
Saudaraku…jika saat ini engkau sedang menyaksikan seseorang tengah sekarat meregang nyawa dan engkau bimbing dia dengan talkin kalimat tauhid Laa ilaha illa Allah, membimbingnya untuk ingat Allah dan taubat,… kiranya siapa yang akan membimbing dirimu jika esok peristiwa itu menimpamu??

Saudaraku…. jika hari ini kita memandikan, mengkafani, menyolatkan, mengantar dan memakamkan jenazah ketempat peristirahatannya yang terakhir… maka esokpun kita akan alami hal yang sama….
Saudaraku… lidah ini terasa berat seolah tak mapu lagi berucap….

Kita teringat sabda beliau Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam tatkala usai mengubur jenazah, ingat kalimat yang terucap dihadapan sahabat :

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ ( أخرجه أبو داود والحاكم والبيهقي وعبد الله بن أحمد في ” زوائد الزهد ” (ص 129) وقال الحاكم: ” صحيح الاسناد “، ووافقه الذهبي: وهو كما قالا، وقال النووي: ” إسناده جيد “.)

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri disamping kuburan seraya berkata : “mohonkan ampunan untuk saudaramu, mohonkan pula keteguhan jiwanya untuk bisa menjawab setiap pertanyaan, karena sekarang ia sedang ditanya.. (oleh malaikat Munkar dan Nakir) (HR. Abu Dawud, Hakim, Baihaqi).

Saudaraku… peristiwa inilah yang kita takutkan, kejadian ini yang kita khawatirkan… masing-masing dari kita tidak akan pernah tahu, mampukah kita… bisakah kita…. Akankah kita meraih maghfirah dan keteguhan jiwa tatkala kita ditinggal sendiri dialam kubur… menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir… dalam kegelapan kubur… diliang lahat yang sempit… tiada yang bisa menghibur dan menenangkan jiwa selain bekal amal shalih yang selama ini kita kerjakan…
Adakah harta yang pernah kita raih mendampingi kita dialam kubur… adakah istri tercinta… suami tercinta… anak-anak… saudara dan kerabat atau tetangga yang sudi dan rela mendampingi sang mayit dialam kuburnya?????……

Mana istanaku… mana istriku… mana suamiku… mana anak-anakku… mana kedua orang tuaku…. mana kendaraanku…. mana jabatanku……..
Saudaraku…. Ingatlah tatkala jasad diusung menuju kubur….. jika mayat boleh berkata : mau dibawa kemana kiranya jasadku…???

Mereka membawaku … mereka mensholatiku tanpa sujud dan ruku’…. Semoga Allah merahmatiku…. Mereka membawa jasadku ke tempat dimana aku akan ditinggal sendiri…..

Ingatlah, ada 3 hal yang mengantar jenazah ke alam kuburnya : hartanya, keluarganya, amalnya. 2 hal akan kembali dan tidak akan pernah mau dan sudi mendampinginya, pulang meninggalkan dirinya harta dan keluarganya,…. Hanya satu yang akan setia mendampingimu, hanya satu yang setia menemanimu… dialah sang penghibur… dialah AMALANMU…. Jika baik maka baik dan tenanglah jiwamu, namun jika buruk maka kecelakaan atasmu…. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُه
(متفق عليه)

Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu akan tetap. Mayit akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarganya dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap. (Bukhari & Muslim)

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Alam kubur adalah tempat persinggahan pertama seorang hamba sebelum akhirnya ia menuju akhirat.. alam kubur inilah yang membuat sahabat nabi Utsman bin Affan menangis ketakutan…. Apa yang ia takutkan, apa yang membuatnya menangis??…..
Dalam sebuat riwayat tirmidzi :

كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَا تَبْكِي وَتَبْكِي مِنْ هَذَا فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ   (رواه الترمذي)

Utsman bin Affan pernah berdiri disamping kuburan, dia menangis terisak sampai air matanya membasahi jenggotnya, beliau ditanya : wahai Utsman ; jika engkau ingat (diingatkan dengan) surga neraka, engkau tidak menangis.. namun mengapa engkau menangis ketika ingat (diingatkan) dengan kubur ? beliau menjawab : aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : kuburan itu adalah tempat persinggahan pertama bagi seorang hamba dari tempat persinggahannya sebelum akhirat. Barang siapa yang selamat darinya (siksa dan fitnah kubur) maka yang berikutnya lebih ringan buatnya, namun sebaliknya barang siapa yang tidak selamat darinya, maka yang setelahnya lebih sulit dan susah baginya.. (HR. Tirmidzi).

