Rabu, 31 Januari 2018

KHUTBAH SHOLAT GERHANA


Khutbah pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.

أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Isi khutbah:

إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.

Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Khutbah kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. أَيـُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Do’a khutbah:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

“Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan penguasa kami orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan berikanlah teman dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

“Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

“Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas kaum yang kafir.”

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka.”

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

KHUTBAH SHOLAT GERHANA


Khutbah pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.

أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Isi khutbah:

إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.

Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِىَ أَمَتُهُ ، يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.

Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Khutbah kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. أَيـُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Do’a khutbah:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

“Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan penguasa kami orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan berikanlah teman dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

“Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

“Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami atas kaum yang kafir.”

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari siksa neraka.”

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Minggu, 28 Januari 2018

SYIRIK PENGHAPUS AMAL SHOLEH

Syirik, Penghapus Amalan-Amalan Shalih

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an yang mulia:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebab turunnya ayat ini: “para salaf menyebutkan sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu: bahwasanya kaum Musyrikin dengan kejahilan mereka, mengajak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk beribadah kepada sesembahan mereka bersama mereka” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/113).

Kesyirikan adalah penghapus amalan shalih. Hal ini berlaku sejak dahulu, yaitu para Nabi dan Rasul terdahulu. As Sa’di rahimahullah menjelaskan : “‘Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang yang sebelummu‘ maksudnya seluruh para Nabi terdahulu. ‘Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu‘ amaluka di sini merupakan mufrad mudhaf, sehingga maksudnya mencakup semua amalan dan seluruh para Nabi. Yaitu bahwa perbuatan syirik itu menghapus semua amalan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan (QS. An An’am: 88)

dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugimaksudnya rugi dunia dan akhirat. Maka, dengan kesyirikan, terhapuslah semua amalan. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan adzab” (Taisir Karimirrahman, 729).

Imam Ath Thabari rahimahullah menafsirkan: “maksudnya, jika engkau berbuat syirik terhadap Allah wahai Muhammad, maka akan terhapus amalanmu. Dan engkau tidak akan mendapatkan pahala, juga tidak mendapatkan balasan, kecuali balasan yang pantas bagi orang yang berbuat syirik kepada Allah” (Tafsir Ath Thabari, 21/322).

Ayat ini menjadi menarik karena yang teks ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Sehingga banyak sekali pelajaran penting yang bisa kita petik. Muhammad Ali Ash Shabuni rahimahullah menjelaskan: “ini merupakan bentuk pengasumsian dan perumpamaan. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam itu telah dijamin maksum oleh Allah. Tidak mungkin beliau berbuat kesyirikan terhadap Allah. Dan ayat ini juga datang untuk menegakkan penguatan iman dan tauhid. Abu Mas’ud berkata: ‘ayat ini dipaparkan dalam gaya bahasa asumsi untuk mengancam dan membuat takut para Rasul terhadap perbuatan kekufuran. Serta membawa pembaca untuk menyadari betapa fatalnya dan buruknya kesyirikan itu'” (Shafwatut Tafasir, 3/80).

Inilah faidah yang berharga untuk kita. Jika Rasulullah dan para Nabi saja diancam dari perbuatan syirik, maka kita lebih lagi terancam dan hendaknya lebih takut darinya. Jika amalan Rasulullah dan para Nabi terdahulu yang tidak terbayangkan besarnya, dalam mendakwahkan Islam, dalam bersabar mengadapi perlawanan dari orang-orang Musyrik, dalam menghadapi cobaan-cobaan dari Allah, tetap akan terhapus semua amalan itu jika mereka berbuat syirik. Apalagi kita? Yang sedikit amalannya, bahkan banyak berbuat dosa!?!

Oleh karena itu saudaraku, jauhi… jauhi… jauhi… perbuatan syirik terhadap Allah.

Terhapusnya amalan-amalan shalih yang mungkin dikerjakan dengan lelah, banyak pengorbanan dan waktu yang lama adalah sebuah kerugian yang sangat besar. Dan solusi agar terhindar dari ini adalah ayat selanjutnya:

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Maka beribadahlah hanya kepada Allah semata, dan jadilah orang yang bersyukur” (QS. Az Zumar: 66)

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: “maksudnya, ikhlaskanlah ibadah hanya kepada Allah semata, jangan berbuat syirik kepada-Nya. Ini berlaku untukmu (Muhammad) dan orang-orang yang bersamamu. Untukmu (Muhammad) dan orang-orang yang mengikuti jalanmu dan membenarkanmu” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/113).

Wabillahi At Taufiq Was Sadaad

https://muslim.or.id/22043-syirik-penghapus-amalan-amalan-shalih.html

KO BELAJAR TAUHID TERUS

🌄♨ *Kok Tauhid Terus Sih ?