Saudaraku…. Riwayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa keselamatan di alam kubur sebagai tanda bahwa hamba akan bahagia kelak dihari kiamat.. dan juga sebaliknya bahwa kegagalan yang dialami hamba dialam kubur itu tanda bahwa ia akan merugi dunia akhirat..

Saudaraku… hal senada juga pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dihadapan sahabatnya tatkala beliau selesai menguburkan jenazah :

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّقَالَ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا

Dari Barra’ dia berkata : Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu jenazah, lalu beliau duduk ditepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau bersabda : “Wahai saudara-saudaraku! Persiapkanlah untuk yang seperti ini.!” (HR. Ibnu Majah)

Sudahkah kita persiapkan seperti yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan??
Saudaraku.. pernahkah kita merasa bahwa hati ini pernah keras membeku tak mau menerima kebenaran??
Saudaraku… sampai kapan kita pertahankan kerasnya hati ini?? kesombongan diri..??

Saudaraku…pernahkah engkau alami detik-detik kala semua orang tidur lelap terbuai mimpi… engkau sedang sendiri,.. menyendiri.. menyepi.. bermunajat dengan Allah… dengan air mata berlinang menangisi kerasnya hati dan dosa yang selama ini kita lakukan

Sudahkah engkau meminta kepadaNya agar selalu dibimbing menuju jalan yang di ridhai?

Sudahkah engkau meminta kepadaNya agar dijadikan anak shalih yang selalu berbakti…

Anak yang selalu mendoakan kedua orang tua kala mereka berdua telah tiada??
Saudaraku….. mari bawa diri ini untuk terus ingat peristiwa tadi…. Bimbing dan bina jiwa ini agar senantiasa berada diatas hidayah Ilahi… arahkan jiwa ini agar senantiasa mendapat ridha Ilahi… dengan banyak mengingat mati, itu berarti kita sudah bisa arahkan diri agar terus mawas diri dan menyiapkan segala sesuatu sedini mungkin… siapkan perbekalan…. Yang nantinya kita jadikan modal menghadap sang Hakim yang Maha Adil lagi Bijaksana…. Tatkala semua amal akan ditanya, ditimbang dan diminta pertanggungan jawabnya.

Allah Azza wa Jalla sudah ingatkan kita akan hal itu dengan firmanNya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (QS. Al Hasyar 59/18).

Jama’ah sholat id yang dirahmati Allah… saudara-saudaraku seiman seakidah…..

Detik-detik itu pasti menghampiri kita, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memperbanyak taubat kepada Allah Azza wa Jalla dan amal shalih.

Setiap kita ingin mendapat akhir yang baik (husnul khatimah) dan berharap mendapat panggilan yang indah kala ajal tiba dan malaikat maut menjemput. Menjadi jiwa yang ridha kepada Allah dan diridhai Allah di dunia dan akhirat.

Seruan itu menjadi idaman setiap insan yang beriman, panggilan yang memberi ketenangan dan kebahagiaan, sebagaimana firmanNya :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ [٨٩:٢٧] ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً [٨٩:٢٨] فَادْخُلِي فِي عِبَادِي [٨٩:٢٩] وَادْخُلِي جَنَّتِي [٨٩:٣� ]

27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambanya .
30. Masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS.Al-fajr 89/27-30)

Saudaraku, semoga kita senantiasa bisa memulai sesuatu dengan kebaikan dan mengakhirinya dengan kebaikan pula. Salah seorang sahabat nabi Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu diantara wasiat yang disampaikan kepada putranya :

يابني إذا صليت صل صلاة مودع ، لا تظن أنك تعود إليها أبداً واعلم يابني أن المؤمن يموت بين الحسنتين ، حسنة قدمها وحسنة أخرها .

Wahai anakku, sholatlah seperti sholatnya orang yang akan berpisah (meninggal) dan jangan pernah engkau menyangka akan bisa kembali mengerjakannya setelah ini, ketahuilah anakku… tidaklah seorang mukmin mati melainkan kematiannya berada antara dua kebaikan : kebaikan yang telah dikerjakan dan kebaikan yang belum dikerjakan (ditinggalkan)…

Saudaraku…. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiqNya kepada kita, memudahkan semua urusan kita, menjadikan kita hamba yang gemar bertaubat, dan selalu ingat akan kematian sang penghancur kelezetan dan kenikmatan…

Akhirnya marilah kita berdo’a memohon kepada Allah, semoga Allah mengabulkan do’a kita…..

رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَاوَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانَاصِغَارًا

Ya Allah, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah memelihara kami waktu kecil.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

Ya Allah, Kami memohon petunjuk, ketaqwaan, kesucian (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/tidak baik)

اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ،يَامُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami pada agama-Mu, Wahai Rabb yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّذِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهاَ مَعَادُنَاوَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agamaku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Dan perbaikilah duniaku yang ia menjadi tempat hidupku. Serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpn bagi orang-orang yang bertaqwa”.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMU; Sesungguhnya Engkau Maha pemberi (karunia)”.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَاطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Ma’afkanlah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong/pelindung kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka”

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

==============================
Disalin Oleh Muhammad Syarif
10 Dzulhijjah 1439 H
21  Agustus  2018  M
=============================

KHUTBAH IDHUL ADHA

*🕌 KHUTBAH IDHUL ADHA 🕌*


*📖BELAJAR DARI IBADAH QURBAN DAN HAJI🕋*


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd. (artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya).

Amma ba’du …

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat ‘Ied yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah Ta’ala,

Kita bersyukur pada Allah atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan pada kita. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang serta kesempatan untuk menghadiri shalat Idul Adha pada tahun ini. Mudah-mudahan kita dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang ada dengan meningkatkan ketakwaan pada Allah Ta’ala.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar, Nabi agung, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan dan suri tauladan kita, begitu pula pada keluarga dan sahabatnya serta yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin rahimanii wa rahimakumullah,

Ada dua ibadah yang kita temui pada perayaan Idul Adha, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji.

Ada beberapa hal yang bisa kita gali dari ibadah qurban yang kita jalankan tahun ini, juga ada beberapa pelajaran dari ibadah haji yang dijalankan oleh saudara-saudara kita di tanah suci.

Di khutbah Idul Adha kali ini, kami akan menyebutkan lima pelajaran dari dua ibadah tersebut.

1- Belajar untuk ikhlas

Dari ibadah qurban yang dituntut adalah keikhlasan dan ketakwaan, itulah yang dapat menggapai ridha Allah. Daging dan darah itu bukanlah yang dituntut, namun dari keikhlasan dalam berqurban. Allah Ta’ala berfirman,

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)

Untuk ibadah haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas, bukan cari gelar dan cari sanjungan. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Siapa yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, no. 1521).

Ini berarti berqurban dan berhaji bukanlah ajang untuk pamer amalan dan kekayaan, atau riya’.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

2- Belajar untuk mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dalam berqurban ada aturan atau ketentuan yang mesti dipenuhi. Misalnya, mesti dihindari cacat yang membuat tidak sah (buta sebelah, sakit yang jelas, pincang, atau sangat kurus) dan cacat yang dikatakan makruh (seperti sobeknya telinga, keringnya air susu, ekor yang terputus). Umur hewan qurban harus masuk dalam kriteria yaitu hewan musinnah, untuk kambing minimal 1 tahun dan sapi minimal dua tahun. Waktu penyembelihan pun harus sesuai tuntunan dilakukan setelah shalat Idul Adha, tidak boleh sebelumnya. Kemudian dalam penyaluran hasil qurban, jangan sampai ada maksud untuk mencari keuntungan seperti dengan menjual kulit atau memberi upah pada tukang jagal dari sebagian hasil qurban. Jika ketentuan di atas dilanggar di mana ketentuan tersebut merupakan syarat, hewan yang disembelih tidaklah disebut qurban, namun disebut daging biasa.

Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah mengerjakan shalat Idul Adha. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَنَسَكَ نُسُكَنَا فَقَدْ أَصَابَ النُّسُكَ ، وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّهُ قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَلاَ نُسُكَ لَهُ

“Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban seperti kurban kami, maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”

Abu Burdah yang merupakan paman dari Al Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فَإِنِّى نَسَكْتُ شَاتِى قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ، وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَكُونَ شَاتِى أَوَّلَ مَا يُذْبَحُ فِى بَيْتِى ، فَذَبَحْتُ شَاتِى وَتَغَدَّيْتُ قَبْلَ أَنْ آتِىَ الصَّلاَةَ

“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum aku shalat Idul Adha.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,

شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ

“Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari no. 955)

Begitu pula dalam ibadah haji hendaklah sesuai tuntunan, tidak bisa kita beribadah asal-asalan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ أَدْرِى لَعَلِّى لاَ أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ

“Ambillah dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini.” (HR. Muslim no. 1297, dari Jabir).

Ini menunjukkan bahwa ibadah qurban dan haji serta ibadah lainnya mesti didasari ilmu. Jika tidak, maka sia-sialah ibadah tersebut.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

3- Belajar untuk sedekah harta

Dalam ibadah qurban, kita diperintahkan untuk belajar bersedekah, begitu pula haji. Karena saat itu, hartalah yang banyak diqurbankan. Apakah benar kita mampu mengorbankannya? Padahal watak manusia sangat cinta sekali pada harta.