"Setiap hari yang didakwahkan kok tauhiiiiid melulu nggak ada peningkatan sama sekali, dari awal ngaji sampai sekarang masih aja bahas tauhid, tauhid...kite udah tau....bosen nih".

Setidaknya ada 4 bantahan utama tentang opini di atas :

1. Bantahan pertama :

Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam sebelum wafat (menjelang sakaratul maut) di hadapan para sahabat yang ahli tauhid, yang beliau didik puluhan tahun tentang tauhid, di ujung hayat beliau masih tetap berwasiat tentang tauhid.

Dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas, mereka berdua berkata : 

Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kesehatannya menurun pada saat-saat akhir hidupnya, beliau menutupkan kain khamishah-nya pada wajahnya, namun beliau melepas kain tersebut dari wajahnya ketika napasnya semakin terganggu seraya bersabda :

 لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا

 “Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nashara yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid”. 

Aisyah berkata : “Beliau memperingatkan agar tidak melakukan seperti apa yang mereka lakukan”. 

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 435 & 436 dan Muslim no. 531]

Dalam riwayat yang lain 5 hari menjelang wafat beliau bersabda:

، أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kubur para Nabi mereka dan orang-orang shalih di antara mereka sebagai masjid. Maka, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian melakukan hal tersebut”.  

[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/374-375; shahih sesuai persyaratan Muslim]

Lihatlah : di hadapan para sahabat, pemuka-pemuka tauhid, pejuang-pejuang tauhid puluhan tahun bersama Nabi, tapi wasiat terakhir Nabi masih tentang tauhid, maka jangan pernah anda bosan dengan tauhid, karena anda tidak lebih baik dan tidak lebih mulia dari para sahabat.

2. Bantahan yang kedua :

Para rasul pun yang merupakan imam-imam yang memegang panji-panji tauhid masih khawatir tertimpa kesyirikan.

Sampai-sampai Nabi Ibrahim berdoa :

 وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Ya Allah...dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala (shonam).” 

(QS. Ibrahim: 35)

Lihatlah : Nabi Ibrahim berdoa agar beliau dan anak cucunya terlepas dari kesyirikan padahal beliau adalah nabi, anaknya beliau Ismail dan Ishaq pun nabi, cucu beliau Ya'qub pun nabi, cicit beliau Yusuf pun nabi...tapi meskipun demikian beliau masih takut tertimpa kesyirikan.

Bahkan nabi terbaik pun Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berdoa khawatir tertimpa kesyirikan :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”. 

( Dishahihkan al-Albani dalam shahih al-Jami' )
 
3. Bantahan ketiga :

Masyarakat ahli tauhid pun bisa berubah menjadi masyarakat ahli syirik jika tidak ada da'i yang mengingatkannya, sebagaimana dahulu antara Adam dan Nuh 'alaihissalam 10 abad manusia di atas tauhid...akan tetapi ketika berlalu manusia pun berubah menjadi penyembah berhala.

4. Bantahan keempat :

Realita ummat mengatakan bahwa mereka sekarang masih membutuhkan dakwah dan pencerahan tentang tauhid, masih banyak orang yang mengagungkan benda-benda keramat, mempercayai dukun, tukang sihir dan para tukang ramal, masih percaya tathayyur (merasa apes atau sial), meminta kepada pohon, penghuni kubur, goa keramat, dan, dan, dan seterusnya. 

Wallahu a'lam

                                                                          

🌐 Sumber : SalamDakwahCom

☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.                                          
                                                                                ✒ Ditulis oleh Ustadz Abu Abdillah Fadlan Fahamsyah, Lc. M.H.I حَفِظَهُ اللهُ تَعَال

***

BERAMAL MENCARI SURGA

Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.

Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang merusak keikhlasan, akan tetapi ternyata tidak merusak keikhlasan. Perkara-perkara tersebut adalah :

Pertama : Beramal dalam rangka mencari surga.

Sebagian orang terlalu berlebihan dan salah faham tentang keikhlasan. Orang yang beramal sholeh karena mencari surga dinamakan oleh Robi'ah al-'Adawiyah dengan "Pekerja yang buruk". Ia berkata:

مَا عَبَدْتُهُ خَوْفًا مِنْ نَارِهِ وَلاَ حُبًّا فِي جَنَّتِهِ فَأَكُوْنَ كَأَجِيْرِ السُّوْءِ، بَلْ عَبَدْتُهُ حُبًّا لَهُ وَشَوْقًا إِلَيهِ

"Aku tidaklah menyembahNya karena takut neraka, dan tidak pula karena berharap surgaNya sehingga aku seperti pekerja yang buruk. Akan tetapi aku menyembahNya karena kecintaan dan kerinduan kepadaNya" (Ihyaa' Uluum ad-Diin 4/310)

Demikian juga Al-Gozali mensifati orang yang seperti ini dengan orang yang ablah (dungu). Ia barkata,

فَالْعَامِلُ ِلأَجْلِ الْجَنَّةِ عَامِلٌ لِبَطْنِهِ وَفَرْجِهِ كَالْأَجِيْرِ السُّوْءِ وَدَرَجَتُهُ دَرَجَةُ الْبَلَهِ وَإِنَّهُ لَيَنَالُهَا بِعَمَلِهِ إِذْ أَكْثَرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْبَلَهُ وَأَمَّا عِبَادَةُ ذَوِي الْأَلْبَابِ فَإِنَّهَا لاَ تُجَاوِزُ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَالْفِكْرِ فِيْهِ لِجَمَالِهِ ... وَهَؤُلاَءِ أَرْفَعُ دَرَجَةً مِنَ الْاِلْتِفَاتِ إِلَى الْمَنْكُوْحِ وَالْمَطْعُوْمِ فِي الْجَنَّةِ

"Seseorang yang beramal karena surga maka ia adalah seorang yang beramal karena perut dan kemaluannya, seperti pekerja yang buruk. Dan derajatnya adalah derajat al-balah (orang dungu), dan sesungguhnya ia meraih surga dengan amalannya, karena kebanyakan penduduk surga adalah orang dungu. Adapun ibadah orang-orang ulil albab (yang cerdas) maka tidaklah melewati dzikir kepada Allah dan memikirkan tentang keindahanNya….maka mereka lebih tinggi derajatnya dari pada derajatnya orang-orang yang mengharapkan bidadari dan makanan di surga" (Ihyaa Uluumid Diin 3/375)

          Tentunya ini adalah pendapat yang keliru. Bisa ditinjau dari beberapa sisi:

Pertama : Allah telah mensifati para nabi dan juga pemimpin kaum mukminin bahwasanya mereka beribadah kepada Allah dalam kondisi takut dan berharap. Allah berfirman

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (٥٧)

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.(QS Al-Isroo : 57)

Allah berfirman tentang 'Ibaadurrohman bahwasanya mereka takut dengan adzab neraka

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (٦٥)

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".(QS Al-Furqoon : 65)

Nabi Ibrahim 'alaihis salaam berkata dalam doanya

وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (٨٥)وَاغْفِرْ لأبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ (٨٦)وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (٨٧)

Dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, Dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.(QS Asy-Syu'aroo 85-87)

Allah memuji Nabi Zakariya dan juga Nabi Yahya 'alaihima as-salam dalam firmanNya

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (٩٠)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. (QS Al-Anbiyaa : 90)

Demikian juga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terlalu banyak doa-doa beliau meminta surga dan terjauhkan dari neraka.

Kedua : Bahkan Allah mensifati para ulil albab (orang-orang yang berakal dan cerdas) bahwasanya mereka takut dengan adzab neraka dan mengharapkan janji Allah. Yang ini jelas bantahan terhadap Al-Ghozali yang menganggap orang yang mengharapkan surga dan takut neraka sebagai orang yang dungu.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (١٩٢)رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ (١٩٣)رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (١٩٤)

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS Ali 'Imroon : 191-194)

Ketiga : Setelah Allah menyebutkan tentang kenikmatan-kenikmatan di surga lalu Allah memerintahkan para hambaNya untuk saling berlomba-lomba dalam memperolehnya.

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ (٢٦)

dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS Al-Muthoffifin : 26)

Keempat : Terlalu banyak ayat dalam al-Qur'an yang menjelasan tentang nikmat-nikmat surga. Maka jika seseorang tercela mengharapkan kenikmatan surga maka seakan-akan Allah telah menyesatkan hamba-hambaNya dengan mengiming-iming mereka dengan nikmat surga. Demikian juga halnya Allah sering menyebutkan tentang perihnya adzab neraka.

Kelima : Diantara kenikmatan surga –bahkan yang merupakan puncak kenikmatan- adalah melihat wajah Allah. Karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kepada Allah nikmat ini, sebagaimana dalam doanya :

وَأَسْأَلَُك لَذَّةَ النَّظْرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكِ

"Dan aku memohon keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk bertemu denganMu" (HR An-Nasaai no 1305 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Orang yang mengaku tidak berharap kenikmatan surga, maka apakah ia tidak ingin melihat wajah Allah?!!

Keenam : Banyak hadits yang mempersyaratkan "pengharapan ganjaran dari Allah" pada sebuah amalan.