Ingatlah, harta semakin dikeluarkan dalam jalan kebaikan dan ketaatan akan semakin berkah. Sehingga jangan pelit untuk bersedekah karena tidak pernah kita temui pada orang yang berqurban dan berhaji yang mengorbankan jutaan hartanya jadi bangkrut.

Ingat Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588; dari Abu Hurairah)

Imam Nawawi berkata, “Kekurangan harta bisa ditutup dengan keberkahannya atau ditutup dengan pahala di sisi Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 16: 128).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

4- Belajar untuk meninggalkan larangan walau sementara waktu

Dalam ibadah qurban ada larangan bagi shahibul qurban yang mesti ia jalankan ketika telah masuk 1 Dzulhijjah hingga hewan qurban miliknya disembelih. Walaupun hikmah dari larangan ini tidak dinashkan atau tidak disebutkan dalam dalil, namun tetap mesti dijalankan karena sifat seorang muslim adalah sami’na wa atho’na, yaitu patuh dan taat.

Dari Ummu Salamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ

“Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki 1 Dzulhijjah, -pen) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban tidak memotong rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977).

Lebih-lebih lagi dalam ibadah haji dan umrah, saat berihram jamaah tidak diperkenankan mengenakan wewangian, memotong rambut dan kuku, mengenakan baju atau celana yang membentuk lekuk tubuh (bagi pria), tidak boleh menutup kepala serta tidak boleh mencumbu istri hingga menyetubuhinya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنَ الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَلْبَسُ الْقُمُصَ وَلاَ الْعَمَائِمَ وَلاَ السَّرَاوِيلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ الْخِفَافَ ، إِلاَّ أَحَدٌ لاَ يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ ، وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ ، وَلاَ تَلْبَسُوا مِنَ الثِّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ أَوْ وَرْسٌ »

“Wahai Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang sedang berihram (haji atau umrah, -pen)?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan kemeja, sorban, celana panjang kopiah dan sepatu, kecuali bagi yang tidak mendapatkan sandal, maka dia boleh mengenakan sepatu. Hendaknya dia potong sepatunya tersebut hingga di bawah kedua mata kakinya. Hendaknya dia tidak memakai pakaian yang diberi za’faran dan wars (sejenis wewangian, -pen).” (HR. Bukhari no. 1542)

Larangan di atas adalah ujian apakah kita mampu menahan diri dari larangan walau sementara waktu. Bagaimana lagi untuk waktu yang lama?

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

5- Belajar untuk rajin berdzikir

Dalam ibadah qurban diwajibkan membaca bismillah dan disunnahkan untuk bertakbir saat menyembelih qurban.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

ضَحَّى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ ، فَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا يُسَمِّى وَيُكَبِّرُ ، فَذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ .

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua kambing yang gemuk. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca bismillah dan bertakbir, kemudian beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.” (HR. Bukhari, no. 5558)

Sejak sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj: 28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah.

Dalam ayat lain disebutkan,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.

Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,

Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah. (Dikeluarkan oleh Bukhari tanpa sanad (mu’allaq), pada Bab “Keutamaan beramal di hari tasyriq”)

Ibadah thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada Allah. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْىُ الْجِمَارِ لإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ

“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah adalah bagian dari dzikrullah (dzikir pada Allah).” (HR. Abu Daud, no. 1888; Tirmidzi, no. 902; Ahmad, 6: 46. Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih. Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dha’if)

Di hari-hari tasyriq, kita pun diperintahkan untuk membaca doa sapu jagad. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka].” (QS. Al Baqarah: 200-201)

Dari ayat ini kebanyakan ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh ‘Ikrimah dan ‘Atha’. (Lihat Latha-if Al-Ma’arif, hlm. 505-506).

Ini semua mengajarkan pada kita untuk rajin berdzikir.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَأَخْبِرْنِى بِشَىْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ »

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, syariat Islam sungguh banyak dan membebani kami. Beritahukanlah padaku suatu amalan yang aku bisa konsisten dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Hendaklah lisanmu tidak berhenti dari berdzikir pada Allah.” (HR. Tirmidzi, no. 3375; Ibnu Majah, no. 3793; Ahmad, 4: 188. Hadits ini shahih menurut Syaikh Al Albani).

Mudah-mudahan lima pelajaran di atas berharga bagi kita semua.

Marilah kita tutup khutbah ied ini dengan do’a. Moga Allah mengabulkan setiap do’a kita.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamanaa wa shiyamakum, kullu ‘aamin wa antum bi kheir, minal ‘aidin wal faizin

https://rumaysho.com/14265-khutbah-idul-adha-belajar-dari-ibadah-qurban-dan-haji.html