Contohnya sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena keimanan dan berharapmaka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR Al-Bukhari no 38 dan Muslim no 760)

مَنِ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا) حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ (مِنَ الأَجْرِ)، قِيْلَ: (يَا رَسُوْلَ اللهِ) وَمَا الْقِيْرَاطَانِ؟ قَالَ: مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ

"Barangsiapa yang mengikuti janazah muslim karena keimanan dan mengharapkan (ganjaran dari Allah) hingga disholatkan jenazah tersebut maka bagi dia qirot pahala, dan barangsiapa yang menghadiri janazah hingga dikubur maka baginya dua qirot pahala". Maka dikatakan, "Wahai Rasulullah, apa itu dua qirot?", Nabi berkata, "Seperti dua gunung besar" (HR Al-Bukhari no 47)

Al-Khotthoobi berkata

احْتِسَابًا أَيْ عَزِيْمَةً وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِي ثَوَابِهِ

"Ihtisaaban" yaitu azimah (tekad) maksudnya ia berpuasa karena berharap pahala dari Allah" (Fathul Baari 4/115)

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 24-10-1433 H / 11 September 2012 M

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

www.firanda.com

Selasa, 23 Januari 2018

CARA BERWUDHU

[ Koreksi Wudhu Kita, Sudah Sesuai Sunnah Apa belum

1. Niat & Baca Basmalah (HR. Ahmad No.81)

2. Membasuh telapak tangan 3x sebelum memulai wudhu sambil menyela-nyela jari-jemari (Muttafaq 'alaih, HR. Abu Dawud).
**Dalam riwayat lain disebutkan membasuh tangan "di awal" wudhu.

3. Berkumur-kumur (Sunan Baihaqy 1/52)

4. Istinsyak & Istinsyar (menghirup air kedalam hidung dengan tangan kanan kemudian mengeluarkannya dengan tangan kiri.
(HR. Abu Dawud No. 629)

5. Membasuh muka (QS. Al-Maidah : 6) ,
menyela jenggot ketika wudhu (HR. Abu Dawud No.92)

6. Membasuh kedua tangan (QS. Al-Maidah : 6),
dari ujung jari sampai kesiku atau sebaliknya (HR. ad-Daraquthni 1/15, Baihaqy 1/56)

7. Mengusap kepala 1 kali dari depan sampai ke tengkuk kemudian kembali kedepan (Muttafaq 'alaih) , kemudian mengusap kedua telinga menggunakan air bekas mengusap kepala (HR. Abu Dawud No.130, Shahih Sunan Abi Dawud No.123)

8. Membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki (QS. Al-Maidah : 6), membasuh mata kaki bersamaan dengan membasuh kaki (Muttafaq 'alaih), menyela-nyela jari kaki menggunakan jari kelingking tangan kanan atau kiri boleh (Shahih Sunan at-Tirmidzi 37)

9. Membaca Do'a

اَشْهَدُ اَنْ لآّاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمَّ اجْعَلْنِىْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِىْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

tidak ada min ibadikasholihin dalam HR. Muslim, HR. at-Tirmidzi dalam Irwaa-ul Ghaliil No.96

10. Tertib , membasuh secara berurutan dan berturut-turut, yakni jangan menunda-nunda membasuh suatu anggota wudhu' hingga anggota wudhu yang sudah dibasuh sebelumnya mengering.

11. Dalam buku Shifatu Shalaatin Nabiyyi minat takbiiri ilat taslimi ini disebutkan bahwa boleh mengeringkan dengan handuk, tapi yang saya ketahui dalam Fiqh adalah makruh karena dianggap menghilangkan bekas-bekas ibadah

Sunnah-Sunnah Wudhu

1. Bersiwak atau menyikat gigi sebelum memulai wudhu (HR. Ahmad dalam Irwaa-ul Ghaliil No.70)

2. Membasuh kedua telapak tangan 3x sebelum berwudhu (HR.Muslim)

3. Disunnahkan bersungguh-sungguh dalam berIstinsyak, yakni melakukannya dengan kuat.

4. Ketika membasuh wajah disunnahkan menyela-nyela rambut yang ada diwajahnya.

5. Ketika membasuh tangan atau kaki disunnahkan menyela-nyela jari (HR. Abu Dawud no. 629)

6. Disunnahkan membasuh anggota wudhu yang kanan terlebih dahulu

7. Disunnahkan untuk membasuh anggota wudhunya dua-dua kali, tiga-tiga kali, dan tidak boleh lebih dari tiga kali. Adapun kepala, tidak boleh diusap kecuali 1 kali saja.

8. Disunnahkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air wudhu (HR. Abu Dawud No.123)

Yang Membatalkan Wudhu

1. Ada yang keluar dari dua jalan (kemaluan) berupa BAB atau BAK

2. Kentut

3. Hilang kesadaran (Gila, pingsan, mabuk, tidur nyenyak)

4. Meraba kemaluan disertai syahwat, kemaluan sendiri atau orang lain. (HR. Ibnu Majah No. 117)

5. Memakan daging unta (HR. Muslim). Muttafaq 'alaih

Yang Diharamkan Terhadap Orang Yang Berhadats

1. Memegang Mushaf (HR. Ad-Daruquthni No.122)

2. Shalat (HR Muslim)

3. "Boleh" sujud tilawah dan sujud syukur, namun lebih utama melakukan wudhu terlebuh dahulu.

4. Thawaf (HR. at-Tirmidzi No. 121)

Semoga manfa'at

[ Diringkas dari buku Shifatu Shalaatin Nabiyyi minat takbiiri ilat taslimi - Syaikh 'Abdullah bin 'Abdurrahman al-Jibrin ]

Minggu, 21 Januari 2018

BER DOA

📕📙📘
_Assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh_

*اللهم صل على سيدنامحمد وعلى آل سيدنامحمد*

*_Yang terhormat saudara-saudariku muslimin dan muslimat rohimakumullah_*

*Mari kita bersama-sama berdo'a memohon kepada Allah SubhanahuWaTa'ala*

*اعوذُ بِاللهِ منَ الشَّيطاَنِ الرّجيم*
*بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْم*
*اَلْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن*
*آمـــــــــــــــــين*

َ *حَمْدَالشَّاكِرِيْن*
*آمــــــــــــــــين*
َ
*حَمْدَالنَّاعِمِيْن*
*آمــــــــــــــين*

َ *حَمْدَايُّوَافِيْ نِعَمَمُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَه*
*آمـــــــــــــــين*

ُ *يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُكَمَايَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ*
*آمــــــــــــــين*

*اللهم صل على سيدنامحمد وعلى آل سيدنامحمد*
*اَللّٰهُمَ اَعِنَّاعَلٰى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ* *آمـــــــــــــــــــين*

*رَبَّنَالَاتُؤَاخِذْنَااِنْ نَسِِيْنَااَوْاَخْطَأْنَا*
*آمــــــــــــــــــين*

*رَبَّنَااغْفِرْلَنَاوَلِوَالٍدِيْنَاوَلِجِمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرُ*
*آمـــــــــــــــــــــــين*

*ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة و قنا عذاب النار*
*آمــــــــــــــــــــــــــين*

*رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلَاةِ وَمٍنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ*
*آمـــــــــــــــــــــــــــين*

*وَاَدْخِلْنَاالْجَنَّةَ مَعَ الْاَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ*
*آمــــــــــــــــــــــــــــــين*

*سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةٍ عَمَّايَصِفُوْنَ وَسَلَامُ عَلٰى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ*

_Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh_

Sabtu, 20 Januari 2018

KHUTBAH JUMAT BAHASA JAWA

 Ujian Iman Kita

                                            Oleh: Ade Hermansyah Bin Bunyamin

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛

فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Hadirin jamaah Jum’at kang berbahagia!

  Wonten ing kesempatan Jum’at meniko, monggo kito renungaken salah satunggileng firman Allah ing surat Al-‘Ankabut ayat 2 lan 3:

Apa manungso  iku ngira deweke dijarke(wae)mucal: “Aku beriman”, nanging deweke ora  diuji maneh? Lan saktemene Aku wus nguji wong-wong kang sakdurunge, mongko saktemene Allah mangertosi wong-wong kang bener lan saktemene Deweke(Allah) mangertosi wong-wong kang dusta.

   Ayat niki jelasaken kangge kito bilih niki salah satunggileng konsekuensi/amanah pernyataan iman kito, kito kedah siap menghadapi ujian kang diwenehake Allah Subhannahu wa Ta'ala marang kito, kangge mbuktiaken kebeneran lan keseriusan kito ing pernyataan iman meniko, nopo bener iman kito niku betul-betul bersumber saking keyakinan lan kemantapan ati, utawi namung melu-melu sarto mboten mangerteni arah lan tujuan, utawi pernyataan iman kito didorong saking kepentingan sepele, pengin angsal kemenangan lan ora gelem ngatasi bebendu kados kang digambaraken Allah Subhannahu wa Ta'ala ing surat Al-Ankabut ayat 10:

   Lan ing antarane manungsa ano wong kang mucal: “kawula pitados dumateng Allah”, mongko menawi deweke dilarani(jalaran deweke iman) marang Allah, deweke nganggep fitnah manungso iku dadi azab Allah. Lan temen menawi pitulungan saka ngarsane Pangeran iro, yekti deweke bakal mucal: “saktemene kita sesarengan njenengan.” Mboten sanes bilih  Allah luwih mangerteni  apa kang ano ing  dada manungso”?

Hadirin jamaah Jum’at kang berbahagia!

   Menawi kito sampun nyatakaken iman, saklajengipun monggo kito ngajeng-ajeng manisipun buah iman kang kito duweni, inggih meniko Surga kang dijanjikaken Allah Subhannahu wa Ta'ala :

   saktemene wong-wong kang iman lan beramal shalih, mangka kanggo deweke yoiku Surga Firdaus kang dadi panggonan tetep tumrap deweke. (Al-Kahfi 107).

   Monggo  kito bersiap-siap ngadepi ujian awrat kang diparingi Allah marang kito, tuwin sabar nalikane ujian iku tumeko ing atase kito. Allah wenehi sindiran dumateng kito, kang pengin masuk Suwarga mboten nglewati ujian kang awrat.

   Apo siro kira bakal masuk Surga, nanging durung teko marang iro(coban)koyo coban kang di turunake marang wong-wong sakdurunge iro? Deweke diwenehi malapetaka lan kesengsaraan, sarto digoncang(mawarni-warni cobaan) sehinggo ngendiko Rasul lan wong-wong kang beriman:“kapan tekane pitulungan Allah?”podo imuto, saktemene pitulungan Allah iku celak sanget”.(Al-Baqarah 214).

   Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mratelakaken awratipun perjuangan tiang-tiang rumiyin nalikane mempertahanaken imanipun, kados kang diwucal lumantar shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).

... Temen wus kejaden marang wong-wong sakdurunge iro, ano kang disisir nganggo sisir besi(sehinggo) ngelupas daging saking tulang-tulang, ananging iku ora malingake saking agamane, lan ano kang digergaji nganti terbelah, nanging iku ora malingake saking agamane... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

   monggo kita renungaken, apa kang sampun kita lakukaken kangge mbuktikakan keimanan kita? cobaan mnapo kang sampun kito alami nalikane mempertahanaken iman kito? Apo kang sampun kito korbanaken kangge memperjuangaken aqidah lan iman kito? Menawi kito nggatekaken perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam lan tiang-tiang rumiyin ing mempertahanaken imanipun, lan pengorbananipun ing memperjuangkan iman, deweke rela ngorbanaken harta bendanipun, tenaganipun, pikiranipun, bahkan nyawanipun dikorbanaken. Kito raosaken bilih iman kito niki dereng apa-apanipun dibanding imanipun poro salafus-sholeh.

Hadirin sidang Jum’at kang dimuliaken Allah!

   ujian saking Allah mawarni-warni, sakmbotenipun enten empat macam ujian kang sampun dialami para sesepuh(safus-sholeh) kito:

   Engkang pertama: Ujian kang berbentuk perintah kang musti dilaksanakaken, kados perintah Allah dumateng Nabi Ibrahim Alaihissalam supadose nyembelih putranipun kang disayangi. Niki  dados satunggileng perintah kang betul-betul awrat lan mungkin mboten masuk akal, menawi bapak kedah nyembelih anakipun kang dipun sayangi, padahal anakipun mboten nglakukaken kesalahan menopopun. Temen niki ujian kang awrat sanget sehinggo Allah ngendiko:

   Saktemene iki bener-bener ujian kang nyoto. (Ash-Shaffat 106).

   Lan saking mriki kito saget ningali kepripun kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam kang bener-bener tahan uji, sehinggo kanthi ketabahan lan kesabaranipun perintah kang awrat sanget saget dilampai.

   Apa kang dilakukaken Nabi Ibrahim lan puteranipun dados pelajaran kang berharga sanget kangge kito, lan perlu kito tauladani, jalaran kadosto kan kito raosaken ing saben dintenipun kito, katah sanget perintah Allah kang dianggep awrat kangge kito, lan kanthi saktumpuk alesan kito berusaha mboten ngelaksanakaken. Andadosaken contoh, Allah sampun paring perintah dumateng poro wanita Muslimah supados ngginakaken jilbab(pakaian kang nutupi aurat) sacoro tegas kangge ambedakaken antaranipun wanita Muslimah kelawan wanita musyrikah kados firmanipun Allah:

   Hai Nabi dawuha marang para garwairo, lan anakira wadon lan para bojone wong Mu’min” “supaya pada nguluraken jilbab  nganti nutupi tubuhipun”. Kang mangkono iku supaya deweke luwih gampang  kinaweruhan, jalaran iku deweke ora diganggu. Lan Allah niku  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab, 59).

   Ananging  kito mresani sakniki taksih katah wanita Muslimah ing Indonesia khususipun mboten purun ngginakaken jilbab kanthi alasan kang katah, enten kang nganggep kampungan, ga modis, utawi nganggepipun bilih jilbab niku bagian saking budaya bangsa Arab. Niki pertanda bilih imanipun dereng lulus ujian. Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam sampun wenehi ancaman kanggo para wanita kang ora gelem ngginakaken jilbab:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).

   “Kaleh golongan saking  ahli Neraka kang dereng pernah aku weruhi sakdurunge, saktunggal  kaum kang nggawa cambuk kados buntut sapi, kang kanthi cambuk iku deweke mukul manungso, lan wanita kang ngginakaken rasukan ananging  telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, sirah-sirahipun kados punuk unta, deweke ora bakal masuk Surga lan bakal ngambu wangine”. (HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110).

   Kang kaping kalih: Ujian kang berbentuk larangan ninggalaken kados kang dialami Nabi Yusuf Alaihissalam kang diuji kanthi seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir kang ngajak zino, lan kesempatan iku sampun sangat terbuka, nalikane kekalihipun sampun berdua ing griyo lan si perempuan niku sampun mengunci akabehe lawang griyo. Ananging Nabi Yusuf Alaihissalam mbuktikaken kualitas imannipun, deweke saget lolos saking godaan perempuan niku, padahal pemuda umumipun gadah hasrat marang wanita. Niki artosipun deweke sampun lulus saking ujian imanipun.

   Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam niki perlu kito ikuti, khususipun tumrap para pemuda Muslim ing wektu niki, nalikane dalan-dalan maksiat gampang, pelacuran sampun semebrak, minuman keras lan obat-obat terlarang sumambrah masyarakat, ngantos-ngantos anak-anak kang taksih sekolah dasar sampun wonten kang kecanduan. Zina sampun dados barang biasa kangge para pemuda, sehingga mboten gumun bilih saking hasil penelitian, bilih ing kota-kota ageng kadosipun Jakarta tuwin Surabaya enem saking sepuluh remaja putri sampun mboten perawan malih. Akibatipun saben tiap tahun sekitar kalih yuta bayi diaborsi, utawi dipejahi nalikane bayi lahir

. Kondisi niki diperparah kanthi katahipun media cetak kang berlomba-lomba mameraken aurat wanita, uga media elektronik kanthi acara-acara kang dirancang kangge mbangkitaken gairah seksual remaja. Ing wektu niki sikap Nabi Yusuf Alaihissalam kedah ditanemaken ing njeruning dodo poro pemuda Muslim. Poro pemuda Muslim kedah selalu siap siaga ngehadapi godaan-godaan kang bakal njerumusake awake ing jurang maksiat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam sampun njanjikaken marang sapo wae kang nolak ajakan tumindak maksiat, deweke bakal diwenehi lindungan nalikane hari Kiamat sakmangke, kados sabdanipun Rasulullah :

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ... (متفق عليه).

   “pitu(tiang kang bakal dilindungi Allah nalikane dino kang ora ono perlindungan kejobo lindunganipun Allah, .. lan tiang jaler kang diajak  perempuan terhormat lan  cantik, ananging deweke kondo” aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121).

   kang ketiga: Ujian kang berbentuk musibah kados penyakit, ditinggalaken tiang kang disayangi lansaksanesipun. Satunggilen conto, Nabi Ayyub Alaihissalam kang diuji dening Allah kanthi penyakit kang awon sanget sehinggo ora ono sebahagian badanipun  kang slamet saking penyakit niku kejobo atinipun, kabeh bandanipun sirno mboten nilasaken barang menopo kemawon. kangge biaya pengobatan penyakitipun lan kangge nafkah awakipun, akabehe kerabatipun ninggalaken awakipun, naming awakipun lan isterinipun kang setia lan madosaken nafkah kangge awakipun. Musibah niki kalampaan wolongwelas tahun, nalikane ngacik ing wektu kang kritis sanget, banjur deweke ndonga marang  gusti Allah:

   “Lan elingo nalikane hambaKu Ayuub ndonga marang Tuhanipun;” saktemene aku diganggu syaitan kanthi kepayahan lan siksaan”. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51).

Lan nalikane Allah merintahaken dumateng Nabi Ayyub Alaihissalam supados nggedrokake  sukunipun ing siti, banjur saking siti wau metu sumber, banjur Allah merintahaken supaya Nabi Ayyub ngombe toya niku, saklanjutipun sirno akabehe penyakit kang ano ing sisih njero utawi luar tubuhipun. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52). Makaten ujian Allah tumrap Nabi nipun, wektu 18 tahun ditinggalaken dening sanak saudara nipun dados dalan urip kang awrat sanget, anangin ing mriki Nabi Ayub Alaihissalam mbuktikaken ketangguhan imannipun, mboten sekedik deweke ngraosaken derita lan wonten niat ninggalaken imannipun. Iman seperti niki jelas mboten diwenehi katahipun sederek  kita. Malah wonten sederek kita kang tega njual iman lan nukar aqidahipun kanthi sekantong beras lan sebungkus sarimi, jalaran ora tahan ngehadapi kesulitan urip kang mboten sepinten bilih dibandingake menapo kang dialami Nabi Ayyub Alaihissalam.

Sidang  jamaah rahimakumullah

   kang kepapat: Ujian lewat tangan wong-wong kafir lan wong-wong kang ora nyenengi Islam. Apa kang dialami Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam tuwin para sahabatipun terutami nalika taksih ing Mekkah, cekap dados pelajaran kangge kita, keimananipun diuji kanti mawarni-warni cobaan kang nuntut pengorbanan harta benda ngantos nyawa. antaranipun menapa kang dialami Rasulullah ing akhir tahun ketujuh kenabian, nalika wong-wong Quraisy sepakat mutuske hubungan menawa kemawon dengan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam sarto Bani Abdul Muththolib tuwin Bani Hasyim kang melindungi, kejobo yen kedua suku niku nyerahaken Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam supados dipejahi. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam sesarengan wong-wong kang mbela piyambakipun dikurung tigang tahun, deweke ngalami kelaparan lan penderitaan kang hebat. (DR. Akram Dhiya Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).

   menapa kang dialami para shahabat mboten kalah beratipun, kados menapa kang dialami Yasirlan garwanipun kang asmo Sumayyah, tiang sepuh kekalihipun dados tiang kang pertama kang emninggal ing dalan dakwah periode Mekkah. Uga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu kang dipaksa ngunakaken baju besi banjur dijemur ing padang pasir kang panas, banjur diarak  anak-anak alit ngelilingi kota Mekkah lan BilalRadhiallaahu anhu namu saget ngucap “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).

   Lan kathah sanget kisah-kisah sanese kang nunjukaken pengorbanan lan panderitaan ing dalan berjuang mempertahanaken iman. nanging penderitaan meniko mboten sekedik ngendoraken semangat Rasulullah lan para shahabatipun berdakwah lan menyebaraken Islam.

   Musibah kang dialami sederek-sederek kito umat Islam ing ngendi papan wae jalaran kedengkian wong-wong kafir, dados ujian saking Allah marang umat Islam, sekaligus pelajaran berharga kangge umat Islam ing daerah-daerah sanesipun. Umat Islam ing Indonesia khususipun diuji kepripun  ketahanan imanipun ngehadapi serangan tiang-tiang kang sengit Islam. Ing negeri kang mayoritas pendudukipun non Muslim enten pembantaian kaum Muslimin, ribuan nyawa sampun melayang, sanes jalaran memberontak pemerintah utawi nyerang agama sanes, nanging namung jalaran ngucap: ( Laa ilaaha illallaahu ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, mboten benten kaliyan apo kang dikisahaken Allah ing surat Al-Buruj ayat 4 - 8:

   “Hancur lan dilaknat wong-wong kang gawe jugangan, kang ano genine ngalab-alab(dinyalakan dengan) kayu bakar, nalika wong-wong mau ngubengi geni ing sak pinggiring jugangan. Lan wong-wong mau dadi saksi ing tindake dewe tumrap wong-wong mu'min(kang dilebokake ing jugangan. lan  deweke ora podo nyiksa wong-wong mu'min, kajobo mung  jalaran wong-wong Mu'min iku iman marang  Allah Kang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.

   Peristiwa niki mungkin bakal diulang malih, selami dunyo muniko taksih jejek, selami pertarungan haq kelawan bathil dereng berakhir, ngantos  tekanipun wektu kang sampun ditentukaken  Allah.

   Kito ngaturaken donga mugi-mugi sederek-dsederek kito kang gugur ing dalan njagi aqidah tuwin imanipun, dicatet kadosipun para syuhada ing ngarsanipun Allah. Amin. Mugi-mugi umat Islam kang wonten ing sanes daerah, saget mendet pelajaran saking mawarni-warni peristiwa, sahinggo kito mboten supe nalikane merangi pemikiran-pemikiran tiang-tiang kafir lan tansah berpegang teguh kaliyan ajaran Allah sarto tansah siap sedia nalikane teko wektu berkorban njagi dan nginggilaken ajaran islam, jalaran meniko salah satunggileng dalan tekanipun  pertolongan Allah marang kito sami, firmanipun Allah.

   “Hai wong-wong kang iman, umpama siro nulung(agama) Allah, niscaya Allah bakal nulung sira kabeh banjur  neguhaken kedudukanmu”. (Muhammad: 7).

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!

   Dados tiang-tiang kang sampun nyatakaken iman, kedah nyiapaken diri nampi sedoyo ujian saking Allah, sarto kito ledah yaqin bilih ujian saking Allah niku dados tandanipun sayangipun Allah marang, kados sabdanipun Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam :

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).

   “saktemene gedene pahala sepadan karo gedene coban(ujian), lan saktemene Allah nyayangi satunggil  kaum kanthi ujian,sapo wonge kang ridha mongko deweke angsal keridhaan Allah, lan sapo wonge nesu mongko kanggo deweke murkanipun Allah”. (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).

     Mugi-mugi kito sedoyo diwenehi ketabahan tuwin kesabaran saking Allah ing dalan  ujian kang kito jalani sakmangke.  Amin.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.

اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Sumber:

www.alsofwah.or.id/khutbah